Tittle : Romance Town
Author : Sae
Main Cast : Lee Donghae & Jessica Jung
Support Cast : Sandara Park, Choi Sooyoung, Kwon Boa
Leeteuk, Kim Taeyeon, Nana, Shindong
Genre : Romance comedy
Part : 2
Jarak dari Seoul ke Suwon kurang
lebih satu jam. Sudah sebulan lamanya Jessica tidak pulang ke rumahnya. Karena terlalu
khawatir, Ibunya yang
terus berkunjung setiap akhir pekan untuk
memastikan keadaan anak gadisnya dan menasehati ini itu.
Taksi berhenti tepat didepan sebuah rumah bergaya
barat dengan pagar tembok menjulang yang dilindungi kawat tembaga. Rumah
dua lantai itu dikelilingi halaman yang luas. Sangat tidak mengherankan jika kediaman keluarga Jung memiliki sistem
kemanan yang canggih mengingat Tuan Jung adalah Kepala Polisi Distrik Suwon.
Jessica menyeret kakinya masuk setelah bibi pembantu
membukakan pintu, dia merebahkan tubuhnya di sofa dan memejamkan mata. Ibunya
datang membawa segelas jus dan sepiring bolu coklat. Seketika bau manis menggelitik hidungnya.
“Eomma seperti tidak punya satu pun anak. Lihatlah, rumah sebesar ini tidak ada yang menghuni.”
Nyonya Jung mulai mencurahkan rasa kesepiannya selama ini.
Jessica tersenyum tipis, Ibunya pasti sangat kesepian. Apalagi setelah kakaknya Leeteuk dan
istrinya Taeyeon pindah ke Incheon. Leeteuk adalah seorang jaksa yang dipindah tugaskan ke
pengadilan umum Incheon
beberapa bulan lalu.
“Abeoji belum pulang?”
“Beberapa hari ini Abeoji-mu sibuk mengawasi pelatihan anggota polisi baru.”
Jessica mengangguk-angguk, dia memasukkan potongan bolu coklat kedalam mulut. Sejenak dia terbius dengan coklat yang meleleh
di dalam mulut, benar-benar manis.
“Oh
iya, Eomma dengar kau kabur lagi dari kencan buta waktu itu.”
Jessica hampir tersedak mendengar ucapan Ibunya. Dia benar-benar lupa untuk
mencari alasan.
“Eomma jadi tidak enak pada Hong ahjussi.” Ucap Nyonya Jung dengan sebal.
“Aku tidak kabur. Saat itu ada urusan
mendadak, jadi aku buru-buru pergi dan lupa berpamitan.”
Jessica mengatakan apapun yang
saat itu terlintas di otaknya sebagai pembelaan. Tapi Nyonya Jung yang sudah
hafal dengan sikap Jessica hanya bisa mendecakkan lidah.
“Kau ini, mau sampai kapan melajang? Pacaran saja tidak pernah, Eomma
khawatir jangan-jangan kau mau jadi perawan tua.”
“Eomma.” Keluh Jessica.
“Aku benar-benar lelah dan ingin tidur.”
Jessica berdiri dan naik ke kamarnya. Tubuhnya sudah terlalu lelah, dia
tidak punya lagi tenaga untuk membahas masalah itu sekarang.
“Aigoo kau ini.” Nyonya Jung menghela nafas “Yasudah, tidurlah dengan nyenyak.”
>>
Malam semakin larut, Donghae mulai membuka koran yang belum
sempat dibaca pagi tadi. Setelah
membalik beberapa halaman ia mendapati
artikel tentang Ressort grup LEAD
yang sepenuhnya diambil alih oleh istri muda komisaris Lee.
Donghae tersenyum sinis, ia melempar koran itu kesembarang tempat. Donghae merebahkan badannya
di sofa dan menaikkan kakinya ke atas meja. Ia memandang alarm kebakaran
di langit-langit rumahnya dengan tatapan kosong. Ia tersenyum pahit,
mengingat masa-masa SMA dulu, ketika pertama kali bertemu Sandara Park.
Saat itu Donghae masih muda. Ia sedang berjalan keluar dari gerbang sekolah tak sengaja menabrak seorang wanita. Wanita itu terlihat
seperti seorang mahasiswi.
Awalnya Donghae bersikap acuh. Ia kira wanita itu akan mengomelinya, tapi ia tidak menyangka wanita itu justru meminta maaf. Karena merasa tidak enak, Donghae
membantu merapikan file-filenya.
