Tittle : Bluemoon
Author : Sae
Main Cast : Irene, Sehun, Kai
Genre : Fantasy, Romance
Chapter : 1
“Akan ada hari dimana kebangkitan itu tiba. Yaitu
ketika dua vampir darah murni akan membentuk sebuah cahaya malam diselimuti
warna biru yang disebut, Bluemoon”
Tiga ratus tahun yang lalu pertempuran antara klan
vampir terjadi. Sebuah pertempuran yang berakhir dengan perebutan kekuasaan
antara klan vampir untuk menduduki posisi tertinggi. Licht Donghae, pemimpin
klan vampir tertinggi tertidur beratus-ratus tahun karena racun bunga zack.
Kebangkitannya kembali hanya akan terjadi apabila dua vampir darah murni membentuk
sebuah cahaya malam berwarna biru yang dinamakan Bluemoon.
~~~
Irene berlari sepanjang koridor setelah mendengar keributan yang baru
saja terjadi. Seorang siswi berteriak setelah menemukan temannya dalam keadaan
pingsan diruang penyiaran. Kejadian itu memang bukan yang pertama kali, tapi
yang membuat semua tidak wajar adalah bekas gigitan yang menyerupai taring dileher siswi itu.
Sebelum berita yang menyebar akan membuat siswa panik dan khawatir,
pihak sekolah berusaha menyembunyikan yang sebenarnya terjadi. Pihak sekolah
memberikan penjelasan yang cukup masuk akal, bahwa siswi itu pingsan karena
kekurangan cairan dan kelelahan. Tapi hal itu tidak berlaku bagi Irene, ia akan mencari tahu siapa pelaku yang melanggar peraturan
sekolahnya.
ParkAcademy adalah sebuah sekolah klasik yang terletak antara dua bukit
yang jauh dari kota. Sekolah dengan bangunan menyerupai kastil Inggris kuno
yang dikelilingi hutan pinus dan danau tawar. Pagar tembok menjulang tinggi
layaknya sebuah benteng megah ala Eropa. Bukan hanya sekolah, tetapi juga dua
bangunan asrama besar dan fasilitas pendukung yang menjadi tempat tinggal siswa
dan kompleks bangunan eksklusif.
Seleksi dilakukan dengan ketat untuk bisa menyandang status pelajar ParkAcademy.
Park Jungsoo sebagai pendiri dan Kepala
Sekolah menjamin kualitas dan kuantitas ParkAcademy. Sistem pembelajaran dibagi
atas dua tahap, yaitu kelas siang dan kelas malam dengan peraturan yang ketat. Bagi
siswa kelas siang dilarang keluar dari asrama setelah pukul enam sore, dan siswa kelas malam dilarang
berkeliaran setelah jam kelas malam berakhir. Kelas siang diisi siswa pada
umumnya, tapi ada rahasia yang tak pernah dunia luar ketahui. Bahwa semua siswa
kelas malam adalah mereka, bangsa vampir.
~~~
Irene harus berlari kecil mengikuti langkah kaki Kai yang lebar. Mereka
masuk kesebuah ruangan dengan pintu kayu mahoni tinggi berplakat “Kepala
Sekolah”. Dua orang didalam ruang itu menghentikan percakapan melihat Irene dan
Kai masuk. Sorang laki-laki paruh baya menyambut mereka dengan senyum hangat.
“Oh, Selamat datang. Apa yang membuat kedua penjaga hebat kita datang?”
Divisi penjaga adalah sebuah tim siswa khusus yang ditunjuk sebagai
komite kedisplinan dan keamanan. Sebagai siswa kelas siang yang dikenal populer
dan tangguh, Kai dan Irene dipilih secara langsung oleh Kepala Sekolah sebagai
divisi penjaga bagi kelas siang.
Kai dan Irene membungkuk dengan hormat menanggapi sambutan Kepala
Sekolah Park. Sedangkan Kai menatap tajam laki-laki berseragam layaknya tuan
muda yang dengan elegan berdiri didepan Kepala Sekolah, tatapan keduanya saling
beradu.
“Maafkan kami jika ini sedikit tidak sopan. Tapi sebagai divisi penjaga,
kami ingin anda menindaklanjuti kasus yang terjadi pagi ini.” Ucap Kai sopan.
“Oh ya, kebetulan sekali aku baru saja membicarakannya dengan Sehun-si.”
“Bagus sekali dia ada disini, kita bisa selesaikan semuanya sekarang.”
Ucap Kai sinis.
“Aku yakin kalian tahu kejadian yang sebenarnya. Tapi untuk menangkap
pelakunya, semua sudah diserahkan pada Sehun-si.”
“Tapi Kepala Sekolah...” Irene mengurungkan ucapannya setelah Kai
memberi kode untuk tetap diam.
“Anda tidak bisa menyerahkan kasus ini begitu saja. Ia adalah siswa
kelas malam, bukan tidak mungkin jika ia akan melindungi pelakunya.” Lanjut Kai
ketus.
“Semua yang berhubungan dengan siswa kelas malam adalah wewenangku.”
Jawab Sehun Tajam.
Irene hanya bisa menggigit bibir melihat adu mulut yang terjadi
didepannya meskipun bukan yang pertama kali. Ia sering melihat mereka
bersitegang tapi ia tidak pernah berhasil melerai keduanya.
“Oh jadi kau ingin aku mempercayakan keselamatan siswa siang pada
bangsamu?”
“Dan kau lupa siapa dirimu?”
