Rain

Rain Cloud

Sabtu, 19 September 2015

FF The Person I Love : Oneshoot

That Person I Love






Tittle                : That Person I Love
Author             : Sae
Cast                : Seohyun dan Jung Yonghwa
Genre             : Romance, Sadness
Type               : Oneshoot



“Kadang Tuhan hanya mempertemukan, tapi tidak mempersatukan”

Semi, mungkin akan segera berakhir. Daun yang mulai menghijau, lalu yang gugur tersapu angin. Kemudian tinggal sebagian perasaan tumbuh, ada juga yang hilang bahkan terkubur bersama hangatnya sinar matahari. Tapi satu yang pasti, bahwa ia  memutuskan untuk mencintai dalam sunyi, dalam diam, dan dalam jarak sejauh mimpi. Sampai tidak ada yang pernah menyadari.

Ia menyebut dirinya musim semi, lantas menyebut seseorang itu hujan di musim semi. Tapi apakah seseorang tahu hal paling spesial dari hujan? Hujan tak pernah jera turun kembali meskipun jatuh berkali-kali ke bumi.

Sejak pertemuan pertama ia selalu menunggu hujan. Mungkin setiap hari. Pertemuan pertama kali di musim semi. Lalu ia  jatuh cinta, dan pada akhirnya menyadari seseorang itu sudah pergi.

Gadis berambut gelap itu menikmati hujan dari balik jendela dalam sunyi. Gitarnya tergeletak, ia sedang tidak ingin menyanyi. Tapi ia sedang ingin menikmati hujan yang mengingatkannya pada musim semi, yang telah lalu.


#Flashback#

Sore itu, setelah menyanyikan sebuah lagu, tepuk tangan dari gadis-gadis kecil menggema di sudut taman. Bibir Seohyun tidak berhenti tersenyum, matanya bersinar membentuk simpul bulan sabit, sesekali tertawa bahagia. Beberapa gadis kecil ikut menyanyi saat Seohyun mulai memetik gitar. Suaranya yang lembut mengiringi desau angin di musim semi.

Ditempat yang berbeda, hanya berjarak beberapa kaki, Yonghwa membidik objek kameranya. Setelah bunyi “klik” berkali-kali, ia tersenyum puas melihat hasil potretannya. Beberapa foto anak-anak yang tersenyum bahagia, dan juga seorang gadis yang memetik gitarnya. 

Setelah lagu terakhir selesai, anak-anak berdiri mengucapkan salam dan pergi. Seohyun  meletakkan gitar, mengecek beberapa pesan yang masuk ke ponsel, kemudian meletakkan kembali. Ia menarik nafas panjang, ia suka bau musim semi sampai tidak menyadari seseorang sudah berdiri disebelahnya.

“Permainan gitarmu bagus sekali.”

Seohyun tersenyum simpul, ia mengamati laki-laki yang kemudian duduk di sampingnya tanpa canggung.

“Kau suka anak-anak?”

Seohyun hanya mengangguk, masih enggan menimpali. Yonghwa menarik nafas panjang, lalu menghembuskan perlahan, sangat menikmati. Tanpa sadar Seohyun mengamati, lalu tergagap saat Yonghwa menyadari.

“Kau suka musim semi?”

Yonghwa mengerjap beberapa kali, lalu tersenyum menampakkan deretan giginya yang rapi.

“Tentu saja, bagaimana denganmu?”

“Ya, tentu!” Seohyun terlihat malu saat menyadari ia berseru dengan semangat.

Yonghwa tersenyum lebar menanggapi, lalu mengulurkan tangan kanan untuk berjabat tangan. Seohyun menerima uluran tangan Yonghwa dengan senang hati.

“Yonghwa, Jung Yonghwa.”

“Seohyun.”

Saat kedua tangan mereka bersentuhan, itulah awal dimana Seohyun merasa ada ribuan kupu-kupu terbang. Ia tak pernah menyadari, itu adalah awal dari sebuah cerita cinta yang sunyi.

#Flashback End#


Seohyun menghela nafas pelan, sudah beberapa musim berlalu tapi ingatan itu masih membekas sekali. Semua sudah berakhir, tapi hatinya tetap tak mau berhenti meskipun ia benar-benar sudah tersakiti.

