Rain

Rain Cloud

Jumat, 27 November 2015

FF Bluemoon Chapter 1





Tittle                      :           Bluemoon
Author                 :            Sae
Main Cast       :          Irene, Sehun, Kai
Genre                    :           Fantasy, Romance
Chapter             :           1


“Akan ada hari dimana kebangkitan itu tiba. Yaitu ketika dua vampir darah murni akan membentuk sebuah cahaya malam diselimuti warna biru yang disebut, Bluemoon”

Tiga ratus tahun yang lalu pertempuran antara klan vampir terjadi. Sebuah pertempuran yang berakhir dengan perebutan kekuasaan antara klan vampir untuk menduduki posisi tertinggi. Licht Donghae, pemimpin klan vampir tertinggi tertidur beratus-ratus tahun karena racun bunga zack. Kebangkitannya kembali hanya akan terjadi apabila dua vampir darah murni membentuk sebuah cahaya malam berwarna biru yang dinamakan Bluemoon.

~~~

Irene berlari sepanjang koridor setelah mendengar keributan yang baru saja terjadi. Seorang siswi berteriak setelah menemukan temannya dalam keadaan pingsan diruang penyiaran. Kejadian itu memang bukan yang pertama kali, tapi yang membuat semua tidak wajar adalah bekas gigitan yang menyerupai  taring dileher siswi itu.

Sebelum berita yang menyebar akan membuat siswa panik dan khawatir, pihak sekolah berusaha menyembunyikan yang sebenarnya terjadi. Pihak sekolah memberikan penjelasan yang cukup masuk akal, bahwa siswi itu pingsan karena kekurangan cairan dan kelelahan. Tapi hal itu tidak berlaku bagi Irene, ia  akan mencari tahu siapa pelaku yang melanggar peraturan sekolahnya.

ParkAcademy adalah sebuah sekolah klasik yang terletak antara dua bukit yang jauh dari kota. Sekolah dengan bangunan menyerupai kastil Inggris kuno yang dikelilingi hutan pinus dan danau tawar. Pagar tembok menjulang tinggi layaknya sebuah benteng megah ala Eropa. Bukan hanya sekolah, tetapi juga dua bangunan asrama besar dan fasilitas pendukung yang menjadi tempat tinggal siswa dan kompleks bangunan eksklusif.

Seleksi dilakukan dengan ketat untuk bisa menyandang status pelajar ParkAcademy. Park Jungsoo sebagai pendiri  dan Kepala Sekolah menjamin kualitas dan kuantitas ParkAcademy. Sistem pembelajaran dibagi atas dua tahap, yaitu kelas siang dan kelas malam dengan peraturan yang ketat. Bagi siswa kelas siang dilarang keluar dari asrama setelah pukul  enam sore, dan siswa kelas malam dilarang berkeliaran setelah jam kelas malam berakhir. Kelas siang diisi siswa pada umumnya, tapi ada rahasia yang tak pernah dunia luar ketahui. Bahwa semua siswa kelas malam adalah mereka, bangsa vampir. 

~~~

Irene harus berlari kecil mengikuti langkah kaki Kai yang lebar. Mereka masuk kesebuah ruangan dengan pintu kayu mahoni tinggi berplakat “Kepala Sekolah”. Dua orang didalam ruang itu menghentikan percakapan melihat Irene dan Kai masuk. Sorang laki-laki paruh baya menyambut mereka dengan senyum hangat.

“Oh, Selamat datang. Apa yang membuat kedua penjaga hebat kita datang?”

Divisi penjaga adalah sebuah tim siswa khusus yang ditunjuk sebagai komite kedisplinan dan keamanan. Sebagai siswa kelas siang yang dikenal populer dan tangguh, Kai dan Irene dipilih secara langsung oleh Kepala Sekolah sebagai divisi penjaga bagi kelas siang.

Kai dan Irene membungkuk dengan hormat menanggapi sambutan Kepala Sekolah Park. Sedangkan Kai menatap tajam laki-laki berseragam layaknya tuan muda yang dengan elegan berdiri didepan Kepala Sekolah, tatapan keduanya saling beradu.

“Maafkan kami jika ini sedikit tidak sopan. Tapi sebagai divisi penjaga, kami ingin anda menindaklanjuti kasus yang terjadi pagi ini.” Ucap Kai sopan.

“Oh ya, kebetulan sekali aku baru saja membicarakannya dengan Sehun-si.”

“Bagus sekali dia ada disini, kita bisa selesaikan semuanya sekarang.” Ucap Kai sinis.

“Aku yakin kalian tahu kejadian yang sebenarnya. Tapi untuk menangkap pelakunya, semua sudah diserahkan pada Sehun-si.”

“Tapi Kepala Sekolah...” Irene mengurungkan ucapannya setelah Kai memberi kode untuk tetap diam.

“Anda tidak bisa menyerahkan kasus ini begitu saja. Ia adalah siswa kelas malam, bukan tidak mungkin jika ia akan melindungi pelakunya.” Lanjut Kai ketus.

“Semua yang berhubungan dengan siswa kelas malam adalah wewenangku.” Jawab Sehun Tajam.

Irene hanya bisa menggigit bibir melihat adu mulut yang terjadi didepannya meskipun bukan yang pertama kali. Ia sering melihat mereka bersitegang tapi ia tidak pernah berhasil melerai keduanya.

