Rain

Rain Cloud

Selasa, 24 November 2015

FF Romance Town Part 2






Tittle                :  Romance Town
Author             :  Sae
Main Cast       :  Lee Donghae & Jessica Jung
Support Cast : Sandara Park, Choi Sooyoung, Kwon Boa
  Leeteuk, Kim Taeyeon, Nana, Shindong
Genre              :  Romance comedy
Part                 :  2

Jarak dari Seoul ke Suwon kurang lebih satu jam. Sudah sebulan lamanya Jessica tidak pulang ke rumahnya. Karena terlalu khawatir, Ibunya yang terus berkunjung setiap akhir pekan untuk memastikan keadaan anak gadisnya dan menasehati ini itu.

Taksi berhenti tepat didepan sebuah rumah bergaya barat dengan pagar tembok menjulang yang dilindungi kawat tembaga. Rumah dua lantai itu dikelilingi halaman yang luas. Sangat tidak mengherankan jika kediaman keluarga Jung memiliki sistem kemanan yang canggih mengingat Tuan Jung adalah Kepala Polisi Distrik Suwon.

Jessica menyeret kakinya masuk setelah bibi pembantu membukakan pintu, dia merebahkan tubuhnya di sofa dan memejamkan mata. Ibunya datang membawa segelas jus dan sepiring bolu coklat. Seketika bau manis menggelitik hidungnya.

“Eomma seperti tidak punya satu pun anak. Lihatlah, rumah sebesar ini tidak ada yang menghuni.” Nyonya Jung mulai mencurahkan rasa kesepiannya selama ini.

Jessica tersenyum tipis, Ibunya pasti sangat kesepian. Apalagi setelah kakaknya Leeteuk dan istrinya Taeyeon pindah ke Incheon. Leeteuk adalah seorang jaksa yang dipindah tugaskan ke pengadilan umum Incheon beberapa bulan lalu.

“Abeoji belum pulang?”

Beberapa hari ini Abeoji-mu sibuk mengawasi pelatihan anggota polisi baru.

Jessica mengangguk-angguk, dia memasukkan potongan bolu coklat kedalam mulut. Sejenak dia terbius dengan coklat yang meleleh di dalam mulut, benar-benar manis.


Oh iya, Eomma dengar kau kabur lagi dari kencan buta waktu itu.

Jessica hampir tersedak mendengar ucapan Ibunya. Dia benar-benar lupa untuk mencari alasan.

“Eomma jadi tidak enak pada Hong ahjussi.” Ucap Nyonya Jung dengan sebal.

“Aku tidak kabur. Saat itu ada urusan mendadak, jadi aku buru-buru pergi dan lupa berpamitan.

Jessica mengatakan apapun yang saat itu terlintas di otaknya sebagai pembelaan. Tapi Nyonya Jung yang sudah hafal dengan sikap Jessica hanya bisa mendecakkan lidah.

Kau ini, mau sampai kapan melajang? Pacaran saja tidak pernah, Eomma khawatir jangan-jangan kau mau jadi perawan tua.”

Eomma.” Keluh Jessica.

Aku benar-benar lelah dan ingin tidur.”

Jessica berdiri dan naik ke kamarnya. Tubuhnya sudah terlalu lelah, dia tidak punya lagi tenaga untuk membahas masalah itu sekarang.

Aigoo kau ini.” Nyonya Jung menghela nafas “Yasudah, tidurlah dengan nyenyak.”

>> 

Malam semakin larut, Donghae mulai membuka koran yang belum sempat dibaca pagi tadi. Setelah membalik beberapa halaman ia mendapati artikel tentang Ressort grup LEAD yang sepenuhnya diambil alih oleh istri muda komisaris Lee.

Donghae tersenyum sinis, ia melempar koran itu kesembarang tempat. Donghae merebahkan badannya di sofa dan menaikkan kakinya ke atas meja. Ia memandang alarm kebakaran di langit-langit rumahnya dengan tatapan kosong. Ia tersenyum pahit, mengingat masa-masa SMA dulu, ketika pertama kali bertemu Sandara Park.