Seohyun membuka bukunya, beberapa foto di halaman pertama terdapat Ayah-Ibu. Lalu halaman berikutnya bunga-bunga musim semi. Dan membalik halaman berikutnya, ia tersenyum kecut. Beberapa foto anak-anak dan gambar dirinya yang sedang tersenyum lepas.

#Flashback#

Seohyun bersembunyi di balik pintu mencoba mengintip seseorang yang sedang asyik bersenandung dan memotret objek pemandangan. Setelah pertemuan tidak di sengaja kemarin, entah kenapa ia sangat ingin melihat lagi laki-laki itu. Setelah bertanya pada ibu  panti, ia baru tahu kalau Yonghwa mengunjungi panti asuhan setiap tahun. Berbeda dengannya yang baru enam bulan lalu mulai berkunjung ke panti asuhan.

“Nuna.” Suara Hebin mengejutkan Seohyun, tangannya yang kecil menepuk pelan pundaknya.

“Oh Hebin-ah”

“Kenapa nuna bersembunyi?” Tanya Hebin polos.

Seohyun yang ketahuan sedang mengintip dengan malu-malu berusaha mencari alasan.

“Ah anio, nuna hanya sedang, em sedang melihat semut, iya semut.”

Hebin tertawa kecil mendengar alasan Seohyun. Meskipun baru berusia tujuh tahun tapi Hebin adalah anak yang sangat peka. Hebin lalu menarik tangan Seohyun berjalan mengikutinya. Seohyun menjadi salah tingkah saat tahu Hebin menuntunnya menghampiri Yonghwa.

“Ah Hyebin-ah Chankaman-”

“Hyung.” Hebin memotong ucapan Seohyun.

Yonghwa menoleh kearah mereka dan tersenyum. Ia berjalan menghampiri Hebin dan mengacak rambutnya dengan sayang. Seohyun hanya bisa salah tingkah didepan mereka.

“Hallo, kita bertemu lagi.” Sapa Seohyun canggung.

“Oh hallo Seohyun-shi.”

“Hyung, ayo kita dengarkan nyanyian nuna bersama-sama.”

Seohyun amat terkejut dengan ajakan Hebin pada Yonghwa yang tiba-tiba. Bukan bernyanyi dengan anak-anak seperti biasanya, melainkan bernyanyi bersama Yonghwa membuat detak jantungnya berdegup cepat.

“Oh, benarkah aku boleh bergabung?” tanya Yonghwa antusias.

Melihat Hebin yang mengangguk mantap dan ekspresi gembira Yonghwa membuat Seohyun mau tidak mau menyetujuinya. Tapi yang menjadi masalah adalah ia jadi tidak yakin apakah bisa menyelesaikan satu lagu jika jantungnya berdegup begitu cepat. Seohyun merasa seperti ingin melakukan pertunjukkan spesial.

#Flashback End#


Hujan masih turun dengan lembut, angin membawa aroma harum tanah. Seohyun tersenyum kecut mengingat lagi kejadian itu. ia lantas mengambil gitar dan menyanyikan sebuah lagu. Suara hujan yang lembut dan petikan gitarnya beradu menjadi satu, menciptakan sebuah harmoni tentang rindu.

#Flashback#

Seohyun berjalan dengan riang, beberapa hari lalu Yonghwa mengajaknya untuk menemani melihat pemandangan. Sejak pertemuan kedua, Seohyun jadi lebih dekat dengan Yonghwa. Mereka bahkan sering berpapasan lalu mengobrol banyak hal walau hanya sebentar. Setelah menuruni anak tangga terakhir, Seohyun dapat melihat Yonghwa melambaikan tangan padanya. Lantas Seohyun berlarian kecil dan menyapa dengan gembira.

“Aku dengar bunga musim semi yang tumbuh di sekitar sini sangat indah.” Ucap Yonghwa saat mereka dalam perjalanan.

 “Ya, aku dengar begitu.” Seohyun tidak bisa menyembunyikan senyuman.

“Apa yang paling kau sukai dari musim semi?”