Setelah melihat dokumen yang jatuh ia baru tahu wanita itu ternyata karyawan magang di perusahaan
Ayahnya.
Sejak saat itu Donghae sering bertemu dengan Sandara.
Mereka saling mengenal satu sama lain dan menjadi dekat. Donghae yang
kehilangan Ibunya sejak kecil merasa sangat nyaman berada di dekat Sandara.
Kelembutan dan perhatian yang selama ini Donghae rindukan dari Ibunya ada dalam
diri Sandara.
Tahun demi tahun berlalu dan mereka lewati bersama. Rasa
nyaman itu semakin lama berkembang menjadi perasaan cinta. Donghae secara jujur
mengungkapkan perasaannya dan Sandara tidak merasa keberatan, mereka justru
semakin tak terpisahkan. Sampai pada akhirnya,
suatu penghianatan mengubah jalan hidup keduanya.
Donghae secara perlahan menekan dadanya. Hatinya terasa sakit dan pedih seolah dihujami
kepingan kaca. Janji selamanya bersama hanya sebuah bualan. Donghae semakin muak saat mengingat
masa dimana dia terjebak dalam sisi gelap dirinya sendiri. Sampai pada akhirnya,
Ia berakhir dengan menjadi orang yang dingin dan penuh dengan kebencian.
Donghae menghela nafas pelan, Ia melangkah ke dapur mengambil segelas air dingin dan
meminumnya. Ponselnya bergetar, Donghae kembali ke sofa tempat duduknya dan
mengecek pesan yang masuk. Donghae membuka dan membacanya, sesaat kemudian seulas senyum tersungging dibibir
tipisnya.
>>
Matahari menyusup melalui celah-celah jendela, Jessica
menggeliat malas diatas ranjang setelah mendengar suara Ibunya dari luar kamar.
Dia segera bangun dan membersihkan wajahnya.
Jessica turun menuju ruang makan dan mengambil
sepotong kimbab. Lalu berjalan ke halaman belakang rumahnya, duduk di tepi
dan memperhatikan Ayahnya yang sedang berolahraga. Jessica tersenyum melambaikan tangan saat Tuan Jung
menoleh kearahnya.
“Kau
tidak lihat jam berapa sekarang?” Tuan
Jung mendecak lidah. Jessica hanya menyengir lebar menanggapi ucapan Ayahnya.
Jesica menatap Ayahnya yang tidak
berubah dari dulu. Ayahnya adalah orang yang
lebih suka taekwondo dibanding bermain golf. Dia dan kakaknya
Leeteuk dididik dengan sangat disiplin sejak kecil. Tidak seperti kebanyakan
anak lain, mereka memiliki sedikit teman saat sekolah. Tapi karena disiplin mereka benar-benar tumbuh dengan
kepribadian yang kuat.
Berbeda dengan Ayahnya, Ibunya adalah sosok yang
sangat lembut dan anggun. Ibunya adalah sosok yang penuh kasih sayang dan
selalu mengimbangi Ayahnya. Ibunya seperti payung yag melindungi keluarga dari
hujan dan panas dengan kasih sayangnya.
Jessica kembali teringat kenangan masa lalu. Karena Ayahnya seorang yang disegani, dia hanya
punya sedikit teman. Saat SMA hampir tidak ada anak laki-laki yang berani
mendekatinya karena kakaknya Leeteuk adalah ketua
osis. Itulah sebabnya Jessica tidak
pernah berkencan sama sekali.
“Bagaimana pekerjaanmu?” Tuan Jung duduk di samping
Jessica.
Jessica tersenyum tipis, tidak berniat mengeluh
pada Ayahnya. Dulu Ayahnya ingin dia menjadi seorang pengacara,
tapi Jessica memutuskan jalannya sendiri mengambil jurusan yang disukai. Ayahnya
memang tegas tapi bukanlah orang egois.
Beliau menghormati pilihan Jessica dengan syarat dia bisa bertanggung
jawab atas pilihannya. Itulah sebabnya mengeluh adalah sesuatu yang pantang
bagi Jessica.
“Agak
sibuk, tapi menyenangkan.”
“Baguslah, apapun yang terjadi pekerjaan adalah tanggung jawab.”
Jessica mengangguk paham. Dibalik ucapan tegas
Ayahnya, selalu ada dukungan untuknya.