Saat itu Donghae masih muda. Ia sedang berjalan keluar dari gerbang sekolah tak sengaja menabrak seorang wanita. Wanita itu terlihat seperti seorang mahasiswi. Awalnya Donghae bersikap acuh. Ia kira wanita itu akan mengomelinya, tapi ia tidak menyangka wanita itu justru meminta maaf. Karena merasa tidak enak, Donghae membantu merapikan file-filenya. Setelah melihat dokumen yang jatuh ia baru tahu wanita itu ternyata karyawan magang di perusahaan Ayahnya.

Sejak saat itu Donghae sering bertemu dengan Sandara. Mereka saling mengenal satu sama lain dan menjadi dekat. Donghae yang kehilangan Ibunya sejak kecil merasa sangat nyaman berada di dekat Sandara. Kelembutan dan perhatian yang selama ini Donghae rindukan dari Ibunya ada dalam diri Sandara.

Tahun demi tahun berlalu dan mereka lewati bersama. Rasa nyaman itu semakin lama berkembang menjadi perasaan cinta. Donghae secara jujur mengungkapkan perasaannya dan Sandara tidak merasa keberatan, mereka justru semakin tak terpisahkan. Sampai pada akhirnya, suatu penghianatan mengubah jalan hidup keduanya

Donghae secara perlahan menekan dadanya. Hatinya terasa sakit dan pedih seolah dihujami kepingan kaca. Janji selamanya bersama hanya sebuah bualan. Donghae semakin muak saat mengingat masa dimana dia terjebak dalam sisi gelap dirinya sendiri. Sampai pada akhirnya, Ia berakhir dengan menjadi orang yang dingin dan penuh dengan kebencian.

Donghae menghela nafas pelan, Ia melangkah ke dapur mengambil segelas air dingin dan meminumnya. Ponselnya bergetar, Donghae kembali ke sofa tempat duduknya dan mengecek pesan yang masuk. Donghae membuka dan membacanya, sesaat kemudian seulas senyum tersungging dibibir tipisnya.

>> 

Matahari menyusup melalui celah-celah jendela, Jessica menggeliat malas diatas ranjang setelah mendengar suara Ibunya dari luar kamar. Dia segera bangun dan membersihkan wajahnya.

Jessica turun menuju ruang makan dan mengambil sepotong kimbab. Lalu berjalan ke halaman belakang rumahnya, duduk di tepi dan memperhatikan Ayahnya yang sedang berolahraga. Jessica tersenyum melambaikan tangan saat Tuan Jung menoleh kearahnya.

Kau tidak lihat jam berapa sekarang?” Tuan Jung mendecak lidah. Jessica hanya menyengir lebar menanggapi ucapan Ayahnya.

Jesica menatap Ayahnya yang tidak berubah dari dulu. Ayahnya adalah orang yang lebih suka taekwondo dibanding bermain golf. Dia dan kakaknya Leeteuk dididik dengan sangat disiplin sejak kecil. Tidak seperti kebanyakan anak lain, mereka memiliki sedikit teman saat sekolah. Tapi karena disiplin mereka benar-benar tumbuh dengan kepribadian yang kuat.

Berbeda dengan Ayahnya, Ibunya adalah sosok yang sangat lembut dan anggun. Ibunya adalah sosok yang penuh kasih sayang dan selalu mengimbangi Ayahnya. Ibunya seperti payung yag melindungi keluarga dari hujan dan panas dengan kasih sayangnya.

Jessica kembali teringat kenangan masa lalu. Karena Ayahnya seorang yang disegani, dia hanya punya sedikit teman. Saat SMA hampir tidak ada anak laki-laki yang berani mendekatinya karena kakaknya Leeteuk adalah ketua osis. Itulah sebabnya Jessica tidak pernah berkencan sama sekali.

Bagaimana pekerjaanmu?” Tuan Jung duduk di samping Jessica.

Jessica tersenyum tipis, tidak berniat mengeluh pada Ayahnya. Dulu Ayahnya ingin dia menjadi seorang pengacara, tapi Jessica memutuskan jalannya sendiri mengambil jurusan yang disukai. Ayahnya memang tegas tapi bukanlah orang egois. Beliau menghormati pilihan Jessica dengan syarat dia bisa bertanggung jawab atas pilihannya. Itulah sebabnya mengeluh adalah sesuatu yang pantang bagi Jessica.

Agak sibuk, tapi menyenangkan.”

Baguslah, apapun yang terjadi pekerjaan adalah tanggung jawab.”

Jessica mengangguk paham. Dibalik ucapan tegas Ayahnya, selalu ada dukungan untuknya.