“Oh jadi kau ingin aku mempercayakan keselamatan siswa siang pada bangsamu?”

“Dan kau lupa siapa dirimu?”

Ucapan Sehun berhasil membungkam Kai. Keduanya saling menatap tajam seperti saling menembakkan sinar laser. Kepala Sekolah Park yang merasakan akan terjadi peperangan besar jika tidak dihentikan segera berdiri dari kursi dan menengahi keduanya.

“Oh ya ampun Kai-si, Sehun-si tolong hentikan. Aku khawatir ruangan ini akan hancur jika kalian bertengkar seperti ini. Haha” Park Jungsoo mencoba mencairkan suasana mencekam antara Kai dan Sehun.

“Kai-si coba tolong dengarkan penjelasanku dulu. Dan Tuan Muda Sehun tolong biarkan aku jelaskan semua pada mereka.”

Sehun dan Kai saling membuang muka. Park Jungsoo tersenyum lega karena dapat melerai adu mulut yang terjadi.

“Kejadian itu merupakan ulah salah satu siswa kelas malam. Dan aku yakin Sehun-si lebih tahu tentang ini,  jadi itulah kenapa aku menyerahkan semua padanya.”

“Biarkan aku ikut menyelidikinya.” Ucap Irene tiba-tiba.

Ketiga orang itu menoleh dan menatap Irene bersamaan. Irene hanya bisa memasang wajah yang kaku, menatap polos ketiganya secara bergantian.

“Oh ya ampun, tidak tidak Irene sayang. Berkeliaran ditengah malam sangat berbahaya bagimu.” Tolak Park Jungsoo.

“Kami berdua.” Irene menunjuk dirinya dan Kai “Maksudku tidak masalah jika kami berdua kan?”

Irene menatap Park Jungsoo dengan penuh harap. Tapi harapannya runtuh setelah Park Jungsoo memberi tanda silang dengan kedua tangannya didepan dada. Jawabannya tetap tidak, Irene hanya bisa menghela nafas kecewa.

“Jika semua sudah selesai, aku akan segera melaporkan pada anda.”

Setelah membungkuk hormat, Sehun berjalan meninggalkan ruangan. Irene melakukan hal yang sama. Ia segera berlari menyusul langkah Sehun  meninggalkan Kai dan Kepala Sekolah.

“Sehun-si!”

Irene berlarian kecil mengejar Sehun yang berjalan beberapa langkah didepannya. Ia hampir saja tersandung kakinya sendiri, tapi Sehun dengan cepat menahan kedua tangan Irene sebelum jatuh.
“Wah Sehun-si, gerakanmu cepat sekali.” Irene hanya bisa meringis.

“Kau jatuh dengan mudah.” Sehun membantu Irene berdiri. “Kau bisa terluka.”

“Apa aku benar-benar tidak boleh terlibat dalam kasus itu?” Irene mengalihkan pembicaraan, mencoba untuk membujuk Sehun.

Sehun terdiam beberapa saat. Ia merapikan helaian rambut Irene yang tertiup angin menutupi sebagian wajahnya. Irene dapat merasakan tangan Sehun bergerak membelai dan menyibak dengan lembut rambut yang menutupi lehernya. Mendadak tubuh Irene terasa tegang seperti aliran listrik baru saja menyengat. Seperti gerakan yang terasa lambat Sehun mendekatkan wajahnya keleher Irene.

“Apa kau merasa tegang?”

Sehun mengucapkan dengan lembut ditelinga Irene, membuat bulu-bulu halus ditubuh gadis itu berdiri. Irene menutup mata dan menahan napas beberapa saat. Sehun dapat merasakan ketegangan Irene, ia tersenyum simpul.

“Tubuhmu bereaksi dengan cepat.” Bisik Sehun.

Sehun memeluk Irene. Ketegangan ditubuh gadis itu menghilang perlahan, Irene bisa merasakan dinginnya tubuh Sehun yang sedang memeluknya. Irene tersenyum simpul dan membalas pelukan Sehun dengan hangat. Suhu tubuh yang sangat dingin seakan terbiasa baginya. Pelukan Sehun justru membuatnya nyaman, seperti sihir yang bisa membuatnya melupakan semua kesedihan dan ketakutan.