“Oh, semua.” Jawab Seohyun “Tapi, aku sangat suka angin di musim semi, begitu lembut dan hangat. Bagaimana denganmu?”

“Hujan.”

Seohyun menautkan kedua alisnya, ia masih belum mengerti dengan alasan yang diberikan Yonghwa. Menurutnya itu sedikit aneh, kebanyakan orang menyukai bunga yang mekar di musim semi.

“Hujan?”

Yonghwa hanya mengangguk. Lalu sepanjang perjalanan mereka bercerita banyak hal. Tentang apapun, termasuk musim semi. Dibawah pohon sakura yang mekar, perasaan Seohyun pun semakin mekar. Itulah puncak dimana ia baru menyadari tentang sebuah perasaan yang disebut dengan cinta.

#Flashback End#

Bait terakhir lagu yang Seohyun nyanyikan berakhir, begitu pula dengan petikan gitarnya. Diluar hujan masih belum berhenti. Ia menyesap coklat panasnya dengan hati-hati, lalu meletakkan cangkirnya kembali. Manis, ucapnya lirih.

#Flashback#

Satu minggu sudah berlalu sejak bertemu laki-laki itu. Seohyun menyelinap dari kerumunan anak-anak yang sedang bermain. Ia berjalan menyusuri beberapa bangunan panti asuhan, lalu berhenti di depan sebuah aula pertunjukkan kecil dan menemukan orang yang sejak tadi ia cari. Yonghwa terlihat sedang berbicara dengan Ibu panti asuhan, Seohyun tersenyum simpul. Lalu menempelkan kepalanya ke sela-sela pintu yang terbuka.

“Oh benarkah?” tanya Ibu panti asuhan di sela-sela percakapan.

Seohyun menelengkan kepalanya, lalu mendorong kepalanya lebih dekat. Suara dari dalam menjadi sedikit lebih jelas.

“Aigoo, kenapa tidak bilang dari awal. Aku benar-benar bahagia mendengarnya.”

“Ne, gomapseumnida.” Ucap Yonghwa sopan.

“Lain kali ajak calon istrimu kemari, aku benar-benar senang mendengarnya.” Ibu panti asuhan tersenyum dan menepuk pundak Yonghwa dengan lembut.

“Aku akan mengajaknya lain kali.” Yonghwa tersenyum bahagia mengatakkannya.

Seohyun mematung dengan apa yang baru saja ia dengar. Kakinya mendadak lemas, tangannya mulai gemetar. Ia bahkan tidak bisa berfikir sedikitpun tentang apa yang baru saja didengarnya. Ia berusaha melangkahkan kakinya, tapi karena gemetar ia justru mendorong tubuhnya sampai terdengar bunyi “kriiitt” karena pintu terbuka.

Yonghwa dan Ibu panti asuhan menoleh dan mendapati Seohyun berdiri dengan canggung. Seohyun buru-buru membungkuk dan meminta maaf pada Ibu panti asuhan dengan kaku.

“Ah mianhamnida, aku tidak bermaksud mengganggu.”

Ibu panti asuhan tersenyum dan justru menyuruh Seohyun mendekat. Mau tak mau Seohyun berjalan menghampiri mereka dengan ekspresi yang sama kakunya.

“Kebetulan kau juga disini. Kemarilah ayo ucapkan selamat pada Yonghwa, dia bilang akan menikah akhir bulan ini.”

Seohyun merasa seperti sebuah bongkahan batu besar masuk ke hatinya. Kerongkongannya terasa kering, ia berusaha mengeluarkan suara dan tersenyum setulus mungkin.

“Ah benarkah, ah Chukkae Yonghwa-shi.”

“Ya terima kasih.” Ucap Yonghwa dan menepuk pelan puncak kepala Seohyun seperti yang sering ia lakukan.

Seohyun menahan sekuat mungkin agar air matanya tidak keluar. Bahkan hangatnya tangan Yonghwa masih begitu terasa. Sampai ia benar-benar tidak bisa menahan dinding pertahanannya.

“Chukkae Yonghwa-shi, Chukkae. Semoga kau bahagia.” Seohyun tersenyum dan menghapus air matanya.