>> 

Hari minggu belum benar-benar berakhir, jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Jessica baru saja sampai di Seoul tapi sesuatu yang menyebalkan sudah menanti. Kemarin malam Jessica mengirim pesan pada Donghae untuk menyetujui tawaran tidak masuk akal itu. Sekarang  laki-laki itu sudah membuatnya pusing. Bagaimana mungkin Donghae menyuruhnya cepat datang.

Meskipun dengan jengkel Jessica mengatakan tidak mau, tapi akhirnya dia menghentikan sebuah taksi. Gadis itu memutuskan untuk sabar dan bertahan sebentar saja demi kelangsungan hidupnya. Sepanjang perjalanan, perasaannya terus gelisah. Laki-laki itu mengatakan mabuk berat dan ingin segera pulang. Akhirnya dengan perasaan terpaksa  Jessica mendesak sopir taksi untuk mempercepat laju mobilnya.

Tidak lama Jessica sampai di depan sebuah klub malam kawasan Gangnam. Dia sedikit ragu untuk masuk kedalam. Bukan, bukan karena dia tak pernah masuk ke klub malam. Dia hanya sedikit cemas jika harus masuk sendirian.

Jessica menarik nafas dalam, saat akan melangkahkan kakinya orang yang dicari ternyata berdiri didepan sebuah mobil sport berwarna perak. Jessica mengernyitkan dahi, bukankah tadi laki-laki otu mengatakan sudah mabuk berat.

Hei kura-kura, kau lambat sekali.”

Pria tampan dengan setelan kaos putih dan jeans yang di padukan dengan jaket kulit Celvin Klein itu mencibir Jessica. 

Kau tidak mabuk?” Tanya Jessica dengan kesal.

Tadi sedikit mabuk, sekarang sudah tidak.” Donghae tersenyum jahil dan melempar kunci mobilnya pada Jessica yang dengan sigap menangkapnya.

Hari ini kau harus kerja. Supir magang ayo cepat jalan.” Donghae memerintah seperti seorang bos.

Jessica mendengus sebal. Donghae tidak menghiraukannya dan masuk kemobil, ia duduk disamping kursi kemudi. Dengan kesal Jessica duduk di kursi kemudi dan mulai melajukan mobil dengan wajah ditekuk.

Sudah hampir lima belas menit mereka berputar-putar di jalan. Jessica mulai kesal karena Donghae hanya duduk diam membiarkannya tak tentu arah seperti sedang dipermainkan. Tapi saat melihat Donghae yang duduk diam saja justru membuat Jessica semakin cemas.

“Tuan, sebenarnya anda mau kemana?”

Sekian lama akhirnya Jessica memberanikan diri untuk bertanya. Tapi hening, tidak ada reaksi yang ditunjukkan Donghae. Jessica akhirnya hanya bisa mendengus pelan.

“Tuan, sejak tadi kita hanya berputar-putar. Sayang sekali membuang bensin. Anda kan tahu harga minyak dunia sedang naik.”

Donghae tersenyum tipis menanggapi gerutuan Jessica. Gadis ini benar-benar lucu, ia bahkan membicarakan harga minyak dunia di saat seperti ini.

“Lee Donghae.”

“Apa?” Jessica tidak mengerti dengan ucapan lakilaki itu.

“Panggil aku Lee Donghae, Lee Donghae.” Ulang Donghae dengan jelas.

Jessica hanya ber-oh ria menanggapi ucapan Donghae. Kalau pun tidak tahu nama tidak masalah baginya. Tapi setelah dipikir memang benar dia belum bertanya nama lelaki itu.

“Jadi, kita mau kemana Lee Donghae-ssi?”

“Ke rumahmu.”

Jessica menekan rem mendadak, untung jalanan sepi sehingga tidak ada mobil dibelakang mereka.

“Apa apa maksudmu?” Tanya Jessica, dia jadi khawatir kalau ternyata pria yang duduk disebelahnya ini orang mesum.

“Tenang saja aku ini bukan mesum.” Donghae tersenyum geli seolah dapat membaca pikiran Jessica.

“Jangan macam-macam. Sepanjang jalan kau hanya diam dan aku tidak tahu harus kemana. Sebenarnya kau ini mau pulang tidak sih?!” Omel Jessica kesal.