>>
Hari minggu belum benar-benar berakhir, jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Jessica baru saja sampai
di Seoul tapi sesuatu yang menyebalkan sudah menanti. Kemarin malam Jessica mengirim pesan pada Donghae untuk menyetujui tawaran tidak masuk akal itu. Sekarang laki-laki itu
sudah membuatnya pusing. Bagaimana mungkin Donghae menyuruhnya cepat datang.
Meskipun dengan jengkel Jessica mengatakan tidak mau,
tapi akhirnya dia menghentikan sebuah taksi. Gadis itu memutuskan untuk sabar
dan bertahan sebentar saja demi kelangsungan hidupnya. Sepanjang perjalanan,
perasaannya terus gelisah. Laki-laki itu mengatakan mabuk berat dan ingin
segera pulang. Akhirnya dengan perasaan terpaksa Jessica mendesak sopir taksi untuk
mempercepat laju mobilnya.
Tidak lama Jessica sampai di depan sebuah klub malam kawasan Gangnam. Dia sedikit ragu untuk masuk
kedalam. Bukan, bukan karena dia tak
pernah masuk ke klub malam. Dia hanya sedikit cemas jika harus masuk sendirian.
Jessica menarik nafas dalam, saat akan melangkahkan
kakinya orang yang dicari ternyata berdiri didepan sebuah mobil sport berwarna perak.
Jessica mengernyitkan dahi,
bukankah tadi laki-laki otu mengatakan sudah mabuk berat.
“Hei kura-kura, kau lambat sekali.”
Pria tampan dengan setelan kaos putih dan jeans yang
di padukan dengan jaket kulit Celvin Klein itu mencibir Jessica.
“Kau tidak mabuk?” Tanya Jessica dengan kesal.
“Tadi sedikit mabuk, sekarang sudah tidak.” Donghae tersenyum jahil dan melempar kunci mobilnya pada Jessica yang dengan
sigap menangkapnya.
“Hari ini kau harus kerja. Supir magang ayo cepat jalan.”
Donghae memerintah seperti seorang bos.
Jessica mendengus sebal. Donghae tidak menghiraukannya dan masuk kemobil, ia duduk disamping kursi kemudi. Dengan kesal Jessica duduk di kursi kemudi dan mulai melajukan mobil dengan wajah ditekuk.
Sudah hampir lima belas menit mereka berputar-putar di
jalan. Jessica mulai kesal karena Donghae hanya duduk diam membiarkannya tak tentu arah
seperti sedang dipermainkan. Tapi
saat melihat Donghae yang duduk diam saja justru membuat Jessica semakin cemas.
“Tuan, sebenarnya anda mau
kemana?”
Sekian lama akhirnya Jessica memberanikan
diri untuk bertanya. Tapi hening, tidak ada reaksi yang ditunjukkan Donghae.
Jessica akhirnya hanya bisa mendengus pelan.
“Tuan, sejak tadi kita hanya
berputar-putar. Sayang sekali membuang bensin. Anda kan tahu harga minyak dunia
sedang naik.”
Donghae tersenyum tipis
menanggapi gerutuan Jessica. Gadis ini benar-benar lucu, ia bahkan membicarakan
harga minyak dunia di saat seperti ini.
“Lee Donghae.”
“Apa?” Jessica tidak mengerti
dengan ucapan lakilaki itu.
“Panggil aku Lee Donghae, Lee Donghae.”
Ulang Donghae dengan jelas.
Jessica hanya ber-oh ria
menanggapi ucapan Donghae. Kalau pun tidak tahu nama tidak masalah baginya.
Tapi setelah dipikir memang benar dia belum bertanya nama lelaki itu.
“Jadi, kita mau kemana Lee
Donghae-ssi?”
“Ke rumahmu.”
Jessica menekan rem mendadak,
untung jalanan sepi sehingga tidak ada mobil dibelakang mereka.
“Apa apa maksudmu?” Tanya Jessica,
dia jadi khawatir kalau ternyata pria yang duduk disebelahnya ini orang mesum.
“Tenang saja aku ini bukan mesum.”
Donghae tersenyum geli seolah dapat membaca pikiran Jessica.
“Jangan macam-macam. Sepanjang
jalan kau hanya diam dan aku tidak tahu harus kemana. Sebenarnya kau ini mau
pulang tidak sih?!” Omel Jessica kesal.
“Bagaimana kalau minum bersama? Aku
yang traktir.”