Tidak jauh dari sana, Kai berdiri menatap keduanya dalam bisu. Ia membalikkan badan dan berjalan pergi. Angin membawa terbang bau pohon pinus yang harum.

~~~

--Flashback--

Sepuluh tahun yang lalu.

Angin yang bertiup kencang membuat ranting dan daun menimbulkan suara gesekan. Pertarungan masih berlangsung, bunyi bedebum dan gelegar masih terdengar sampai ke ruangan kecil yang hanya disinari lampu remang-remang. Gadis kecil duduk meringkuk di pojok ruangan, seorang wanita masuk dan menghambur memeluk gadis itu.

“Ibu.” Gadis itu memanggil Ibunya dengan suara hampir tidak terdengar.

Tiffany memeluk putri kecilnya dengan erat, mencium kening gadis kecil itu dengan mata berkaca-kaca.

“Irene-ah, dengarkan Ibu. Kau harus cepat lari dari sini.”

Gadis kecil yang dipanggil Irene itu menggeleng kencang, ia mengeratkan genggaman tangan Ibunya.

“Irene-ah, dengarkan kata-kata Ibu!  Cepat lari dari sini, larilah sejauh mungkin.” Perintah Tiffany dengan suara parau.

“Tidak mau...” Irene mulai menangis sesenggukan “Aku ingin bersama Ayah dan Ibu.”

“Irene-ah tolong dengarkan Ibu!” Bentak Tiffany “Kau harus lari sekencang mungkin. Jangan pernah menoleh kebelakang, kau mengerti?”

Irene mengangguk paham, Tiffany menahan air matanya agar tidak jatuh. Ia menggiring Irene ke sebuah pintu kecil yang tersembunyi dibalik rak buku yang berdebu.

“Sekarang saatnya. Larilah, larilah sejauh mungkin!” Perintah Tiffany membukakan pintu untuk putrinya.

Tiffany memeluk dengan erat sebelum putrinya pergi, mencium kening Irene untuk yang terakhir kali. Bunyi bedebum dan reruntuhan terdengar semakin kencang. Irene mengepalkan tangannya erat, menangis tanpa suara.

“Maafkan Ayah dan Ibu. Kami mencintaimu, Ibu sangat mencintaimu.” Tiffany mendorong Irene keluar untuk lari. Ia tidak lagi dapat menahan air matanya melihat Irene berlari.

Irene berlari dengan kaki pendeknya secepat mungkin. Suara bedebum dan reruntuhan itu terdengar semakin keras. Irene mengikuti perintah Ibunya untuk tidak menoleh kebelakang dan tetap berlari. Gadis kecil itu tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Beberapa saat setelah pertempuran yang terjadi. Sehun mengepalkan tangannya dengan kuat, ia datang terlambat. Beberapa bangunan sudah hancur tak tersisa. Semilir angin membawa bau amis dari darah yang bercucuran diberbagai tempat. Sehun menyisir pandangannya dan menemukan orang yang ia cari. Pasangan suami istri, Siwon Chwe dan Tiffany sudah tergeletak  bersimbah darah. Mata Sehun bergerak dengan cepat mencari sesuatu.  Tidak ada gadis kecil disana. Mata elangnya menangkap gerakan jari Tiffany. Ia mendekat dan mendapati wanita itu masih bertahan dengan sisa-sisa napasnya.

“Kau datang terlambat Tuan Muda.” Lirih Tiffany

“Dimana? Dimana gadis itu?” Tanya Sehun.

“A aku- me-nyuruhnya ber-lari.” Ucap Tiffany dengan sisa tenaganya.  “To-long-se selamat-kan pu-pu-tri-ku” 

Tiffany menghembuskan nafas terakhir setelah mengatakannya. Sehun berdiri mengepalkan tangannya. Ia memejamkan mata dan memasang telingannya. Mengerahkan kekuatannya menembus malam. Ia terbang dengan gerakan cepat dan hampir tak terlihat.

~~~

Ditengah hutan Irene menangis dan menggigil ketakutan. Ia bersembunyi di balik batang pohon yang ukurannya tiga kali lebih besar dari tubuhnya. Suara lolongan serigala menambah suasana mencekam. Gadis itu mengintip dua orang laki-laki bertaring panjang dan berlumuran darah berjalan semakin mendekati tempatnya bersembunyi. Ia membungkam mulutnya sendiri agar suara tangisnya tidak terdengar.

Setelah mengintip dari celah ranting, dua vampir itu melihatnya. Irene menangis dan menutup mata memanggil Ayah dan Ibunya. Tiba-tiba terdengar suara erangan dan teriakan. Irene memberanikan diri membuka matanya, ia melihat darah berserakan dan bercucuran. Dua laki-laki menyeramkan itu mati dalam keadaan mengenaskan. Tubuh Irene menegang ketika seorang laki-laki muda berjalan mendekatinya.

Laki-laki itu berjongkok, menyamakan tingginya dengan gadis kecil yang sedang menangis dan meringkuk ketakutan. Irene melihat dengan jelas bola mata berwarna biru yang memancar, bibir merah dan kulit putih yang pucat.

“Tidak apa-apa, kau sudah aman.” Sehun mengulurkan tangan pada Irene yang menatapnya ketakutan. Ia menyunggingkan senyum hangat.

Perlahan ketakutan Irene menghilang, gadis kecil itu meraih tangan Sehun yang terulur. Sehun memeluk Irene yang menangis tersedu dan menepuk-nepuk punggung gadis kecil itu dengan lembut.
“Tidak apa-apa, aku akan melindungimu.”

Setelah itu Irene sama sekali tidak mengingat apa yang terjadi. Saat membuka mata, ia sudah berada disebuah kamar besar dengan bau lavender yang wangi. Irene ingat seorang laki-laki tersenyum hangat dan mengucapkan selamat pagi, ia adalah Park Jungsoo. Yang Irene tahu, mulai saat itu ia resmi diadopsi.