“Bagaimana kalau minum bersama? Aku yang traktir.”

“Lee Donghae-shi, Kau tahu aku baru saja sampai Seoul dari Suwon, lalu kau menyuruhku cepat datang. Aku sudah berusaha sebaik mungkin untuk datang, tapi besok aku harus berangkat kerja di pagi buta. Sekarang kau malah mengajakku minum?!” 

Donghae meledak dalam tawanya, ia tidak tahan melihat wajah Jessica saat mengomel yang menurutnya sangat menghibur. Jessica menatap pria disampingnya dengan kesal, dia merasa tida ada yang lucu.

“Sepertinya omelanmu membuatku sedikit lebih baik.” Donghae menghela napas ringan. “Baiklah nona Jung, karena kau sudah lelah kali ini aku akan berbaik hati mengantarmu pulang.”

“Tunggu dulu.” Jessica mengeluarkan selembar kertas dari tasnya.

“Setelah menghitung sesuai dengan gaji seorang supir, aku hanya perlu menjadi supirmu kurang dari satu minggu. Sekarang kau tanda tangan disini sebagai bukti bahwa aku sudah menjadi supirmu hari ini.”

“Wah, kau benar-benar menghitungnya dengan rinci ya.” Cibir Donghae, tetapi ia tetap membubuhkan tanda tangannya pada kertas yang disodorkan Jessica.

Setelah selesai urusan tanda tangan, Jessica melipat kembali kertas itu dan memasukkannya ke dalam tas. Donghae mendesis pelan. Gadis disebelahnya ini cukup menghibur. Tanpa sadar ia benar-benar lupa dengan kepenatan otaknya seharian ini.

>> 

Hanya butuh beberapa menit mereka sampai didepan sebuah gedung apartemen di pinggiran kota. Ukurannya tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil, tapi terlihat bersih dan terawat. Terdapat taman kecil yang melingkari apartemen tersebut. Donghae sendiri baru melihat ada apartemen seperti itu dipinggir kota.

“Kau tinggal sendiri?”

Jessica tidak menjawab, hanya mengangguk seperlunya sembari melepas sabuk pengaman.

“Terima kasih sudah mengantarku.” Jessica membungkuk dan turun dari mobil.

“Tunggu.”

“Apa lagi?” Jessica membalikkan badannya dengan wajah kesal. Donghae menunjuk ketangan Jessica yang masih memegang kunci mobilnya.

“Oh maaf.” Jessica hanya menyengir dan segera mengembalikannya pada Donghae.

Setelah menerima kunci mobilnya, Donghae masuk kedalam mobil tanpa berkata apapun. Dengan cepat mpbilnya melesat pergi dari sana sampai Jessica geleng-geleng kepala melihatnya.

>> 

Sepagi apapun Jessica bangun, dia tetap saja keluar dari apartemen di waktu yang sama. Itulah sebabnya dia harus mengejar kereta bawah tanah dengan waktu yang sangat singkat. Sebenarnya, menggunakan mobil atau taksi ke kantor memakan waktu yang lebih singkat. Tapi dia tidak akan nekad menggunakan gajinya sebulan habis hanya untuk ongkos taksi.

Baru kali ini Jessica merasa perjalanan sepuluh menit ke kantornya secepat ini. Selama sepuluh menit yang singkat itu terlintas sosok Donghae di kepala Jessica. Sebenarnya, dia merasa sedikit penasaran dengan pria itu. Entah kenapa dia masih saja mengingat ekspresi Donghae semalam. Pria itu benar-benar aneh, Jessica selalu melihat ekspresi Donghae yang sulit dijelaskan. Seperti sesuatu yang menyedihkan, tapi dia tidak tahu apa.

Sambil berjalan turun dari lift dan menuju kantornya, Jessica tetap larut dalam pikirannya ketika tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya dengan kuat dari belakang. Jessica membungkuk dan rasanya hampir terjungkal karena terkejut. Sesuai dugaannya, ternyata pelakunya adalah Shindong yang sedang terengah-engah.

“Yaakkk!!” Teriak Jessica.

“Ini gawat, ini gawat!” Shindong masih terengah-engah.

“Ada apa sih? bicara dengan jelas.” Omel Jessica.

“Bagaimana ini? Aku dengar Choi Sooyoung menerima wawancara dengan majalah Elle!”