“Kalau begitu aku pergi dulu, anak-anak pasti sudah menunggu.”

Setelah memberi salam pada Ibu panti asuhan, Seohyun berbalik dan segera keluar dari aula. Kini air mata yang sudah ia bendung mengalir dengan deras dipipinya. Seohyun tidak tahu harus kemana tapi ia tetap berlari kecil. Yang ia tahu sekarang adalah menjauh segera mungkin dari sana.

#Flashback End#


Hujan di luar sudah mulai reda, hanya tersisa rintiknya. Seohyun menghela nafas pelan. dibuka kembali bukunya, beberapa kata tertulis di sebuah kertas kecil berwarna biru. Ia tersenyum simpul lalu membalik halaman berikutnya. Tiga buah foto: ia yang sedang tertawa lepas ditengah hamparan bunga, sakura yang mekar, dan rintik hujan. Lalu ia mengucapkan dengan lirih kata dihalaman sebelumnya.

“Berbahagialah di musim semi, karena kau adalah musim semi yang paling indah.”

Tanpa disadari, Seohyun menangis dan tersenyum dalam waktu yang bersamaan.

#Flashback#

Sejak terakhir kali bertemu Yonghwa dan Ibu panti asuhan di aula, hampir satu minggu lamanya Seohyun tidak datang berkunjung. Bukan, bukan karena ia tidak ingin. Tapi lebih takut dengan perasaannya. Saat ia datang kembali ke panti asuhan, Yonghwa benar-benar sudah tidak ada. Ibu panti asuhan mengatakan Yonghwa kembali tiga hari sebelumnya dan menitipkan sesuatu untuknya.

Seohyun duduk di bawah pohon, tempat dimana ia selalu bernyanyi bersama anak-anak. Dengan hati-hati ia membuka sebuah surat berwarna biru muda. Tertulis dibagian belakangnya: Untuk musim semi, Seohyun.

Seohyun tersenyum kecut membacanya, lantas mulai mengeluarkan isi surat tersebut. tiga buah foto dan selembar kertas kecil berwarna biru. Foto yang pertama adalah ia yang tengah tertawa lepas ditengah hamparan bunga, foto kedua adalah bunga sakura yang mekar, dan foto ketiga adalah rintik hujan. Lalu ia membaca selembar kertas berwarna biru.

__

Kenapa hujan?
Karena hujan di musim semi menghangatkan. Bau tanah dan bunga yang mekar, sangat harum.
Berbahagialah di musim semi, karena kau adalah musim semi yang paling indah.

-Yonghwa
 __

Seohyun memutar kembali memorinya, saat itu dalam perjalanan melihat pemandangan ia pernah bertanya kenapa Yonghwa menyukai hujan di musim semi. Lalu tiga foto yang diberikannya, yang pertama adalah saat mereka sedang melihat bunga, yang kedua adalah perjalanan bersama dibawah bunga sakura, dan yang terakhir adalah hujan musim semi yang pertama kali mereka lihat di musim semi. Tanpa sadar air mata mengalir dipipinya.

#Flashback End#

Hujan sudah benar-benar berhenti diluar sana. Matahari perlahan menyinari jendela kaca yang berembun. Seohyun menutup halaman terakhir bukunya, mengambil dan mulai memetik gitarnya. Suara lembut mengalun dari senar-senar gitarnya. Bau tanah, bunga yang mekar dan hujan yang turun. Perlahan Seohyun tersenyum, musim semi adalah dirinya. Ia menyukai musim semi dan cinta pertamanya di musim semi.

The End
 

Annyeonghasseo~
Lama tidak jumpa readers, senang sekali kali bisa update lagi setelah hampir setengah abad(maksudnya beberapa bulan :D) hengkang..haha. Kali ini Sae bawa ff baru oneshoot. FF ini sebenarnya terinspirasi saat Sae sedang mendengar sebuah lagu mellow dari Sung Si Kyung. FF kali ini bergenre sadstory, jadi siap tisu ya readers~
Sekian dari Sae, selamat membaca jangan lupa jejaknya. 
Gomapseumnida~
*bow


Tidak ada komentar :

Posting Komentar