Ucapan Sehun berhasil membungkam Kai. Keduanya saling menatap tajam
seperti saling menembakkan sinar laser. Kepala Sekolah Park yang merasakan akan
terjadi peperangan besar jika tidak dihentikan segera berdiri dari kursi dan
menengahi keduanya.
“Oh ya ampun Kai-si, Sehun-si tolong hentikan. Aku khawatir ruangan ini akan
hancur jika kalian bertengkar seperti ini. Haha” Park Jungsoo mencoba
mencairkan suasana mencekam antara Kai dan Sehun.
“Kai-si coba tolong dengarkan penjelasanku dulu. Dan Tuan Muda Sehun
tolong biarkan aku jelaskan semua pada mereka.”
Sehun dan Kai saling membuang muka. Park Jungsoo tersenyum lega karena
dapat melerai adu mulut yang terjadi.
“Kejadian itu merupakan ulah salah satu siswa kelas malam. Dan aku yakin
Sehun-si lebih tahu tentang ini, jadi
itulah kenapa aku menyerahkan semua padanya.”
“Biarkan aku ikut menyelidikinya.” Ucap Irene tiba-tiba.
Ketiga orang itu menoleh dan menatap Irene bersamaan. Irene hanya bisa
memasang wajah yang kaku, menatap polos ketiganya secara bergantian.
“Oh ya ampun, tidak tidak Irene sayang. Berkeliaran ditengah malam
sangat berbahaya bagimu.” Tolak Park Jungsoo.
“Kami berdua.” Irene menunjuk dirinya dan Kai “Maksudku tidak masalah
jika kami berdua kan?”
Irene menatap Park Jungsoo dengan penuh harap. Tapi harapannya runtuh
setelah Park Jungsoo memberi tanda silang dengan kedua tangannya didepan dada.
Jawabannya tetap tidak, Irene hanya bisa menghela nafas kecewa.
“Jika semua sudah selesai, aku akan segera melaporkan pada anda.”
Setelah membungkuk hormat, Sehun berjalan meninggalkan ruangan. Irene
melakukan hal yang sama. Ia segera berlari menyusul langkah Sehun meninggalkan Kai dan Kepala Sekolah.
“Sehun-si!”
Irene berlarian kecil mengejar Sehun yang berjalan beberapa langkah didepannya.
Ia hampir saja tersandung kakinya sendiri, tapi Sehun dengan cepat menahan
kedua tangan Irene sebelum jatuh.
“Wah Sehun-si, gerakanmu cepat sekali.” Irene hanya bisa meringis.
“Kau jatuh dengan mudah.” Sehun membantu Irene berdiri. “Kau bisa terluka.”
“Apa aku benar-benar tidak boleh terlibat dalam kasus itu?” Irene
mengalihkan pembicaraan, mencoba untuk membujuk Sehun.
Sehun terdiam beberapa saat. Ia merapikan helaian rambut Irene yang
tertiup angin menutupi sebagian wajahnya. Irene dapat merasakan tangan Sehun
bergerak membelai dan menyibak dengan lembut rambut yang menutupi lehernya.
Mendadak tubuh Irene terasa tegang seperti aliran listrik baru saja menyengat.
Seperti gerakan yang terasa lambat Sehun mendekatkan wajahnya keleher Irene.
“Apa kau merasa tegang?”
Sehun mengucapkan dengan lembut ditelinga Irene, membuat bulu-bulu halus
ditubuh gadis itu berdiri. Irene menutup mata dan menahan napas beberapa saat.
Sehun dapat merasakan ketegangan Irene, ia tersenyum simpul.
“Tubuhmu bereaksi dengan cepat.” Bisik Sehun.
Sehun memeluk Irene. Ketegangan ditubuh gadis itu menghilang perlahan,
Irene bisa merasakan dinginnya tubuh Sehun yang sedang memeluknya. Irene tersenyum
simpul dan membalas pelukan Sehun dengan hangat. Suhu tubuh yang sangat dingin
seakan terbiasa baginya. Pelukan Sehun justru membuatnya nyaman, seperti sihir
yang bisa membuatnya melupakan semua kesedihan dan ketakutan.
Tidak jauh dari sana, Kai berdiri menatap keduanya dalam bisu. Ia
membalikkan badan dan berjalan pergi. Angin membawa terbang bau pohon pinus yang
harum.
~~~
--Flashback--
Sepuluh tahun yang lalu.
Angin yang bertiup kencang membuat ranting dan daun menimbulkan suara
gesekan. Pertarungan masih berlangsung, bunyi bedebum dan gelegar masih
terdengar sampai ke ruangan kecil yang hanya disinari lampu remang-remang.
Gadis kecil duduk meringkuk di pojok ruangan, seorang wanita masuk dan
menghambur memeluk gadis itu.
“Ibu.” Gadis itu memanggil Ibunya dengan suara hampir tidak terdengar.
Tiffany memeluk putri kecilnya dengan erat, mencium kening gadis kecil
itu dengan mata berkaca-kaca.
“Irene-ah, dengarkan Ibu. Kau harus cepat lari dari sini.”
Gadis kecil yang dipanggil Irene itu menggeleng kencang, ia mengeratkan
genggaman tangan Ibunya.
“Irene-ah, dengarkan kata-kata Ibu! Cepat lari dari sini, larilah sejauh mungkin.”
Perintah Tiffany dengan suara parau.
“Tidak mau...” Irene mulai menangis sesenggukan “Aku ingin bersama Ayah
dan Ibu.”
“Irene-ah tolong dengarkan Ibu!” Bentak Tiffany “Kau harus lari
sekencang mungkin. Jangan pernah menoleh kebelakang, kau mengerti?”