Tenggorokan Jessica bagai tertohok, kepalanya terasa panas seketika. Bagaimana mungkin bisa terjadi, dia bahkan sudah memastikan Choi Sooyoung menerima wawancaranya, tapi kenapa bisa jadi begini.

Jessica mengambil langkah seribu, dia berjalan dengan cepat dan masuk ke dalam lift. Otaknya sudah tidak bisa bekerja dengan baik. Dia harus menemui Choi Sooyoung, harus. Artis itu benar-benar membuat kepalanya hampir pecah.

>> 

Donghae melayangkan pandangannya pada jam dinding ruangan. Tidak terasa sudah pukul sembilan malam. Pasti sudah tidak ada pegawai yang berada di kantor. Donghae segera membereskan mejanya dan bersiap pulang. Saat sedang mengecek ponselnya, ia tiba-tiba ingin melihat wanita itu. Dinghae hanya merasa senang saat melihat reaksi wanita itu yang tidak terduga-duga. Baru pertama kali ini ia merasa tertarik bermain-main dengan wanita yang memiliki kepribadian unik seperti Jessica.

Setelah mengikuti petunjuk GPS, Donghae sampai didepan sebuah gedung perkantoran. Ternyata tidak begitu jauh dari kantornya. Terpampang plakat besar bertuliskan A-Style.  Donghae turun dan melihat sekelilingnya. Beberapa ruangan di kantor tersebut sudah gelap. Jam kerja sudah berakhir beberapa waktu yang lalu, semua pegawai pasti sudah pulang. Donghae sempat mengira wanita itu juga pasti sudah pulang. Tapi tidak disangka wanita yang ia cari berjalan keluar dari gedung kantornya terhuyung-huyung.

“Hai nona.” 

Jessica menoleh dan terkejut melihat siapa yang menyapanya.

“Apa yang kau lakukan disini?”

“Apa? Tentu saja aku butuh supir.” Jawab donghae dengan santai.

Jessica menghela nafas lemah. Seharian dia sudah mengejar Choi Sooyoung sampai kakinya hampir patah dan hanya berakhir di meja Kepala Editor yang malah mengomelinya. Dan sekarang saat benar-benar ingin pulang istirahat, dia harus menjadi seorang supir.

“Hei, ada apa denganmu?” Donghae mengernyitkan dahi melihat Jessica yang tidak bertenaga.

“Mau minum denganku?”

>> 

Jessica meneguk gelas terakhir sojunya. Ia berteriak pada bibi penjual untuk menambah sebotol lagi. Donghae mendecakkan lidah melihat wanita didepannya itu sudah mabuk berat.

“Kalau seperti ini, bisa-bisa aku yang jadi supirmu.” Gerutu Donghae, Jessica benar-benar jenis wanita yang tidak bisa minum alkohol.

“Maaf, tapi tidak bisakah aku libur mengemudi sehari ini saja?”

“Kau ini wanita yang unik sekali.”

“Benarkah? Hahaha.” Jessica tertawa seperti orang bodoh, ia benar-benar tidak bisa minum alkohol.

“Biasanya orang-orang mengatakan kalau aku ini cantik.”

“Saat mabuk pun, kau ini percaya diri sekali ya.” Cibir Donghae.

“Memang kenapa? Wanita itu dan wanita ini, penyihir ini dan putri itu. Kenapa mereka membuat hidupku tersiksa.” Jessica merancau tidak jelas, Donghae hanya bisa menghela nafas pelan dan meneguk segelas sojunya.

“Aku ini sudah bekerja keras tahu! Penyihir itu mengancamku lagi! Jika aku tidak berhasil membujuk Choi Sooyoung, ia akan menendangku ke level paling rendah! Bagaimana mungkin bisa! Uhuk uhuk.” Jessica berteriak sampai terbatuk-batuk.

“Choi Sooyoung?”

“Ya! Semua pria juga tahu. Dia itu memang cantik. Tapi sifatnya benar-benar menyebalkan!”

“Benarkah?” Donghae mengernyitkan dahinya. “Kenapa?”

“Kau tahu, sehari sebelumnya dia setuju akan wawancara dengan majalah kami. Tapi dia berubah pikiran di detik terakhir! Bagaimana mungkin bisa, hiks hiks.” Jessica terus merancau tidak jelas.