--Flashback End--

~~~

Irene tersentak kaget, mimpi buruk membangunkannya. Beberapa hari terakhir Irene selalu bermimpi buruk. Irene melirik jam dinding, ternyata sudah pukul enam pagi. Seseorang mengetuk pintu dan melongokkan kepalanya. Park Jungsoo tersenyum dan mengucapkan selamat pagi.

“Kau sudah bangun? Ayo sarapan, Ayah membuat sesuatu yang lezat.”

Irene mengangguk dan tersenyum manis. Setelah beberapa saat Irene turun dari kamarnya dengan seragam yang sudah rapi, ia berjalan dengan riang ke meja makan.

“Selamat pagi.” Sapa Irene. “Kau bangun pagi Kai?” Irene bergabung dengan Kai yang sudah siap dimeja makannya.

“Kepala sekolah sangat berisik, membangunkanku pagi-pagi hanya untuk sarapan.” Gerutu Kai.

“Oh ya ampun, kalian ini harus makan yang banyak agar cepat tumbuh!” Ucap Park Jungsoo, ia masih sibuk menuangkan sup caramel  dari panci.

“Oh Ayah, kami bukan anak kecil lagi.” Protes Irene.

“Haha, ya ya benar. Anak-anakku sudah tumbuh dewasa.” Park Jungsoo duduk dan bergabung dimeja makan.

“Aku bukan anakmu.” Protes Kai sambil menyendok nasinya, lalu memasukkan ke dalam mulut.

“Oh benar juga. Kalau begitu berhentilah membuat masalah, aku tidak akan menjadi walimu lagi.” Ancam Park Jungsoo.

“Ah ya ampun kau ini.” Ucap Kai menyerah.

Irene terkikik geli melihat perdebatan mereka. Ia tidak suka makan sendirian, itu sebabnya Irene sangat bahagia Park Jungsoo dan Kai membuat meja makan terasa ramai. Dibalik sikapnya yang tegas sebagai kepala sekolah, Ayahnya adalah orang yang humoris dan penuh kasih sayang. Tidak hanya sebagai Ayah, Park Jungsoo sebaik mungkin merangkap figur seorang Ibu. Irene sangat bersyukur karena Ayahnya adalah Park Jungsoo.

~~~

Setelah menyelesaikan kelas terakhir, Kai dan Irene berjalan menyisir beberapa ruangan. Jam pergantian dari kelas siang menuju kelas malam berbunyi, mereka harus memastikan semua siswa kelas siang masuk ke dalam asrama. Senja tenggelam, Langit mulai gelap. Kai dan irene melanjutkan penjagaan. Saat dalam perjalanan kembali ke asrama, tiba-tiba Kai menarik Irene bersembunyi dibelakangnya. Indra pendengaran Kai dua kali lebih peka dari Irene. Mereka siaga dan bersiap menarik tembakan dari balik jas seragam.

Pertama kali ditunjuk oleh Kepala Sekolah sebagai divisi penjaga, Kai dan Irene mendapat sebuah senjata rahasia. Senjata yang hanya diketahui oleh mereka dan hanya boleh digunakan saat dalam bahaya. Sebuah senjata tembak yang dapat membinasakan vampir, senjata khusus yang digunakan para pemburu vampir. Kai bersiap menarik pelatuknya saat dua orang melompat dari dalam semak-semak.

“Oh tungu-tunggu!” Suho mengangkat kedua tangannya, terkejut melihat Kai dan Irene bersiap menarik pelatuknya.

“Oh ya ampun kalian ini.” Keluh Chanyeol.

Melihat dua orang yang mereka kenal, Kai dan Irene dengan lega menurunkan senjatanya.

“Apa yang kalian lakukan disana?” Tanya Kai ketus.

Suho mendecakkan lidah dengan kesal, ia menyeret Chanyeol berjalan mendekati Kai dan Irene.

“Seharusnya kami yang bertanya, apa yang sedang kau lakukan? Kelas malam sudah dimulai.” Suho menunjuk langit yang mulai gelap sebagai tanda  mereka sudah bebas berkeliaran.

“Apa yang Tuan Putri Irene lakukan bersama bajingan ini?” Tanya Chanyeol sembrono, ia langsung mendapatkan tatapan tajam dari Kai.

“Ya ampun ucapanmu lancang sekali.” Suho pura-pura menyahuti  Chanyeol, mereka tidak menggubris tatapan tajam dari Kai.

“Kami baru berjaga dan akan kembali ke asrama.” Jawab Irene “Maaf atas kejadian tadi, kami tidak tahu itu kalian.” Ucap Irene dengan sopan.

“Wah Tuan Putri Irene memang berbeda dengan vampir menyebalkan yang satu ini.” Chanyeol melirik Kai tajam “Itulah sebabnya kami sangat menyukai Irene.”

Kai mengepalkan tangannya, matanya menyala merah karena marah. Ia hampir saja menarik senjatanya kembali kalau saja Irene tidak memegangi tangannya.

“Tolong jaga ucapan kalian.” Irene memperingati dengan lembut.

“Ah maafkan kelancangan kami.” Chanyeol dan Suho meminta maaf.

Irene mengangguk dan tersenyum puas mendengar permintaan maaf mereka.

“Kami harus kembali, sampai jumpa lagi.”