“Lee Donghae-shi, Kau tahu aku
baru saja sampai Seoul dari Suwon, lalu kau menyuruhku cepat datang. Aku sudah
berusaha sebaik mungkin untuk datang, tapi besok aku harus berangkat kerja di pagi
buta. Sekarang kau malah mengajakku minum?!”
Donghae meledak dalam tawanya, ia
tidak tahan melihat wajah Jessica saat mengomel yang menurutnya sangat
menghibur. Jessica menatap pria disampingnya dengan kesal, dia merasa tida ada
yang lucu.
“Sepertinya omelanmu membuatku
sedikit lebih baik.” Donghae menghela napas ringan. “Baiklah nona Jung, karena
kau sudah lelah kali ini aku akan berbaik hati mengantarmu pulang.”
“Tunggu dulu.” Jessica mengeluarkan
selembar kertas dari tasnya.
“Setelah menghitung sesuai dengan
gaji seorang supir, aku hanya perlu menjadi supirmu kurang dari satu minggu.
Sekarang kau tanda tangan disini sebagai bukti bahwa aku sudah menjadi supirmu
hari ini.”
“Wah, kau benar-benar menghitungnya
dengan rinci ya.” Cibir Donghae, tetapi ia tetap membubuhkan tanda tangannya
pada kertas yang disodorkan Jessica.
Setelah selesai urusan tanda
tangan, Jessica melipat kembali kertas itu dan memasukkannya ke dalam tas. Donghae
mendesis pelan. Gadis disebelahnya ini cukup menghibur. Tanpa sadar ia
benar-benar lupa dengan kepenatan otaknya seharian ini.
>>
Hanya butuh beberapa menit mereka
sampai didepan sebuah gedung apartemen di pinggiran kota. Ukurannya tidak
terlalu besar juga tidak terlalu kecil, tapi terlihat bersih dan terawat. Terdapat
taman kecil yang melingkari apartemen tersebut. Donghae sendiri baru melihat
ada apartemen seperti itu dipinggir kota.
“Kau tinggal sendiri?”
Jessica tidak menjawab, hanya
mengangguk seperlunya sembari melepas sabuk pengaman.
“Terima kasih sudah mengantarku.”
Jessica membungkuk dan turun dari mobil.
“Tunggu.”
“Apa lagi?” Jessica membalikkan
badannya dengan wajah kesal. Donghae menunjuk ketangan Jessica yang masih
memegang kunci mobilnya.
“Oh maaf.” Jessica hanya menyengir
dan segera mengembalikannya pada Donghae.
Setelah menerima kunci mobilnya,
Donghae masuk kedalam mobil tanpa berkata apapun. Dengan cepat mpbilnya melesat
pergi dari sana sampai Jessica geleng-geleng kepala melihatnya.
>>
Sepagi apapun Jessica bangun, dia
tetap saja keluar dari apartemen di waktu yang sama. Itulah sebabnya dia harus
mengejar kereta bawah tanah dengan waktu yang sangat singkat. Sebenarnya,
menggunakan mobil atau taksi ke kantor memakan waktu yang lebih singkat. Tapi
dia tidak akan nekad menggunakan gajinya sebulan habis hanya untuk ongkos
taksi.
Baru kali ini Jessica merasa
perjalanan sepuluh menit ke kantornya secepat ini. Selama sepuluh menit yang
singkat itu terlintas sosok Donghae di kepala Jessica. Sebenarnya, dia merasa
sedikit penasaran dengan pria itu. Entah kenapa dia masih saja mengingat
ekspresi Donghae semalam. Pria itu benar-benar aneh, Jessica selalu melihat
ekspresi Donghae yang sulit dijelaskan. Seperti sesuatu yang menyedihkan, tapi
dia tidak tahu apa.
Sambil berjalan turun dari lift
dan menuju kantornya, Jessica tetap larut dalam pikirannya ketika tiba-tiba
seseorang menepuk pundaknya dengan kuat dari belakang. Jessica membungkuk dan
rasanya hampir terjungkal karena terkejut. Sesuai dugaannya, ternyata pelakunya
adalah Shindong yang sedang terengah-engah.
“Yaakkk!!” Teriak Jessica.
“Ini gawat, ini gawat!” Shindong
masih terengah-engah.
“Ada apa sih? bicara dengan jelas.”
Omel Jessica.
“Bagaimana ini? Aku dengar Choi
Sooyoung menerima wawancara dengan majalah Elle!”