Donghae tersenyum simpul, sifat jujur Jessica saat sedang mabuk benar-benar membuatnya terkejut.

“Mau aku bantu?”

“Apa?” 

“Wawancara dengan Choi Sooyoung.”

Mendengar nama Choi Sooyoung disebut, Jessica kembali sadar seratus persen. Matanya membulat penuh menatap Donghae.

“Apa kau bilang?”

“Wawancara dengan choi Sooyoung, Itu mudah sekali.”

Jessica menepuk-nepuk pipinya, matanya membulat lebar menatap pria didepannya.

“Benarkah?”

Donghae mengambil botol soju dan menuangkannya pada gelas Jessica. Jessica memutar otaknya dengan keras memilirkan siapa sebenarnya pria yang duduk didepannya itu. bagaimana ia bisa mengenal Choi Sooyoung.

“Apa hubunganmu dengan Choi Sooyoung?” Jessica menyipitkan matanya seperti menyelidik.

Donghae hanya tersenyum dan mengangkat bahunya. Jessica mencoba menerka-nerka apa hubungan Donghae dan Sooyoung sampai ia bisa mengatakan wawancara dengan Soyoung adalah hal yang mudah. Tapi semakin berpikir keras kepalanya semakin pusing. Dia merasa kepalanya semakin berat dan berat sampai akhirnya tidak sadar lagi apa yang terjadi.

>> 

Jessica menggeliat dengan malas ditempat tidurnya. Semalam ia merasa tidur dengan sangat nyenyak. Rasanya benar-benar tidak ingin bangun. Jessica mengerjap-ngerjapkan matanya, mulai menyesuaikan cahaya matahari yang masuk. Tapi ada sesuatu yang berbeda, itu bukan langit-langit kamarnya. Jessica segera bangun dengan panik dan memeriksa seluruh tubuhnya. Jessica lega karena tidak ada pakaiannya yang terlepas satupun.

Jessica turun dari tempat tidur dengan hati-hati. Hal terakhir yang dia ingat adalah minum bersama Lee Donghae. Benar, Jessica yakin Lee Donghae yang membawanya ketempat itu. jessica memandang sekeliling kamar yang terlihat rapi dan bersih. Saat sedang sibuk mengamati sekitarnya seseorang membuka pintu membuatnya terkejut.

“Kau sudah bangun?” Donghae tersenyum dengan cerah.

“Kenapa kau membawaku kesini?” Tanya Jessica.

Donghae mengdecakkan lidahnya dengan pelan melihat Jessica yang menatapnya seperti seorang pria hidung belang yang baru saja membawa lari seorang gadis.

“Coba ingat, siapa yang muntah-muntah dibajuku dan berteriak-teriak seperti orang gila dijalan.” Cibir Donghae.

Jessica melongo tidak percaya. Ia baru ingat semalam mabuk berat dan membuat Donghae kesusahan. Ia memang payah saat mabuk, bahkan teman-teman kantornya selalu kewalahan saat menghadapinya yang sedang mabuk.

“Maaf” Ucap Jessica menyesal.

Setelah membersihkan diri, Jessica keluar dari kamar. Ia berjalan menuruni tangga ke ruang tengah. Apartemen yang besar dan mewah, hampir semua perabotan didominasi oleh warna hitam dan putih. Jessica sudah bisa menebak pasti tempat itu adalah apartemen Donghae. Apartemen mewah itu terlihat lengang.

“Kau tinggal sendirian?” Jessica menghampiri Donghae yang sedang membuat kopi.

Donghae yang tidak menjawab membuat Jessica mengangguk-angguk. Dan lagi, ia sempat berputar-putar melihat beberapa ruangan. Tidak ada tanda-tanda orang lain tinggal disana, jadi Jessica menyimpulkan Donghae memang tinggal sendirian.

“Oh ya, aku minta maaf untuk semalam. Aku memang sedikit merepotkan saat sedang mabuk.” Jessica hanya bisa menyengir lebar.

“Kau berhutang banyak padaku.” Donghae menyesap kopinya dengan santai. “Menurutmu berapa biaya menginap di apartemen sebagus ini?”

Jessica mendengus kesal mendengar ucapan Donghae. Baru beberapa detik yang lalu ia menganggap Donghae orang yang baik hati, tapi segera ia tarik kalimatnya lagi. Laki-laki didepannya itu sangat menyebalkan dan perhitungan sekali.