Irene mengangguk paham, Tiffany menahan air matanya agar tidak jatuh. Ia
menggiring Irene ke sebuah pintu kecil yang tersembunyi dibalik rak buku yang
berdebu.
“Sekarang saatnya. Larilah, larilah sejauh mungkin!” Perintah Tiffany
membukakan pintu untuk putrinya.
Tiffany memeluk dengan erat sebelum putrinya pergi, mencium kening Irene
untuk yang terakhir kali. Bunyi bedebum dan reruntuhan terdengar semakin
kencang. Irene mengepalkan tangannya erat, menangis tanpa suara.
“Maafkan Ayah dan Ibu. Kami mencintaimu, Ibu sangat mencintaimu.”
Tiffany mendorong Irene keluar untuk lari. Ia tidak lagi dapat menahan air
matanya melihat Irene berlari.
Irene berlari dengan kaki pendeknya secepat mungkin. Suara bedebum dan
reruntuhan itu terdengar semakin keras. Irene mengikuti perintah Ibunya untuk
tidak menoleh kebelakang dan tetap berlari. Gadis kecil itu tidak tahu apa yang
sebenarnya terjadi.
Beberapa saat setelah pertempuran yang terjadi. Sehun mengepalkan
tangannya dengan kuat, ia datang terlambat. Beberapa bangunan sudah hancur tak
tersisa. Semilir angin membawa bau amis dari darah yang bercucuran diberbagai
tempat. Sehun menyisir pandangannya dan menemukan orang yang ia cari. Pasangan
suami istri, Siwon Chwe dan Tiffany sudah tergeletak bersimbah darah. Mata Sehun bergerak dengan
cepat mencari sesuatu. Tidak ada gadis
kecil disana. Mata elangnya menangkap gerakan jari Tiffany. Ia mendekat dan
mendapati wanita itu masih bertahan dengan sisa-sisa napasnya.
“Kau datang terlambat Tuan Muda.” Lirih Tiffany
“Dimana? Dimana gadis itu?” Tanya Sehun.
“A aku- me-nyuruhnya ber-lari.” Ucap Tiffany dengan sisa tenaganya. “To-long-se selamat-kan pu-pu-tri-ku”
Tiffany menghembuskan nafas terakhir setelah mengatakannya. Sehun
berdiri mengepalkan tangannya. Ia memejamkan mata dan memasang telingannya.
Mengerahkan kekuatannya menembus malam. Ia terbang dengan gerakan cepat dan
hampir tak terlihat.
~~~
Ditengah hutan Irene menangis dan menggigil ketakutan. Ia bersembunyi di
balik batang pohon yang ukurannya tiga kali lebih besar dari tubuhnya. Suara
lolongan serigala menambah suasana mencekam. Gadis itu mengintip dua orang
laki-laki bertaring panjang dan berlumuran darah berjalan semakin mendekati
tempatnya bersembunyi. Ia membungkam mulutnya sendiri agar suara tangisnya
tidak terdengar.
Setelah mengintip dari celah ranting, dua vampir itu melihatnya. Irene
menangis dan menutup mata memanggil Ayah dan Ibunya. Tiba-tiba terdengar suara
erangan dan teriakan. Irene memberanikan diri membuka matanya, ia melihat darah
berserakan dan bercucuran. Dua laki-laki menyeramkan itu mati dalam keadaan
mengenaskan. Tubuh Irene menegang ketika seorang laki-laki muda berjalan
mendekatinya.
Laki-laki itu berjongkok, menyamakan tingginya dengan gadis kecil yang sedang
menangis dan meringkuk ketakutan. Irene melihat dengan jelas bola mata berwarna
biru yang memancar, bibir merah dan kulit putih yang pucat.
“Tidak apa-apa, kau sudah aman.” Sehun mengulurkan tangan pada Irene
yang menatapnya ketakutan. Ia menyunggingkan senyum hangat.
Perlahan ketakutan Irene menghilang, gadis kecil itu meraih tangan Sehun
yang terulur. Sehun memeluk Irene yang menangis tersedu dan menepuk-nepuk
punggung gadis kecil itu dengan lembut.
“Tidak apa-apa, aku akan melindungimu.”
Setelah itu Irene sama sekali tidak mengingat apa yang terjadi. Saat
membuka mata, ia sudah berada disebuah kamar besar dengan bau lavender yang
wangi. Irene ingat seorang laki-laki tersenyum hangat dan mengucapkan selamat
pagi, ia adalah Park Jungsoo. Yang Irene tahu, mulai saat itu ia resmi
diadopsi.
--Flashback End--
~~~
Irene tersentak kaget, mimpi buruk membangunkannya. Beberapa hari
terakhir Irene selalu bermimpi buruk. Irene melirik jam dinding, ternyata sudah
pukul enam pagi. Seseorang mengetuk pintu dan melongokkan kepalanya. Park
Jungsoo tersenyum dan mengucapkan selamat pagi.
“Kau sudah bangun? Ayo sarapan, Ayah membuat sesuatu yang lezat.”
Irene mengangguk dan tersenyum manis. Setelah beberapa saat Irene turun
dari kamarnya dengan seragam yang sudah rapi, ia berjalan dengan riang ke meja
makan.
“Selamat pagi.” Sapa Irene. “Kau bangun pagi Kai?” Irene
bergabung dengan Kai yang sudah siap dimeja makannya.
“Kepala sekolah sangat berisik, membangunkanku
pagi-pagi hanya untuk sarapan.” Gerutu Kai.
“Oh ya ampun, kalian ini harus makan yang banyak
agar cepat tumbuh!” Ucap Park Jungsoo, ia masih sibuk menuangkan sup caramel dari panci.