Tenggorokan Jessica bagai
tertohok, kepalanya terasa panas seketika. Bagaimana mungkin bisa terjadi, dia
bahkan sudah memastikan Choi Sooyoung menerima wawancaranya, tapi kenapa bisa
jadi begini.
Jessica mengambil langkah seribu,
dia berjalan dengan cepat dan masuk ke dalam lift. Otaknya sudah tidak bisa
bekerja dengan baik. Dia harus menemui Choi Sooyoung, harus. Artis itu
benar-benar membuat kepalanya hampir pecah.
>>
Donghae melayangkan pandangannya
pada jam dinding ruangan. Tidak terasa sudah pukul sembilan malam. Pasti sudah
tidak ada pegawai yang berada di kantor. Donghae segera membereskan mejanya dan
bersiap pulang. Saat sedang mengecek ponselnya, ia tiba-tiba ingin melihat
wanita itu. Dinghae hanya merasa senang saat melihat reaksi wanita itu yang
tidak terduga-duga. Baru pertama kali ini ia merasa tertarik bermain-main
dengan wanita yang memiliki kepribadian unik seperti Jessica.
Setelah mengikuti petunjuk GPS,
Donghae sampai didepan sebuah gedung perkantoran. Ternyata tidak begitu jauh
dari kantornya. Terpampang plakat besar bertuliskan A-Style. Donghae turun dan melihat sekelilingnya.
Beberapa ruangan di kantor tersebut sudah gelap. Jam kerja sudah berakhir
beberapa waktu yang lalu, semua pegawai pasti sudah pulang. Donghae sempat
mengira wanita itu juga pasti sudah pulang. Tapi tidak disangka wanita yang ia
cari berjalan keluar dari gedung kantornya terhuyung-huyung.
“Hai nona.”
Jessica menoleh dan terkejut melihat
siapa yang menyapanya.
“Apa yang kau lakukan disini?”
“Apa? Tentu saja aku butuh supir.”
Jawab donghae dengan santai.
Jessica menghela nafas lemah.
Seharian dia sudah mengejar Choi Sooyoung sampai kakinya hampir patah dan hanya
berakhir di meja Kepala Editor yang malah mengomelinya. Dan sekarang saat benar-benar
ingin pulang istirahat, dia harus menjadi seorang supir.
“Hei, ada apa denganmu?” Donghae
mengernyitkan dahi melihat Jessica yang tidak bertenaga.
“Mau minum denganku?”
>>
Jessica meneguk gelas terakhir
sojunya. Ia berteriak pada bibi penjual untuk menambah sebotol lagi. Donghae
mendecakkan lidah melihat wanita didepannya itu sudah mabuk berat.
“Kalau seperti ini, bisa-bisa aku
yang jadi supirmu.” Gerutu Donghae, Jessica benar-benar jenis wanita yang tidak
bisa minum alkohol.
“Maaf, tapi tidak bisakah aku libur
mengemudi sehari ini saja?”
“Kau ini wanita yang unik sekali.”
“Benarkah? Hahaha.” Jessica
tertawa seperti orang bodoh, ia benar-benar tidak bisa minum alkohol.
“Biasanya orang-orang mengatakan
kalau aku ini cantik.”
“Saat mabuk pun, kau ini percaya
diri sekali ya.” Cibir Donghae.
“Memang kenapa? Wanita itu dan
wanita ini, penyihir ini dan putri itu. Kenapa mereka membuat hidupku
tersiksa.” Jessica merancau tidak jelas, Donghae hanya bisa menghela nafas
pelan dan meneguk segelas sojunya.
“Aku ini sudah bekerja keras tahu!
Penyihir itu mengancamku lagi! Jika aku tidak berhasil membujuk Choi Sooyoung,
ia akan menendangku ke level paling rendah! Bagaimana mungkin bisa! Uhuk uhuk.”
Jessica berteriak sampai terbatuk-batuk.
“Choi Sooyoung?”
“Ya! Semua pria juga tahu. Dia
itu memang cantik. Tapi sifatnya benar-benar menyebalkan!”
“Benarkah?” Donghae mengernyitkan
dahinya. “Kenapa?”
“Kau tahu, sehari sebelumnya dia
setuju akan wawancara dengan majalah kami. Tapi dia berubah pikiran di detik
terakhir! Bagaimana mungkin bisa, hiks hiks.” Jessica terus merancau tidak
jelas.