Irene menarik paksa tangan Kai untuk segera meninggalkan tempat itu. Ia khawatir jika emosi Kai kembali tersulut dan menimbulkan masalah yang lebih serius. Lagipula mereka akan tetap disalahkan karena masih berkeliaran di jam malam sehingga bertemu dua vampir. Irene baru melepaskan genggaman tangannya setelah sampai didepan rumah. Kai dan Irene tidak tinggal di asrama seperti siswa pada umumnya. Mereka tinggal di kediaman pribadi kepala sekolah yang dibangun di kompleks eksklusif.

“Abaikan saja ucapan mereka.” Ucap Irene lirih.

 “Jangan Khawatir.” Kai tersenyum dan mengacak rambut Irene dengan lembut. Ia mendorong pintu dan masuk kedalam.

“Ayo cepat, Ayahmu akan marah jika kita melewatkan makan malam.”

Irene tersenyum lega, lalu mengingat kembali bagaimana pertemuan pertamanya dengan Kai. Saat itu umur Irene sekitar sepuluh tahun. Ayahnya datang membawa seorang anak laki-laki. Park Jungsoo mengatakan mulai sekarang Kai akan tinggal bersama mereka. Irene merasa sangat gembira karena mendapatkan teman baru.

Tapi beberapa hari berlalu Kai masih tidak mau berbicara dan selalu menyendiri. Irene merasa seperti melihat dirinya sendiri saat pertama kali ia diadopsi. Irene tidak mau berbicara sepatah kata pun dan selalu ketakutan saat melihat orang baru. Saat itu hampir setiap hari Sehun datang dan menemani Irene bermain. Kehadiran Sehun membuat Irene perlahan berubah, ia akhirnya mau berbicara dan tidak lagi takut bertemu orang baru. Irene pun melakukan hal yang sama. Ia selalu mengajak Kai berbicara dan bermain bersama.

Seperti halnya saat Irene bertanya tentang vampir. Park Jungsoo menjelaskan bahwa bukan hanya manusia yang hidup didunia ini, tetapi juga makhluk lain seperti vampir. Mereka sama seperti manusia yang memiliki hak untuk hidup. Hanya saja mereka memiliki aturan hidup yang berbeda dengan dunia manusia. Saat itu Irene bertanya pada Sehun apakah ia manusia atau vampir yang seperti Ayahnya ceritakan. Sehun berpikir Irene akan ketakutan saat ia memperlihatkan gigi taringnya, tapi gadis kecil itu tersenyum lembut. Irene mengatakan tidak takut meskipun Sehun vampir karena Sehun adalah orang yang baik lalu memeluknya.

Begitu juga saat Irene mendapati Kai duduk disudut kamarnya yang gelap. Kai berteriak agar Irene menjauh, tapi Irene justru mendekat. Irene sangat terkejut melihat mata Kai berubah merah menyala dan giginya bertaring. Irene yang saat itu masih berumur sepuluh tahun dapat menebak Kai adalah vampir. Irene sama sekali tidak takut, ia justru mengulurkan tangannya dan tersenyum dengan lembut.

~~~

Disebuah ruangan yang besar, Sehun duduk menyenderkan punggungnya dan memejamkan mata. Ruangan itu terlihat lengang, sebuah jendela besar yang menghadap langsung ke taman tepat berada dibelakang kursi dan meja besar. Sebuah rak buku tersusun rapi. Lukisan klasik bergambar bulan purnama tergantung disalah satu dinding menambah kesan yang elegan.

Seseorang masuk setelah mengetuk pintu beberapa kali. Laki-laki muda itu membungkuk memberi salam. Sehun membuka mata dan duduk dengan tegak.

“Aku sedikit terkejut karena kau memanggilku keruanganmu.” Ucap laki-laki muda itu basa-basi. “Aku rasa sesuatu yang penting terjadi sampai Tuan muda repot-repot mengundangku.”

“Berapa banyak siswi yang akan menjadi korbanmu, Kris-si?” Ucap Sehun dengan tenang, matanya menatap lurus laki-laki didepannya.

Laki-laki yang bernama Kris itu tertawa renyah.

“Apa yang kau bicarakan? Aku sama sekali tidak paham.”

Sehun menyunggingkan senyum sinisnya, ia memutar kursinya membelakangi Kris.

“Akhir-akhir ini aku sering melihatmu berkeliaran. Apa kau begitu kehausan sampai harus menghisap darah siswi dan menimbulkan masalah?”

Wajah Kris menegang, ia tidak mengira Sehun mengetahui pelaku yang membuat siswi kelas siang itu pingsan adalah dirinya. Kris mengusap-usap wajahnya yang kebas.

“Apa kau berpikir aku yang melakukannya?”

Sehun kembali memutar kursinya, matanya yang berkilat-kilat menatap Kris dengan tajam.

“Memalukan vampir kelas menengah sepertimu melakukannya. Apa kau pikir semua akan baik-baik saja?” ucap Sehun tajam, aura mengendalikannya mampu membuat siapa saja bungkam. Kris mengepalkan tangannya dengan kuat.

“Jangan coba lagi untuk membuat keributan. Atau aku akan membuatmu binasa.”

Ucapan yang lebih mirip sebagai ancaman itu sukses membuat wajah Kris menegang. Kris membungkukkan badan sebelum keluar dari ruangan. Tidak ada yang bisa dilakukan saat ini, dengan kekuatannya sangat mudah bagi Sehun untuk menyegel geraknya selama seminggu kedepan. Kris meringis kesal, permainan bodohnya ternyata menimbulkan masalah besar. Ia memyesal karena awalnya hanya ingin bersenang-senang dengan beberapa manusia, tapi entah kenapa ia bisa tergoda untuk menghisap darah manusia.