“Oh Ayah, kami bukan anak kecil lagi.” Protes
Irene.
“Haha, ya ya benar. Anak-anakku sudah tumbuh
dewasa.” Park Jungsoo duduk dan bergabung dimeja makan.
“Aku bukan anakmu.” Protes Kai sambil menyendok
nasinya, lalu memasukkan ke dalam mulut.
“Oh benar juga. Kalau begitu berhentilah membuat
masalah, aku tidak akan menjadi walimu lagi.” Ancam Park Jungsoo.
“Ah ya ampun kau ini.” Ucap Kai menyerah.
Irene terkikik geli melihat perdebatan mereka. Ia
tidak suka makan sendirian, itu sebabnya Irene sangat bahagia Park Jungsoo dan
Kai membuat meja makan terasa ramai. Dibalik sikapnya yang tegas sebagai kepala
sekolah, Ayahnya adalah orang yang humoris dan penuh kasih sayang. Tidak hanya
sebagai Ayah, Park Jungsoo sebaik mungkin merangkap figur seorang Ibu. Irene
sangat bersyukur karena Ayahnya adalah Park Jungsoo.
~~~
Setelah menyelesaikan kelas terakhir, Kai dan Irene
berjalan menyisir beberapa ruangan. Jam pergantian dari kelas siang menuju
kelas malam berbunyi, mereka harus memastikan semua siswa kelas siang masuk ke dalam
asrama. Senja tenggelam, Langit mulai gelap. Kai dan irene melanjutkan
penjagaan. Saat dalam perjalanan kembali ke asrama, tiba-tiba Kai menarik Irene
bersembunyi dibelakangnya. Indra pendengaran Kai dua kali lebih peka dari Irene.
Mereka siaga dan bersiap menarik tembakan dari balik jas seragam.
Pertama kali ditunjuk oleh Kepala Sekolah sebagai
divisi penjaga, Kai dan Irene mendapat sebuah senjata rahasia. Senjata yang
hanya diketahui oleh mereka dan hanya boleh digunakan saat dalam bahaya. Sebuah
senjata tembak yang dapat membinasakan vampir, senjata khusus yang digunakan
para pemburu vampir. Kai bersiap menarik pelatuknya saat dua orang melompat
dari dalam semak-semak.
“Oh tungu-tunggu!” Suho mengangkat kedua tangannya,
terkejut melihat Kai dan Irene bersiap menarik pelatuknya.
“Oh ya ampun kalian ini.” Keluh Chanyeol.
Melihat dua orang yang mereka kenal, Kai dan Irene dengan
lega menurunkan senjatanya.
“Apa yang kalian lakukan disana?” Tanya Kai ketus.
Suho mendecakkan lidah dengan kesal, ia menyeret
Chanyeol berjalan mendekati Kai dan Irene.
“Seharusnya kami yang bertanya, apa yang sedang kau
lakukan? Kelas malam sudah dimulai.” Suho menunjuk langit yang mulai gelap
sebagai tanda mereka sudah bebas
berkeliaran.
“Apa yang Tuan Putri Irene lakukan bersama bajingan
ini?” Tanya Chanyeol sembrono, ia langsung mendapatkan tatapan tajam dari Kai.
“Ya ampun ucapanmu lancang sekali.” Suho pura-pura menyahuti
Chanyeol, mereka tidak menggubris
tatapan tajam dari Kai.
“Kami baru berjaga dan akan kembali ke asrama.”
Jawab Irene “Maaf atas kejadian tadi, kami tidak tahu itu kalian.” Ucap Irene
dengan sopan.
“Wah Tuan Putri Irene memang berbeda dengan vampir
menyebalkan yang satu ini.” Chanyeol melirik Kai tajam “Itulah sebabnya kami
sangat menyukai Irene.”
Kai mengepalkan tangannya, matanya menyala merah
karena marah. Ia hampir saja menarik senjatanya kembali kalau saja Irene tidak
memegangi tangannya.
“Tolong jaga ucapan kalian.” Irene memperingati dengan
lembut.
“Ah maafkan kelancangan kami.” Chanyeol dan Suho
meminta maaf.
Irene mengangguk dan tersenyum puas mendengar
permintaan maaf mereka.
“Kami harus kembali, sampai jumpa lagi.”
Irene menarik paksa tangan Kai untuk segera
meninggalkan tempat itu. Ia khawatir jika emosi Kai kembali tersulut dan
menimbulkan masalah yang lebih serius. Lagipula mereka akan tetap disalahkan karena
masih berkeliaran di jam malam sehingga bertemu dua vampir. Irene baru
melepaskan genggaman tangannya setelah sampai didepan rumah. Kai dan Irene
tidak tinggal di asrama seperti siswa pada umumnya. Mereka tinggal di kediaman
pribadi kepala sekolah yang dibangun di kompleks eksklusif.
“Abaikan saja ucapan mereka.” Ucap Irene lirih.
“Jangan
Khawatir.” Kai tersenyum dan mengacak rambut Irene dengan lembut. Ia mendorong
pintu dan masuk kedalam.
“Ayo cepat, Ayahmu akan marah jika kita melewatkan
makan malam.”
Irene tersenyum lega, lalu mengingat kembali bagaimana
pertemuan pertamanya dengan Kai. Saat itu umur Irene sekitar sepuluh tahun.
Ayahnya datang membawa seorang anak laki-laki. Park Jungsoo mengatakan mulai
sekarang Kai akan tinggal bersama mereka. Irene merasa sangat gembira karena
mendapatkan teman baru.