Donghae tersenyum simpul, sifat jujur
Jessica saat sedang mabuk benar-benar membuatnya terkejut.
“Mau aku bantu?”
“Apa?”
“Wawancara dengan Choi Sooyoung.”
Mendengar nama Choi Sooyoung
disebut, Jessica kembali sadar seratus persen. Matanya membulat penuh menatap
Donghae.
“Apa kau bilang?”
“Wawancara dengan choi Sooyoung,
Itu mudah sekali.”
Jessica menepuk-nepuk pipinya,
matanya membulat lebar menatap pria didepannya.
“Benarkah?”
Donghae mengambil botol soju dan
menuangkannya pada gelas Jessica. Jessica memutar otaknya dengan keras
memilirkan siapa sebenarnya pria yang duduk didepannya itu. bagaimana ia bisa
mengenal Choi Sooyoung.
“Apa hubunganmu dengan Choi Sooyoung?”
Jessica menyipitkan matanya seperti menyelidik.
Donghae hanya tersenyum dan
mengangkat bahunya. Jessica mencoba menerka-nerka apa hubungan Donghae dan
Sooyoung sampai ia bisa mengatakan wawancara dengan Soyoung adalah hal yang
mudah. Tapi semakin berpikir keras kepalanya semakin pusing. Dia merasa
kepalanya semakin berat dan berat sampai akhirnya tidak sadar lagi apa yang
terjadi.
>>
Jessica menggeliat dengan malas
ditempat tidurnya. Semalam ia merasa tidur dengan sangat nyenyak. Rasanya
benar-benar tidak ingin bangun. Jessica mengerjap-ngerjapkan matanya, mulai
menyesuaikan cahaya matahari yang masuk. Tapi ada sesuatu yang berbeda, itu
bukan langit-langit kamarnya. Jessica segera bangun dengan panik dan memeriksa
seluruh tubuhnya. Jessica lega karena tidak ada pakaiannya yang terlepas
satupun.
Jessica turun dari tempat tidur
dengan hati-hati. Hal terakhir yang dia ingat adalah minum bersama Lee Donghae.
Benar, Jessica yakin Lee Donghae yang membawanya ketempat itu. jessica
memandang sekeliling kamar yang terlihat rapi dan bersih. Saat sedang sibuk mengamati
sekitarnya seseorang membuka pintu membuatnya terkejut.
“Kau sudah bangun?” Donghae
tersenyum dengan cerah.
“Kenapa kau membawaku kesini?”
Tanya Jessica.
Donghae mengdecakkan lidahnya
dengan pelan melihat Jessica yang menatapnya seperti seorang pria hidung belang
yang baru saja membawa lari seorang gadis.
“Coba ingat, siapa yang
muntah-muntah dibajuku dan berteriak-teriak seperti orang gila dijalan.” Cibir
Donghae.
Jessica melongo tidak percaya. Ia
baru ingat semalam mabuk berat dan membuat Donghae kesusahan. Ia memang payah
saat mabuk, bahkan teman-teman kantornya selalu kewalahan saat menghadapinya
yang sedang mabuk.
“Maaf” Ucap Jessica menyesal.
Setelah membersihkan diri,
Jessica keluar dari kamar. Ia berjalan menuruni tangga ke ruang tengah.
Apartemen yang besar dan mewah, hampir semua perabotan didominasi oleh warna hitam
dan putih. Jessica sudah bisa menebak pasti tempat itu adalah apartemen
Donghae. Apartemen mewah itu terlihat lengang.
“Kau tinggal sendirian?” Jessica
menghampiri Donghae yang sedang membuat kopi.
Donghae yang tidak menjawab
membuat Jessica mengangguk-angguk. Dan lagi, ia sempat berputar-putar melihat
beberapa ruangan. Tidak ada tanda-tanda orang lain tinggal disana, jadi Jessica
menyimpulkan Donghae memang tinggal sendirian.
“Oh ya, aku minta maaf untuk
semalam. Aku memang sedikit merepotkan saat sedang mabuk.” Jessica hanya bisa
menyengir lebar.
“Kau berhutang banyak padaku.”
Donghae menyesap kopinya dengan santai. “Menurutmu berapa biaya menginap di
apartemen sebagus ini?”
Jessica mendengus kesal mendengar
ucapan Donghae. Baru beberapa detik yang lalu ia menganggap Donghae orang yang
baik hati, tapi segera ia tarik kalimatnya lagi. Laki-laki didepannya itu
sangat menyebalkan dan perhitungan sekali.