“Ya ampun, baiklah. Hitung saja biayanya, jangan khawatir aku akan membayar semuanya!” Ucap Jessica kesal. Rasanya ingin sekali memukul kepala Donghae dengan gelas kaca yang ada didepannya.

“Biaya minuman, perjalanan, kemeja yang kau muntahi, dan biaya menginap. Kira-kira berapa ratus won menurutmu?” Donghae meletakkan cangkir kopinya, kini mereka berdiri berhadap-hadapan.

Jessica menggigit bibirnya dengan kesal. Di sisi lain, ia juga khawatir dengan hutangnya yang justru semakin bertambah.

“Bagaimana kalau bayar dengan tubuhmu saja?” Donghae menyeringai kecil, menikmati setiap ekspresi Jessica yang selalu menarik.

“Apa kau sudah gila?” Jessica menahan kemarahannya. Tangannya sudah mengepal, kalau sekali lagi Donghae mengucapkan kalimat yang membuatnya marah, sudah pasti tinjunya melayang.

“Hahahaha, lihat wajahmu benar-benar merah.” Donghae sudah tidak tahan melihat wajah Jessica yang memerah menahan marah dan meledak dalam tawa.

Jessica merasa semakin kesal karena Donghae justru menertawainya. Jessica semakin mengepalkan tinjunya dan bersiap akan menghabisi Donghae. Tapi sebelum pukulan itu mengenai wajah, Donghae sudah terlebih dahulu mengunci kedua tangan Jessica dengan erat. Donghae mendorong tubuh Jessica hingga punggung gadis itu membentur lemari pendingin.

“Lepaskan!” ucap Jessica memberontak. Tapi cengkeraman tangan Donghae justru semakin kuat.

“Lupa sekarang kau ada dimana?” Donghae menyeringai singkat, wajahnya kemudian berubah menjadi serius. “Kau benar-benar kuat.”

Jessica dapat merasakan hembusan napas Donghae karena wajah mereka yang begitu dekat. Jessica bahkan tidak dapat mendengar dengan jelas acaman Donghae. Ia merasakan jantungnya berdetak dengan sangat cepat, jika dipikir ia tidak pernah sekalipun berada dijarak sedekat itu dengan seorang pria. Jessica dapat merasakan wajahnya memanas.

Donghae tersenyum melihat wajah Jessica yang tiba-tiba memerah. Ia memang menikmati setiap perubahan ekspresi diwajah Jessica, tapi kali ini ia merasakan ada sesuatu yang membuat gadis itu terlihat menarik. Donghae tidak tahu apa yang mendorongnya sehingga tanpa disadari ia sudah mencium bibir Jessica dengan lembut. Ia melepaskan cengkeraman tangannya, menarik tengkuk Jessica dan mencium bibir gadis itu semakin dalam.

Jessica memejamkan matanya, ia mengutuk dirinya sendiri yang berteriak-teriak menolak tapi tubuhnya justru membeku. Ia merasakan bibir Donghae yang menciumnya dengan lembut, sangat lembut dan semakin dalam. Tanpa disadari tangannya yang sudah terlepas dari cengkraman Donghae bergerak melingkar dipinggang Donghae.

Jessica mengdorong tubuh Donghae dengan sekuat tenaga. Kesadarannya kembali setelah beberapa saat merasakan seperti melayang di udara. Mereka mengatur nafas masing-masing, suasana terlihat canggung.

“Aku akan segera pergi.” Merasa ia akan menjadi gila kalau tetap berada disana, Jessica berlari mengambil tasnya dan keluar dari apartemen Donghae dengan tergesa-gesa.

“Aku pasti sudah gila.” Donghae mendengus dengan kesal.

>> 

Choi Sooyoung menatap Donghae tidak percaya. Dia masih berusaha mencerna apa yang baru saja Donghae katakan. Sooyoung tertawa dengan wajah kaku.

“Jadi, oppa mau aku wawancara dengan A-Style?”

Donghae mengangguk membuat Sooyoung melongo tidak percaya. Ini bukan pertama kalinya, Donghae selalu memanfaatkan statusnya sebagai “Saudara” demi keuntungannya sendiri.

“Tidak!” Ucap Sooyoung tegas.

Donghae tersenyum samar, ia sudah menyiapkan “Rencana B” untuk menghadapi Sooyoung.