Tapi beberapa hari berlalu Kai masih tidak mau
berbicara dan selalu menyendiri. Irene merasa seperti melihat dirinya sendiri
saat pertama kali ia diadopsi. Irene tidak mau berbicara sepatah kata pun dan
selalu ketakutan saat melihat orang baru. Saat itu hampir setiap hari Sehun
datang dan menemani Irene bermain. Kehadiran Sehun membuat Irene perlahan
berubah, ia akhirnya mau berbicara dan tidak lagi takut bertemu orang baru. Irene
pun melakukan hal yang sama. Ia selalu mengajak Kai berbicara dan bermain bersama.
Seperti halnya saat Irene bertanya tentang vampir. Park
Jungsoo menjelaskan bahwa bukan hanya manusia yang hidup didunia ini, tetapi
juga makhluk lain seperti vampir. Mereka sama seperti manusia yang memiliki hak
untuk hidup. Hanya saja mereka memiliki aturan hidup yang berbeda dengan dunia
manusia. Saat itu Irene bertanya pada Sehun apakah ia manusia atau vampir yang
seperti Ayahnya ceritakan. Sehun berpikir Irene akan ketakutan saat ia
memperlihatkan gigi taringnya, tapi gadis kecil itu tersenyum lembut. Irene
mengatakan tidak takut meskipun Sehun vampir karena Sehun adalah orang yang
baik lalu memeluknya.
Begitu juga saat Irene mendapati Kai duduk disudut
kamarnya yang gelap. Kai berteriak agar Irene menjauh, tapi Irene justru
mendekat. Irene sangat terkejut melihat mata Kai berubah merah menyala dan
giginya bertaring. Irene yang saat itu masih berumur sepuluh tahun dapat
menebak Kai adalah vampir. Irene sama sekali tidak takut, ia justru mengulurkan
tangannya dan tersenyum dengan lembut.
~~~
Disebuah ruangan yang besar, Sehun duduk
menyenderkan punggungnya dan memejamkan mata. Ruangan itu terlihat lengang,
sebuah jendela besar yang menghadap langsung ke taman tepat berada dibelakang kursi
dan meja besar. Sebuah rak buku tersusun rapi. Lukisan klasik bergambar bulan
purnama tergantung disalah satu dinding menambah kesan yang elegan.
Seseorang masuk setelah mengetuk pintu beberapa
kali. Laki-laki muda itu membungkuk memberi salam. Sehun membuka mata dan duduk
dengan tegak.
“Aku sedikit terkejut karena kau memanggilku
keruanganmu.” Ucap laki-laki muda itu basa-basi. “Aku rasa sesuatu yang
penting terjadi sampai Tuan muda repot-repot mengundangku.”
“Berapa banyak siswi yang akan menjadi korbanmu,
Kris-si?” Ucap Sehun dengan tenang, matanya menatap lurus laki-laki didepannya.
Laki-laki yang bernama Kris itu tertawa renyah.
“Apa yang kau bicarakan? Aku sama sekali tidak
paham.”
Sehun menyunggingkan senyum sinisnya, ia memutar
kursinya membelakangi Kris.
“Akhir-akhir ini aku sering melihatmu berkeliaran.
Apa kau begitu kehausan sampai harus menghisap darah siswi dan menimbulkan
masalah?”
Wajah Kris menegang, ia tidak mengira Sehun
mengetahui pelaku yang membuat siswi kelas siang itu pingsan adalah dirinya.
Kris mengusap-usap wajahnya yang kebas.
“Apa kau berpikir aku yang melakukannya?”
Sehun kembali memutar kursinya, matanya yang
berkilat-kilat menatap Kris dengan tajam.
“Memalukan vampir kelas menengah sepertimu melakukannya.
Apa kau pikir semua akan baik-baik saja?” ucap Sehun tajam, aura mengendalikannya
mampu membuat siapa saja bungkam. Kris mengepalkan tangannya dengan kuat.
“Jangan coba lagi untuk membuat keributan. Atau aku
akan membuatmu binasa.”
Ucapan yang lebih mirip sebagai ancaman itu sukses
membuat wajah Kris menegang. Kris membungkukkan badan sebelum keluar dari
ruangan. Tidak ada yang bisa dilakukan saat ini, dengan kekuatannya sangat
mudah bagi Sehun untuk menyegel geraknya selama seminggu kedepan. Kris meringis
kesal, permainan bodohnya ternyata menimbulkan masalah besar. Ia memyesal
karena awalnya hanya ingin bersenang-senang dengan beberapa manusia, tapi entah
kenapa ia bisa tergoda untuk menghisap darah manusia.
~~~
Manusia memiliki fase pertumbuhan, bangsa vampir
mengalami hal yang sama. Bangsa vampir memiliki umur yang lebih panjang
dibanding manusia, mereka bisa mencapai umur ratusan tahun sebelum akhirnya
mati dan lenyap. Jika manusia memiliki pertumbuhan yang berkala, vampir hanya
memiliki tiga tahap pertumbuhan. Pertama adalah tahap anak, kedua tahap remaja,
dan terakhir tahap dewasa. Itulah sebabnya vampir dikatakan sebagai makhluk
yang abadi.
Dalam sistem kehidupan manusia dikenal dengan kelas
sosial dalam masyarakat. Begitu pun dengan bangsa vampir, mereka memiliki kelas
sosial yang disebut dengan klan. Klan vampir tertinggi dilahirkan sebagai pemimpin
bangsa vampir dengan kekuatan yang besar secara turun-temurun. Klan menengah
sebagai bangsa vampir yang berasal dari keturunan bangsawan dengan pengaruh dan
kekuatan besar. Terakhir klan rendah merupakan bangsa vampir yang disebut
dengan “pemangsa” karena mereka hidup hanya untuk berburu.