~~~

Manusia memiliki fase pertumbuhan, bangsa vampir mengalami hal yang sama. Bangsa vampir memiliki umur yang lebih panjang dibanding manusia, mereka bisa mencapai umur ratusan tahun sebelum akhirnya mati dan lenyap. Jika manusia memiliki pertumbuhan yang berkala, vampir hanya memiliki tiga tahap pertumbuhan. Pertama adalah tahap anak, kedua tahap remaja, dan terakhir tahap dewasa. Itulah sebabnya vampir dikatakan sebagai makhluk yang abadi. 

Dalam sistem kehidupan manusia dikenal dengan kelas sosial dalam masyarakat. Begitu pun dengan bangsa vampir, mereka memiliki kelas sosial yang disebut dengan klan. Klan vampir tertinggi dilahirkan sebagai pemimpin bangsa vampir dengan kekuatan yang besar secara turun-temurun. Klan menengah sebagai bangsa vampir yang berasal dari keturunan bangsawan dengan pengaruh dan kekuatan besar. Terakhir klan rendah merupakan bangsa vampir yang disebut dengan “pemangsa” karena mereka hidup hanya untuk berburu.

Klan vampir tertinggi merupakan klan vampir yang biasanya memiliki kekuatan istimewa. Beberapa klan vampir tertinggi dilahirkan dengan darah murni yang dapat memiliki kekuatan besar. Akan tetapi tidak semua vampir dari klan tertinggi terlahir dengan darah murni, hanya mereka yang terpilih sebagai darah murni yang akan memiliki kekuatan mengendalikan semua klan.

Seperti halnya vampir yang dilahirkan dengan darah murni, terdapat manusia yang terlahir dengan darah murni. Mereka adalah manusia terpilih yang berpengaruh bagi bangsa vampir. Darah manusia yang terlahir sebagai darah murni akan memberikan kekuatan besar yang dapat digunakan dalam memimpin klan vampir. Hal tersebut yang membuat bangsa vampir memburu dan berlomba mencari manusia yang terlahir dengan darah murni. Akan tetapi, dalam ratusan tahun lamanya hanya ada satu manusia berdarah murni yang akan lahir.

~~~

Pintu terbuka lebar, Sehun melangkah memasuki sebuah kastil tua yang megah. Pelayan membungkuk takjim menyambut tuannya datang. Seorang laki-laki tua menghampirinya, laki-laki itu berjalan dengan tegap meskipun rambut sudah putih seluruhnya. Ia menunduk memberi hormat dan tersenyum senang menyambut kedatangan Sehun.

“Sudah lama tuan muda tidak pulang. Bagaimana kabar anda?” Sambut pelayan Wong. Ia adalah kepala pelayan keluarga Licth selama beratus-ratus tahun. Kesetiaan dan dedikasinya begitu tinggi pada keluarga Licht.

Sehun tidak menjawab, hanya mengangguk kecil sebagai tanda kabarnya baik-baik saja. Ia memandang sekeliling mencari sesuatu. Pelayan Wong hanya tersenyum menyadari siapa yang Sehun cari.

“Nyonya sama sekali belum keluar sejak beberapa hari yang lalu.”

“Aku akan menemuinya.” Jawab Sehun pendek lalu berjalan menaiki tangga. Pelayan Wong mengangguk dan menunduk hormat.

Sehun berdiri didepan sebuah ruangan besar. Dua pelayan memberi hormat dan membukakan pintu, Sehun melangkah masuk. Ia menghentikan langkahnya, seorang wanita berdiri  menatap laki-laki yang terbaring diatas ranjang besar nan megah. Sehun berjalan perlahan, langkahnya terasa semakin berat. Wanita itu menyadari kehadirannya.

“Sehun-na.” Jessica tersenyum dengan tatapan kosong. “Kemarilah, beri salam pada Ayahmu.”

Sehun menatap Ibunya dengan sedih, ia berjalan mendekat. Sehun menatap laki-laki yang terbaring diatas ranjang tanpa ekspresi, lalu membungkuk memberi salam.

“Aku datang, Ayah.” Ucap Sehun lirih.

“Suamiku, lihatlah putra kita datang.” Jessica mengadu pada laki-laki yang terbaring tak bergerak diatas ranjang. 

“Ibu.”
“Sampai kapan ia akan tertidur? Ia bahkan tidak berniat untuk menggerakkan satupun jarinya.” Jessica menatap suaminya dengan tatapan kosong, berbicara tanpa ekspresi diwajahnya sedikitpun.

 “Ini sudah sangat lama, tapi ia tetap tertidur. Apa yang harus kita lakukan?”

Jessica meluapkan segala emosinya, mengadu pada putranya setiap kali datang.

Sehun hanya bisa menatap sedih Ibunya. Sejak hari itu, hari dimana Ayahnya, Licht Donghae  pemimpin klan vampir tertidur karena racun bunga zack. Saat itu ia masih seorang anak laki-laki yang tidak tahu apapun. Dimalam purnama ia melihat seseorang berjubah hitam berjalan mendekati Ayahnya dan menusukkan sebilah pisau beracun. Sehun berteriak saat melihat Ayahnya jatuh tersungkur ke lantai. Seseorang berjubah itu kemudian menghilang dibalik gumpalan asap hitam yang pekat sebelum para penjaga dan pelayan datang.

Jiwa Ibunya seperti ikut tertidur. Ia hanya menemani Suaminya yang terbaring tak bergerak setiap hari, tanpa ekspresi dengan tatapan mata kosong. Sehun seperti kehilangan sosok Ayah sekaligus Ibunya. Ia menjadi anak yang kesepian dan sendirian. Bebannya bertambah ketika para petinggi klan vampir mendesak segera menggantikan Ayahnya. Di umur yang masih muda, Sehun harus menanggung beban yang begitu berat.