“Bagaimana dengan gaun Tiffany’s summer collection? Aku bisa mendapatkannya dengan mudah. Aku juga tambahkan beberapa hari liburan ke Praha.” Donghae menyodorkan sebuah  amplop coklat.
“Tentang jadwal syutingmu, semua akan diurus.”

Sooyoung membuka amplop coklat itu, terdapat tiket pesawat lengkap dengan fasilitas liburan lain yang telah disiapkan. Sooyoung menggigit bibirnya dengan ragu,  semua yang Donghae tawarkan sudah lama ia inginkan. Tapi karena beberapa  hal dia tidak bisa mewujudkannya. Pertama adalah  gaun Tiffany’s collection yang gagal ia dapatkan karena sangat terbatas. Kedua liburan gratis ke Praha yang selalu tertunda karena jadwal syutingnya. Tapi dia sudah menolak untuk wawancara dengan A-Style. Dia tidak mungkin menarik kembali ucapannya dan mengorbankan harga dirinya.

“Tidak.” Ucap Sooyoung setelah menimbang-nimbang, ia memilih mempertahankan harga dirinya.

“Hmm baiklah kalau begitu. Sayang sekali, kesempatan ini tidak akan datang lagi.” Donghae mengangkat bahunya, berdiri dan bersiap pergi.

Sooyoung mengigit kukunya dengan cemas. Setelah menarik napas akhirnya ia menghentikan Donghae.

“Baiklah, Baiklah.”

Langkah Donghae terhenti, ia tersenyum simpul. Ia selalu bisa membuat sepupunya itu berakhir setuju. Sooyoung merasa kesal dengan dirinya sendiri karena selalu kalah saat harus berhadapan dengan Donghae.

TBC.

Note :
Part selanjutnya hanya akan diposting apabila jumlah komen readesr-nim lebih dari sepuluh!
 

17 komentar :

  1. Okee jadi orang pertama lagi yang coment :v haha,ffnya keren kak ini bisa jadi obat ff SHS yang agak mengecewakan--Pokonya ini bagus dh,ditunggu part selanjutnya ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah jadi orang pertama yang komentar^^.
      Jangan bosan" tunggu part selanjutnya ya, authornim sedang berjuang melanjutkan part berikutnya! Hehe~

      Hapus
  2. Ff nya seruu hehe lanjut terus sampe selesai ya thor~~^^ hwaiting!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ghamsahamnida komennya^^
      Tunggu terus ya part selanjutnya.

      Hapus
  3. Aku suka banget sama part yang ini! Authornim Jjang^^
    semangat part berikutnya! ditungggguuu bangeettt^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih atas komentarnya. Pokoknya nantikan terus part selanjutnya ya^^

      Hapus
  4. kyaaaaaaa,,, hallo kakak salam kenal.
    suka sama haesica penasaran dehhhh kelanjutannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hallo salam kenal juga^^
      Ghamsahamnida komennya, jangan bosan mampir ya :)

      Hapus
  5. Bagus banget ffnya kak... pls lanjutin lagi udah gak sabar nih :)))))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ghamsahamnida^^
      Wahh authornim jadi tambah semangat nih lanjutin ceritanya :)

      Hapus
  6. Annyeong...part ini aku suka banget haesica kok sweet banget sih..heehee. author eonni tolong lanjut cepet ya udah gag sabar:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Annyeong Gesha^^
      Makasih komentarnya. Authornim akan lanjut part 3 kalau komen readers sudah lebih dari sepuluh, jadi tunggu terus part lanjutannya ya :)

      Hapus
  7. Maaf baru bisa komen, part ini seru banget, author cepet lanjut!^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih sudah sempat komen^^
      sebelumnya authornim sedih karena jarang ada yang memberikan komen (curcol), tapi kayaknya peraturan baru di bagian note sukses, haha. sekarang authornim jadi lebih semangat lanjutinnya :)

      Hapus
  8. Authornim, komentarnya udah banyak tuh...Pleasee cepet dilanjut part selanjutnya, udah gag sabar~ hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Vanilla^^
      Author seneng nih kalau ada readers kayak Vanila, cute yah hhehe. Ditunggu aja ya Van, lagi kebut nih part lanjutnya :)

      Hapus
  9. Ff nya keren benget kak 😁 akuuu sukaaa

    BalasHapus