Klan vampir tertinggi merupakan klan vampir yang
biasanya memiliki kekuatan istimewa. Beberapa klan vampir tertinggi dilahirkan
dengan darah murni yang dapat memiliki kekuatan besar. Akan tetapi tidak semua
vampir dari klan tertinggi terlahir dengan darah murni, hanya mereka yang
terpilih sebagai darah murni yang akan memiliki kekuatan mengendalikan semua
klan.
Seperti halnya vampir yang dilahirkan dengan darah
murni, terdapat manusia yang terlahir dengan darah murni. Mereka adalah manusia
terpilih yang berpengaruh bagi bangsa vampir. Darah manusia yang terlahir
sebagai darah murni akan memberikan kekuatan besar yang dapat digunakan dalam
memimpin klan vampir. Hal tersebut yang membuat bangsa vampir memburu dan
berlomba mencari manusia yang terlahir dengan darah murni. Akan tetapi, dalam
ratusan tahun lamanya hanya ada satu manusia berdarah murni yang akan lahir.
~~~
Pintu terbuka lebar, Sehun melangkah memasuki
sebuah kastil tua yang megah. Pelayan membungkuk takjim menyambut tuannya
datang. Seorang laki-laki tua menghampirinya, laki-laki itu berjalan dengan
tegap meskipun rambut sudah putih seluruhnya. Ia menunduk memberi hormat dan
tersenyum senang menyambut kedatangan Sehun.
“Sudah lama tuan muda tidak pulang. Bagaimana kabar
anda?” Sambut pelayan Wong. Ia adalah kepala pelayan keluarga Licth selama
beratus-ratus tahun. Kesetiaan dan dedikasinya begitu tinggi pada keluarga
Licht.
Sehun tidak menjawab, hanya mengangguk kecil
sebagai tanda kabarnya baik-baik saja. Ia memandang sekeliling mencari sesuatu.
Pelayan Wong hanya tersenyum menyadari siapa yang Sehun cari.
“Nyonya sama sekali belum keluar sejak beberapa
hari yang lalu.”
“Aku akan menemuinya.” Jawab Sehun pendek lalu
berjalan menaiki tangga. Pelayan Wong mengangguk dan menunduk hormat.
Sehun berdiri didepan sebuah ruangan besar. Dua
pelayan memberi hormat dan membukakan pintu, Sehun melangkah masuk. Ia
menghentikan langkahnya, seorang wanita berdiri
menatap laki-laki yang terbaring diatas ranjang besar nan megah. Sehun
berjalan perlahan, langkahnya terasa semakin berat. Wanita itu menyadari
kehadirannya.
“Sehun-na.” Jessica tersenyum dengan tatapan
kosong. “Kemarilah, beri salam pada Ayahmu.”
Sehun menatap Ibunya dengan sedih, ia berjalan
mendekat. Sehun menatap laki-laki yang terbaring diatas ranjang tanpa ekspresi,
lalu membungkuk memberi salam.
“Aku datang, Ayah.” Ucap Sehun lirih.
“Suamiku, lihatlah putra kita datang.” Jessica
mengadu pada laki-laki yang terbaring tak bergerak diatas ranjang.
“Ibu.”
“Sampai kapan ia akan tertidur? Ia bahkan tidak
berniat untuk menggerakkan satupun jarinya.” Jessica menatap suaminya dengan tatapan
kosong, berbicara tanpa ekspresi diwajahnya sedikitpun.
“Ini sudah
sangat lama, tapi ia tetap tertidur. Apa yang harus kita lakukan?”
Jessica meluapkan segala emosinya, mengadu pada
putranya setiap kali datang.
Sehun hanya bisa menatap sedih Ibunya. Sejak hari
itu, hari dimana Ayahnya, Licht Donghae
pemimpin klan vampir tertidur karena racun bunga zack. Saat itu ia masih
seorang anak laki-laki yang tidak tahu apapun. Dimalam purnama ia melihat
seseorang berjubah hitam berjalan mendekati Ayahnya dan menusukkan sebilah
pisau beracun. Sehun berteriak saat melihat Ayahnya jatuh tersungkur ke lantai.
Seseorang berjubah itu kemudian menghilang dibalik gumpalan asap hitam yang
pekat sebelum para penjaga dan pelayan datang.
Jiwa Ibunya seperti ikut tertidur. Ia hanya
menemani Suaminya yang terbaring tak bergerak setiap hari, tanpa ekspresi
dengan tatapan mata kosong. Sehun seperti kehilangan sosok Ayah sekaligus
Ibunya. Ia menjadi anak yang kesepian dan sendirian. Bebannya bertambah ketika
para petinggi klan vampir mendesak segera menggantikan Ayahnya. Di umur yang
masih muda, Sehun harus menanggung beban yang begitu berat.
~~~
Sebelum kembali, Sehun menyempatkan diri
mengunjungi Yunho. Ia adalah seorang jenius dari klan vampir tertinggi yang
memutuskan hidup untuk membaca dan menulis tumpukan buku. Banyak klan vampir merasa
iri dan mencoba untuk melenyapkannya, tapi kekuatan Yunho yang cukup besar
selalu mampu melindungi dirinya sendiri.
Sejak Licht Donghae tidak lagi terbangun, Sehun
melakukan semua cara untuk membuat Ayahnya bangkit kembali. Ia mencari tahu
semua tentang racun bunga zack. Sampai suatu hari ia bertemu dengan Yunho yang
mengatakan bahwa racun bunga zack adalah mantra yang hanya bisa dihilangkan
oleh dua vampir darah murni yang mampu membentuk bulan biru.