~~~

Sebelum kembali, Sehun menyempatkan diri mengunjungi Yunho. Ia adalah seorang jenius dari klan vampir tertinggi yang memutuskan hidup untuk membaca dan menulis tumpukan buku. Banyak klan vampir merasa iri dan mencoba untuk melenyapkannya, tapi kekuatan Yunho yang cukup besar selalu mampu melindungi dirinya sendiri.

Sejak Licht Donghae tidak lagi terbangun, Sehun melakukan semua cara untuk membuat Ayahnya bangkit kembali. Ia mencari tahu semua tentang racun bunga zack. Sampai suatu hari ia bertemu dengan Yunho yang mengatakan bahwa racun bunga zack adalah mantra yang hanya bisa dihilangkan oleh dua vampir darah murni yang mampu membentuk bulan biru.

Saat Sehun datang Yunho terlihat sedang menyelesaikan bagian akhir bukunya. Laki-laki paruh baya itu tersenyum dan menyambut hangat kedatangan Sehun.

“Tentang penawar racun bunga zack, apa kau sudah memutuskannya?” Tanya Yunho sembari menuangkan teh hijau.

Sehun menggeleng, menyesap teh hijau dengan perlahan. Yunho mengangguk paham. mereka menjadi dekat sejak pertama bertemu. Yunho memahami sifat Sehun dengan baik. Karena sikap Yunho yang lembut dan selalu memperlakukan Sehun seperti putranya, Sehun merasa lebih aman bersama Yunho.

“Kau menunda banyak waktu karena gadis kecil itu.”

“Bukankah ia sudah bukan  gadis kecil lagi sekarang.” Ralat Sehun.

Yunho tertawa ringan mendengar jawaban Sehun. Sebenarnya tanpa bertanya pun Yunho tahu karena dengan kemampuannya dapat mengawasi perkembangan yang terjadi. Yunho berjalan menuju rak buku, menarik sebuah buku usang dari tumpukan buku lain, lalu menyerahkannya pada Sehun.

“Aku menemukan buku ini beberapa hari lalu. Aku rasa Irene bisa membuka mantra yang menyegel buku ini.”

Sehun mengernyitkan dahinya. Bahkan dengan kekuatan Yunho segel buku itu tidak dapat terbuka, tidak mungkin jika Irene bisa membukanya. Yunho seakan dapat membaca pikiran Sehun. Ia menunjuk sampul buku, beberapa tulisan timbul secara ajaib setelah Yunho mengusapnya. Sehun dapat membaca dengan jelas deretan huruf yang membentuk kata “Darah Murni”, kemudian Sehun menatap Yunho yang tersenyum penuh arti.