“Ya ampun, baiklah. Hitung saja
biayanya, jangan khawatir aku akan membayar semuanya!” Ucap Jessica kesal. Rasanya
ingin sekali memukul kepala Donghae dengan gelas kaca yang ada didepannya.
“Biaya minuman, perjalanan,
kemeja yang kau muntahi, dan biaya menginap. Kira-kira berapa ratus won
menurutmu?” Donghae meletakkan cangkir kopinya, kini mereka berdiri berhadap-hadapan.
Jessica menggigit bibirnya dengan
kesal. Di sisi lain, ia juga khawatir dengan hutangnya yang justru semakin
bertambah.
“Bagaimana kalau bayar dengan
tubuhmu saja?” Donghae menyeringai kecil, menikmati setiap ekspresi Jessica
yang selalu menarik.
“Apa kau sudah gila?” Jessica
menahan kemarahannya. Tangannya sudah mengepal, kalau sekali lagi Donghae
mengucapkan kalimat yang membuatnya marah, sudah pasti tinjunya melayang.
“Hahahaha, lihat wajahmu
benar-benar merah.” Donghae sudah tidak tahan melihat wajah Jessica yang
memerah menahan marah dan meledak dalam tawa.
Jessica merasa semakin kesal
karena Donghae justru menertawainya. Jessica semakin mengepalkan tinjunya dan
bersiap akan menghabisi Donghae. Tapi sebelum pukulan itu mengenai wajah, Donghae
sudah terlebih dahulu mengunci kedua tangan Jessica dengan erat. Donghae
mendorong tubuh Jessica hingga punggung gadis itu membentur lemari pendingin.
“Lepaskan!” ucap Jessica memberontak.
Tapi cengkeraman tangan Donghae justru semakin kuat.
“Lupa sekarang kau ada dimana?”
Donghae menyeringai singkat, wajahnya kemudian berubah menjadi serius. “Kau
benar-benar kuat.”
Jessica dapat merasakan hembusan
napas Donghae karena wajah mereka yang begitu dekat. Jessica bahkan tidak dapat
mendengar dengan jelas acaman Donghae. Ia merasakan jantungnya berdetak dengan
sangat cepat, jika dipikir ia tidak pernah sekalipun berada dijarak sedekat itu
dengan seorang pria. Jessica dapat merasakan wajahnya memanas.
Donghae tersenyum melihat wajah
Jessica yang tiba-tiba memerah. Ia memang menikmati setiap perubahan ekspresi
diwajah Jessica, tapi kali ini ia merasakan ada sesuatu yang membuat gadis itu
terlihat menarik. Donghae tidak tahu apa yang mendorongnya sehingga tanpa
disadari ia sudah mencium bibir Jessica dengan lembut. Ia melepaskan
cengkeraman tangannya, menarik tengkuk Jessica dan mencium bibir gadis itu
semakin dalam.
Jessica memejamkan matanya, ia
mengutuk dirinya sendiri yang berteriak-teriak menolak tapi tubuhnya justru
membeku. Ia merasakan bibir Donghae yang menciumnya dengan lembut, sangat
lembut dan semakin dalam. Tanpa disadari tangannya yang sudah terlepas dari
cengkraman Donghae bergerak melingkar dipinggang Donghae.
Jessica mengdorong tubuh Donghae
dengan sekuat tenaga. Kesadarannya kembali setelah beberapa saat merasakan
seperti melayang di udara. Mereka mengatur nafas masing-masing, suasana terlihat
canggung.
“Aku akan segera pergi.” Merasa
ia akan menjadi gila kalau tetap berada disana, Jessica berlari mengambil
tasnya dan keluar dari apartemen Donghae dengan tergesa-gesa.
“Aku pasti sudah gila.” Donghae
mendengus dengan kesal.
>>
Choi Sooyoung menatap Donghae
tidak percaya. Dia masih berusaha mencerna apa yang baru saja Donghae katakan.
Sooyoung tertawa dengan wajah kaku.
“Jadi, oppa mau aku wawancara
dengan A-Style?”
Donghae mengangguk membuat Sooyoung
melongo tidak percaya. Ini bukan pertama kalinya, Donghae selalu memanfaatkan
statusnya sebagai “Saudara” demi keuntungannya sendiri.
“Tidak!” Ucap Sooyoung tegas.
Donghae tersenyum samar, ia sudah
menyiapkan “Rencana B” untuk menghadapi Sooyoung.