Saat Sehun datang Yunho terlihat sedang
menyelesaikan bagian akhir bukunya. Laki-laki paruh baya itu tersenyum dan
menyambut hangat kedatangan Sehun.
“Tentang penawar racun bunga zack, apa kau sudah
memutuskannya?” Tanya Yunho sembari menuangkan teh hijau.
Sehun menggeleng, menyesap teh hijau dengan
perlahan. Yunho mengangguk paham. mereka menjadi dekat sejak pertama bertemu.
Yunho memahami sifat Sehun dengan baik. Karena sikap Yunho yang lembut dan
selalu memperlakukan Sehun seperti putranya, Sehun merasa lebih aman bersama
Yunho.
“Kau menunda banyak waktu karena gadis kecil itu.”
“Bukankah ia sudah bukan gadis kecil lagi sekarang.” Ralat Sehun.
Yunho tertawa ringan mendengar jawaban Sehun.
Sebenarnya tanpa bertanya pun Yunho tahu karena dengan kemampuannya dapat mengawasi
perkembangan yang terjadi. Yunho berjalan menuju rak buku, menarik sebuah buku usang
dari tumpukan buku lain, lalu menyerahkannya pada Sehun.
“Aku menemukan buku ini beberapa hari lalu. Aku
rasa Irene bisa membuka mantra yang menyegel buku ini.”
Sehun mengernyitkan dahinya. Bahkan dengan kekuatan
Yunho segel buku itu tidak dapat terbuka, tidak mungkin jika Irene bisa
membukanya. Yunho seakan dapat membaca pikiran Sehun. Ia menunjuk sampul buku,
beberapa tulisan timbul secara ajaib setelah Yunho mengusapnya. Sehun dapat
membaca dengan jelas deretan huruf yang membentuk kata “Darah Murni”, kemudian
Sehun menatap Yunho yang tersenyum penuh arti.
“Irene bisa membukanya.” Ucap Sehun lirih yang
diikuti anggukan Yunho mengakhiri pembicaraan yang hanya mereka berdua tahu.
~~~
Bulan sabit menghiasi malam yang gelap. Beratus
pasang vampir menghadiri sebuah perjamuan yang diadakan di aula megah yang
dibangun untuk pesta. Sebelum berangkat menuju kota dalam perjalanan bisnis,
kepala sekolah Park telah memberikan izin penggunaan aula pada pihak
penyelenggara. Kelas malam telah diliburkan, pesta perjamuan rahasia diadakan
dalam rangka pertemuan para klan vampir.
Irene duduk bermalas-malasan di sofa. Beberapa
waktu lalu ia keluar dari rumah karena bosan sendirian. Ayahnya pergi keluar
kota, sedangkan Kai sama sekali tidak terlihat. Ia memutuskan untuk mencari
udara segar dan berpikir akan aman karena kelas malam diliburkan. Tapi tidak
disangka Irene justru bertemu dengan Sehun dan diseret untuk tidak berkeliaran.
Irene mengamati sekeliling ruangan yang cukup besar tapi hanya ada beberapa
perabotan seperti sofa dan rak buku. Tidak ada jendela hanya jam dinding besar
tergantung.
Beberapa kali Irene mondar-mandir mengusir bosan.
Ia berjalan mendekati pintu, tiba-tiba knop pintu berputar dan terbuka. Irene
melangkah mundur mengira Sehun datang, tapi tidak ada siapapun disana. Karena penasaran
Irene memutuskan keluar dan berjalan menyusuri lorong yang panjang. Irene baru
tahu jika bangunan aula memiliki beberapa ruangan seperti kamar. Ia bersembunyi
dibalik tembok ketika beberapa pelayan berseragam sibuk membawa nampan. Irene
heran karena tidak mengetahui sebelumnya tentang pesta yang diadakan.
Irene bersembunyi dari lantai dua, berjongkok memperhatikan
pesta yang sedang berlangsung melalui celah balkon. Beberapa orang-orang
terkenal bahkan artis terlihat menikmati pesta. Tapi yang membuatnya heran
adalah sosok Kai yang berdiri dengan seorang laki-laki paruh baya dipojok
ruangan. Irene bergumam kesal karena Kai tidak mengatakan apapun padanya
tentang pesta besar.
Pintu utama terbuka, Sehun berjalan masuk diringi
beberapa laki-laki ber-jas dibelakangnya. Semua tamu yang hadir membungkuk
memberi hormat. Sehun berdiri ditengah-tengah aula dikelilingi tamu-tamu
undangan. Dari balik persembunyiaanya Irene menahan napas, ia baru sadar
ternyata pesta itu adalah pesta bangsa vampir.
“Suatu kehormatan bagi kami dapat bertemu dengan
tuan muda Licht Sehun.” Ucap salah satu tamu dengan sopan meskipun terlihat jauh
lebih tua.
“Mereka mendukung tuan muda untuk segera mengambil
posisi ketua.” Ucap Jaejoong, laki-laki paruh baya itu adalah paman Sehun yang
selama ini mengambil alih urusan Licth Donghae sebagai ketua klan.
“Benar, sekarang waktu yang tepat mengambil alih
posisi ketua.” Imbuh lainnya.
“Aku senang kalian menikmati pestanya.” Sehun terlihat
tidak tertarik dengan hal yang sedang dibahas, ia meneguk sampanyenya dengan
tenang.
