Romance Town (part 1)
Tittle : Romance Town
Author : Sae
Main Cast : Lee Donghae & Jessica Jung
Support Cast: Sandara
Park(2ne1), Choi Sooyoung, Kwon Boa, Leeteuk, Kim Taeyeon, Nana (Afterschool), Shindong
Genre : Romance comedy
Part : 1-end
Happy reading^^
Pada pertengahan bulan April, tidak ada bunga sakura di
Apgujeong. Sebagai gantinya, bunga sakura buatan bermekaran menghiasi Mall
Kingdom . Tampak seorang perempuan duduk bertopang dagu sambil menatap Kingdom
yang mencakar langit dari café shop seberang.
Jessica menghela nafas berat. Mungkin karena matahari begitu
terik, Kingdom terlihat berkilau, tidak, lebih tepatnya sebuah tas Marc Jacobs
edisi baru yang diimpikanlah yang membuat silau matanya. Tapi sayangnya,
Jessica hanya bisa melihat tas itu dari kejauhan, akhir bulan ini, apapun
alasannya, dia bertekad harus bisa mendapatkannya. Meskipun pengeluaran bulan
ini akan membengkak. Mau bagaimana lagi?.
Begitu memasuki bulan April, Jessica tidak ingin mengatakan
bahwa April adalah bulan yang kejam. Namun, April kali ini berantakan seperti
debu yang beterbangan karena tagihan belanja yang membengkak. Secara pribadi,
April lebih kejam daripada diet ketat.
Ponselnya berdering, Jessica menghela nafas lalu menekan
tombol terima. Terdengar suara berat seorang pria dari seberang sana, Jessica
mengernyitkan dahi.
“eodiga(kau dimana)?” suara pria itu terdengar panik.
“wae?”
Jessica mendengarkan dengan serius, tiba-tiba Jessica bangkit
berdiri dan menggebrak meja, membuat beberapa pengunjung menatapnya aneh.
“ah, mianhamnida…” Jessica meminta maaf ke sekeliling dan
berjalan keluar dengan terburu-buru.
“kau, tunggu aku dikantor. Benar-benar, dasar penyihir!”
umpatnya segera berlari.
>>
Jessica bekerja di majalah fashion A-style, salah satu majalah
fashion yang terkenal di Korea Selatan. Pekerjaan di majalah fashion dibagi
menjadi tiga, yaitu tim fashion, tim beauty dan tim pitcher. Ditempatnnya
bekerja, majalah A-style, Jessica berada
di tim fashion.
Jessica menatap sengit pada wanita yang duduk didepannya.
Disebelahnya berdiri seorang laki-laki bertubuh agak tambun yang tadi
meneleponnya, Shindong, rekan satu timnya. Jessica benar-benar ingin menelan Kwon
Boa kepala editor hidup-hidup, penyihir itu, sampai kapan dia akan berhenti
membuat hidupnya tertekan.
“kenapa harus aku? Kenapa tidak yang lain saja!” Jessica
hampir berteriak kalau saja dia tidak sadar didepannya itu adalah “Kepala
Editor”.
“kenapa? Tentu saja karena kau yang paling pandai merayu.”
Kwon Boa, dia adalah direktur yang membawahi fashion, beauty
dan pitcher di majalah A-style. Semua junior memanggil perempuan itu dengan
sebutan Kepala Editor. Kenyataan yang ada adalah dia bos yang egois dan selalu
menentukan semuanya sendiri tanpa mengajari karyawannya mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan kantor. Bahkan, jika ada peserta magang maupun pegawai baru
yang terlalu mempercayai kata-katanya, pasti tidak dapat bertahan lebih dari
dua bulan dan langsung mengundurkan diri.
Hal itu membuktikan bahwa Kwon Boa bisa dibilang sosok seorang
penyihir yang sempurna. Khususnya adalah ketika melihat sepatu high heels Gucci musim ini yang membuat
Jessica tidak tahan.
“tapi aku bagian tim fashion! bagaimana mungkin kau menyuruhku
mengerjakan tugas tim pitcher!” Jessica menatap kepala editor dengan sengit,
sedangkan Shindong hanya menunduk takut.