“Irene bisa membukanya.” Ucap Sehun lirih yang diikuti anggukan Yunho mengakhiri pembicaraan yang hanya mereka berdua tahu.

~~~

Bulan sabit menghiasi malam yang gelap. Beratus pasang vampir menghadiri sebuah perjamuan yang diadakan di aula megah yang dibangun untuk pesta. Sebelum berangkat menuju kota dalam perjalanan bisnis, kepala sekolah Park telah memberikan izin penggunaan aula pada pihak penyelenggara. Kelas malam telah diliburkan, pesta perjamuan rahasia diadakan dalam rangka pertemuan para klan vampir.

Irene duduk bermalas-malasan di sofa. Beberapa waktu lalu ia keluar dari rumah karena bosan sendirian. Ayahnya pergi keluar kota, sedangkan Kai sama sekali tidak terlihat. Ia memutuskan untuk mencari udara segar dan berpikir akan aman karena kelas malam diliburkan. Tapi tidak disangka Irene justru bertemu dengan Sehun dan diseret untuk tidak berkeliaran. Irene mengamati sekeliling ruangan yang cukup besar tapi hanya ada beberapa perabotan seperti sofa dan rak buku. Tidak ada jendela hanya jam dinding besar tergantung.

Beberapa kali Irene mondar-mandir mengusir bosan. Ia berjalan mendekati pintu, tiba-tiba knop pintu berputar dan terbuka. Irene melangkah mundur mengira Sehun datang, tapi tidak ada siapapun disana. Karena penasaran Irene memutuskan keluar dan berjalan menyusuri lorong yang panjang. Irene baru tahu jika bangunan aula memiliki beberapa ruangan seperti kamar. Ia bersembunyi dibalik tembok ketika beberapa pelayan berseragam sibuk membawa nampan. Irene heran karena tidak mengetahui sebelumnya tentang pesta yang diadakan.

Irene bersembunyi dari lantai dua, berjongkok memperhatikan pesta yang sedang berlangsung melalui celah balkon. Beberapa orang-orang terkenal bahkan artis terlihat menikmati pesta. Tapi yang membuatnya heran adalah sosok Kai yang berdiri dengan seorang laki-laki paruh baya dipojok ruangan. Irene bergumam kesal karena Kai tidak mengatakan apapun padanya tentang pesta besar.

Pintu utama terbuka, Sehun berjalan masuk diringi beberapa laki-laki ber-jas dibelakangnya. Semua tamu yang hadir membungkuk memberi hormat. Sehun berdiri ditengah-tengah aula dikelilingi tamu-tamu undangan. Dari balik persembunyiaanya Irene menahan napas, ia baru sadar ternyata pesta itu adalah pesta bangsa vampir.

“Suatu kehormatan bagi kami dapat bertemu dengan tuan muda Licht Sehun.” Ucap salah satu tamu dengan sopan meskipun terlihat jauh lebih tua.

“Mereka mendukung tuan muda untuk segera mengambil posisi ketua.” Ucap Jaejoong, laki-laki paruh baya itu adalah paman Sehun yang selama ini mengambil alih urusan Licth Donghae sebagai ketua klan.

“Benar, sekarang waktu yang tepat mengambil alih posisi ketua.” Imbuh lainnya.

“Aku senang kalian menikmati pestanya.” Sehun terlihat tidak tertarik dengan hal yang sedang dibahas, ia meneguk sampanyenya dengan tenang.

Jaejoong tersenyum kecut melihat respon Sehun yang mengecewakan. Dari beberapa pertemuan klan sebelumnya, Sehun tetap tidak memberikan keputusan. Salah seorang pasangan mendekati Sehun, membungkuk dan memberi hormat. Menarik seorang gadis cantik mendekat.

“Tuan muda Licht, perkenalkan dia adalah putri kami. Jika tidak keberatan, pertimbangkan ia menjadi pengantin wanitamu.” Laki-laki paruh baya itu berlutut memohon.

Suasana semakin tidak terkendali karena pasangan lainnya ikut berlutut menawarkan agar putrinya dipertimbangkan menjadi pengantin wanita. Jaejoong yang berdiri tidak jauh dari sana hanya tersenyum penuh arti. Irene yang mengintip dari balik balkon ikut terkejut dan menggigit bibirnya cemas.

Sehun tidak bergeming dan tetap berdiri dengan tenang. Irene lebih terkejut saat matanya dan mata Sehun bertemu, ia baru menyadari Sehun sudah memergokinya. Irene melangkah mundur dan segera berlari menuju ruangannya.

Irene duduk disofa dengan cemas, ia ketahuan mengintip padahal Sehun sudah memperingatkannya untuk menunggu sampai ia datang. Beberapa saat kemudian pintu terbuka, Irene menahan napasnya. Sehun masuk dan menutup pintu, Ia berjalan mendekati Irene yang berdiri menunduk.

“Aku minta maaf.” Ucap Irene sunguh-sungguh.

“Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak keluar.” Ucap Sehun tajam.

Irene yang menundukkan wajah dapat merasakan kemarahan Sehun hanya dari ucapannya. Irene merasa benar-benar menyesal membuat Sehun sangat marah.

“Bagaimana jika vampir lain mencium bau darah manusia.” Sehun mencengkeram pergelangan tangan Irene dengan kuat. “Sekarang kau sudah tidak mendengarkanku lagi.” 

Sehun mendorong tubuh Irene jatuh ke sofa. Irene baru menyadari mata Sehun sudah berkilat kebiruan. Tangan Sehun yang mencengkeram pergelangan tangannya terasa sangat dingin. Irene menahan tubuh Sehun yang berada diatas tubuhnya.

“Sehun-si.” Ucap Irene gemetar.

“Apa kau tau bau darahmu sangat harum?” Sehun menyibak lembut rambut yang menutupi leher putih Irene.

Irene menutup matanya saat gigi taring Sehun semakin medekati lehernya. Ia mencengkeram tuxedo Sehun dengan erat saat merasakan hembusan napas Sehun dibelakang telinganya. Sekujur tubuh Irene menjadi kaku saat taring Sehun menancap dilehernya. Irene tercekat.

“Sehun-si.” Lirih Irene dengan suara hampir tak terdengar.

Ucapan Irene membuat kilatan mata Sehun kembali normal, ia melepaskan cengkeraman tangannya. Sehun menarik taringnya menjauh dari leher Irene. Irene terlihat masih shock dengan apa yang baru saja Sehun lakukan. 

“Maaf.” Ucap Sehun menyesal. “Jangan membuatku khawatir lagi.”

Irene mengangguk pelan, ia hampir saja meneteskan air mata. Sehun membelai lembut rambut Irene, lalu mengecup bibir Irene beberapa kali. Irene mengeratkan pelukannya, ia membiarkan Sehun tidur dalam pelukannya. Sekarang Irene sudah tidak peduli lagi apakah Sehun akan mendengar detak jantungnya yang berdegup kencang atau tidak.

To be continued...

Note :
Chapter selanjutnya hanya akan diposting apabila jumlah komen readers-nim lebih dari sepuluh komen!