Jaejoong tersenyum kecut melihat respon Sehun yang
mengecewakan. Dari beberapa pertemuan klan sebelumnya, Sehun tetap tidak
memberikan keputusan. Salah seorang pasangan mendekati Sehun, membungkuk dan
memberi hormat. Menarik seorang gadis cantik mendekat.
“Tuan muda Licht, perkenalkan dia adalah putri kami.
Jika tidak keberatan, pertimbangkan ia menjadi pengantin wanitamu.” Laki-laki
paruh baya itu berlutut memohon.
Suasana semakin tidak terkendali karena pasangan
lainnya ikut berlutut menawarkan agar putrinya dipertimbangkan menjadi
pengantin wanita. Jaejoong yang berdiri tidak jauh dari sana hanya tersenyum
penuh arti. Irene yang mengintip dari balik balkon ikut terkejut dan menggigit
bibirnya cemas.
Sehun tidak bergeming dan tetap berdiri dengan
tenang. Irene lebih terkejut saat matanya dan mata Sehun bertemu, ia baru
menyadari Sehun sudah memergokinya. Irene melangkah mundur dan segera berlari
menuju ruangannya.
Irene duduk disofa dengan cemas, ia ketahuan
mengintip padahal Sehun sudah memperingatkannya untuk menunggu sampai ia
datang. Beberapa saat kemudian pintu terbuka, Irene menahan napasnya. Sehun
masuk dan menutup pintu, Ia berjalan mendekati Irene yang berdiri menunduk.
“Aku minta maaf.” Ucap Irene sunguh-sungguh.
“Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak keluar.”
Ucap Sehun tajam.
Irene yang menundukkan wajah dapat merasakan
kemarahan Sehun hanya dari ucapannya. Irene merasa benar-benar menyesal membuat
Sehun sangat marah.
“Bagaimana jika vampir lain mencium bau darah
manusia.” Sehun mencengkeram pergelangan tangan Irene dengan kuat. “Sekarang
kau sudah tidak mendengarkanku lagi.”
Sehun mendorong tubuh Irene jatuh ke sofa. Irene
baru menyadari mata Sehun sudah berkilat kebiruan. Tangan Sehun yang
mencengkeram pergelangan tangannya terasa sangat dingin. Irene menahan tubuh
Sehun yang berada diatas tubuhnya.
“Sehun-si.” Ucap Irene gemetar.
“Apa kau tau bau darahmu sangat harum?” Sehun
menyibak lembut rambut yang menutupi leher putih Irene.
Irene menutup matanya saat gigi taring Sehun
semakin medekati lehernya. Ia mencengkeram tuxedo Sehun dengan erat saat
merasakan hembusan napas Sehun dibelakang telinganya. Sekujur tubuh Irene
menjadi kaku saat taring Sehun menancap dilehernya. Irene tercekat.
“Sehun-si.” Lirih Irene dengan suara hampir tak
terdengar.
Ucapan Irene membuat kilatan mata Sehun kembali
normal, ia melepaskan cengkeraman tangannya. Sehun menarik taringnya menjauh
dari leher Irene. Irene terlihat masih shock
dengan apa yang baru saja Sehun lakukan.
“Maaf.” Ucap Sehun menyesal. “Jangan membuatku
khawatir lagi.”
Irene mengangguk pelan, ia hampir saja meneteskan
air mata. Sehun membelai lembut rambut Irene, lalu mengecup bibir Irene
beberapa kali. Irene mengeratkan pelukannya, ia membiarkan Sehun tidur dalam
pelukannya. Sekarang Irene sudah tidak peduli lagi apakah Sehun akan mendengar
detak jantungnya yang berdegup kencang atau tidak.
To be continued...
Note :
Chapter selanjutnya hanya akan diposting apabila jumlah komen readers-nim lebih dari sepuluh komen!
Keren! aku penggemar ff authornim^^
BalasHapusLanjut chapter berikutnya pleaseee~
Ghamsahamnida^^
Hapussenang rasanya fff fantasy pertama diterima readersnim dengan baik *mendadakmewek
Nantikan terus chapter selanjutnya ya^^
Suka banget ff ini. aku baru nemu nih. authornim salam kenal. aku suka ada ff irene - sehun. lanjut dong thor!
BalasHapusGhamsahamnida Riena, salam kenal^^
HapusTunggu terus chapter berikutnya ya
Yang ini juga daebak author eonni aku suka banget semua ffnya...pleasee lanjut lah pleaseee
BalasHapusHoho makasih ya Gesha. Padahal ini ff fantasy pertamaku, syukur deh kalau ternyata diterima dengan baik, hehe.
HapusGhamsahamnida *Bow
Aku maraton baca ff kakak hehe.
BalasHapusTapi keren semua, akhirnya ada ff exo. Pleasee kalo bisa masukin joy dong kak. Eh maaf ya kak aku banyak mau. Gomawo:)
Annyeong~
Hapussemangat semangat Devi maratonnya, hehe. Wahh saran buat masukin Joy ditampung dulu ya, sementara Joy fokus dulu sama Sungjae deh, hehe. Ghamsahamnida^^
Hallo kak aku komen lagi deh,jebal authornim cepet ya dilanjut. Hwaiting!
BalasHapusJangan bosen" komen ya Lintang, hehe. Kalau komentarnya sudah banyak pasti langsung di post chapter selanjutnya. Gomapta ^^
HapusYess, komentarnya udah banyak~ aku mau nambah komentar lagi ya author biar cepet dipost chapter selanjutnya, hehe.
BalasHapusHehe Authornim seneng nih lihat vanilla rajin komentar^^
Hapusff ini bagus banget, semoga cepet dilanjut. udah gak sabar nunggu chapter berikutnya, fighting!
BalasHapus