“Bagaimana dengan gaun Tiffany’s summer collection? Aku bisa
mendapatkannya dengan mudah. Aku juga tambahkan beberapa hari liburan ke Praha.”
Donghae menyodorkan sebuah amplop
coklat.
“Tentang jadwal syutingmu, semua
akan diurus.”
Sooyoung membuka amplop coklat
itu, terdapat tiket pesawat lengkap dengan fasilitas liburan lain yang telah
disiapkan. Sooyoung menggigit bibirnya dengan ragu, semua yang Donghae tawarkan sudah lama ia
inginkan. Tapi karena beberapa hal dia
tidak bisa mewujudkannya. Pertama adalah gaun Tiffany’s
collection yang gagal ia dapatkan karena sangat terbatas. Kedua liburan gratis
ke Praha yang selalu tertunda karena jadwal syutingnya. Tapi dia sudah menolak
untuk wawancara dengan A-Style. Dia tidak mungkin menarik kembali ucapannya dan
mengorbankan harga dirinya.
“Tidak.” Ucap Sooyoung setelah
menimbang-nimbang, ia memilih mempertahankan harga dirinya.
“Hmm baiklah kalau begitu. Sayang
sekali, kesempatan ini tidak akan datang lagi.” Donghae mengangkat bahunya,
berdiri dan bersiap pergi.
Sooyoung mengigit kukunya dengan
cemas. Setelah menarik napas akhirnya ia menghentikan Donghae.
“Baiklah, Baiklah.”
Langkah Donghae terhenti, ia
tersenyum simpul. Ia selalu bisa membuat sepupunya itu berakhir setuju. Sooyoung
merasa kesal dengan dirinya sendiri karena selalu kalah saat harus berhadapan
dengan Donghae.
TBC.
Note :
Part selanjutnya hanya akan diposting apabila jumlah komen readesr-nim lebih dari sepuluh!
Okee jadi orang pertama lagi yang coment :v haha,ffnya keren kak ini bisa jadi obat ff SHS yang agak mengecewakan--Pokonya ini bagus dh,ditunggu part selanjutnya ^_^
BalasHapusTerima kasih sudah jadi orang pertama yang komentar^^.
HapusJangan bosan" tunggu part selanjutnya ya, authornim sedang berjuang melanjutkan part berikutnya! Hehe~
Ff nya seruu hehe lanjut terus sampe selesai ya thor~~^^ hwaiting!!
BalasHapusGhamsahamnida komennya^^
HapusTunggu terus ya part selanjutnya.
Aku suka banget sama part yang ini! Authornim Jjang^^
BalasHapussemangat part berikutnya! ditungggguuu bangeettt^^
Makasih atas komentarnya. Pokoknya nantikan terus part selanjutnya ya^^
Hapuskyaaaaaaa,,, hallo kakak salam kenal.
BalasHapussuka sama haesica penasaran dehhhh kelanjutannya
Hallo salam kenal juga^^
HapusGhamsahamnida komennya, jangan bosan mampir ya :)
Bagus banget ffnya kak... pls lanjutin lagi udah gak sabar nih :)))))
BalasHapusGhamsahamnida^^
HapusWahh authornim jadi tambah semangat nih lanjutin ceritanya :)
Annyeong...part ini aku suka banget haesica kok sweet banget sih..heehee. author eonni tolong lanjut cepet ya udah gag sabar:)
BalasHapusAnnyeong Gesha^^
HapusMakasih komentarnya. Authornim akan lanjut part 3 kalau komen readers sudah lebih dari sepuluh, jadi tunggu terus part lanjutannya ya :)
Maaf baru bisa komen, part ini seru banget, author cepet lanjut!^^
BalasHapusMakasih sudah sempat komen^^
Hapussebelumnya authornim sedih karena jarang ada yang memberikan komen (curcol), tapi kayaknya peraturan baru di bagian note sukses, haha. sekarang authornim jadi lebih semangat lanjutinnya :)
Authornim, komentarnya udah banyak tuh...Pleasee cepet dilanjut part selanjutnya, udah gag sabar~ hehe
BalasHapusMakasih Vanilla^^
HapusAuthor seneng nih kalau ada readers kayak Vanila, cute yah hhehe. Ditunggu aja ya Van, lagi kebut nih part lanjutnya :)
Ff nya keren benget kak 😁 akuuu sukaaa
BalasHapus