Tim pitcher ditempat Jessica bekerja itu adalah seperti bagian
budaya Koran. Diluar majalah yang ada hubungannya dengan fashion, misalnya
berkaitan dengan budaya, drama, film, seni, makanan, serta gossip dan wawancara
para artis.
“bukankah kau pernah melakukan wawancara.”
“aku terpaksa…”
“kali ini juga begitu.” Kepala editor Boa sama sekali tidak
bergeming “kalian berdua, aku tidak mau tahu, akhir pekan ini harus dapatkan
jadwal wawancara dengan aktris Choi Sooyoung.”
“Kepala Editor…” akhirnya Jessica dan Shindong hanya dapat
memelas, namun tidak ada gunanya, segala hal yang dikeluarkan dari mulut Kepala
Editor Boa tidak akan mungkin ditarik kembali.
Jessica keluar dari ruangan kepala editor dengan wajah masam
diikuti Shindong dibelakangnya. Rekan-rekan kerja mereka sudah bisa menebak
pasti tugas itu pada akhirnya jatuh ke tangan Jessica. Mau bagaimana lagi?
mereka juga tidak bisa membantu, apalagi tugas ini terbilang cukup sulit. Satupun
anggota tim pitcher tidak ada yang berhasil mendapatkan wawancara dengan aktris
Choi Sooyoung. Bahkan mereka sudah mengirim permintaan wawancara sebanyak tiga
kali, tapi tidak ada satupun yang diterima.
Jessica menghempaskan badannya dikursi kerja dengan kasar, benar-benar
tidak habis pikir, pandai merayu? apa-apaan penyihir itu. Enak saja
mengatainya. Pekerjaannya masih sangat banyak, dan sekarang dia memberikan
tugas baru seenaknya saja.
“aigoo, bagaimana ini? Kau harus semangat ya…” Nana salah satu
anggota tim pitcher menghampiri Jessica.
“jangan berpura-pura, aku tahu awalnya ini tugasmu kan?” cibir
Jessica. Ya, mereka memang sudah terkenal punya hubungan buruk di kantor,
bahkan mereka salah satu yang paling sering beradu pendapat di meja rapat.
Di antara orang-orang yang bekerja di tim pitcher, tidak ada
seorangpun yang menyukai Nana. Dia adalah orang yang egois dan sok. Dia juga
keras kepala, bahkan bisa dibilang hampir sama dengan Kepala Editor.
“kenapa bicaramu seperti itu? aku hanya meminta bantuan Kepala
Editor karena deadline beritaku, kau
tahu kan aku sedang sibuk mengerjakan artikel kuliner…”
“cihh, bilang saja kau gagal mendapatkan jadwal wawancara dengan
Choi Sooyoung kan?”
“mwo?! Kau pikir kau akan berhasil?” cibir Nana
“tentu saja…” berhadapan dengan wanita itu membuat Jessica
percaya diri “sudahlah, lebih baik kau kerjakan artikel kulinermu dengan benar,
jangan sampai kepala editor menolak mentah-mentah konsepmu untuk yang ketiga
kalinya…” Jessica tersenyum menang lalu berjalan pergi membawa setumpuk
berkasnya.
“yak kauuuu!!” teriak Nana dengan kesal.
>>
Tidak bisa dihitung sudah beberapa kali Jessica membalik
setumpuk kertas dimejanya, dia hanya geleng-geleng kepala melihat Shindong asik
menikmati Burger super besarnya. Kadang terlintas dibenak Jessica, bagaimana mungkin
rekannya itu masih bisa menikmati makanan sedangkan setumpuk pekerjaan siap
menghabisi mereka. Jessica meneguk coffe latte-nya, di umur yang ke dua puluh
enam tahun ini, kenapa hidupnya jadi semakin sulit. Apa sebaiknya menerima
tawaran dari Ibunya saja, berhenti bekerja dan pulang kerumah. Tidak perlu
pusing memikirkan bagaimana membeli tas atau baju edisi terbaru, cukup belajar
memasak lalu menikah.
Ah tidak tidak, Jessica mengusir jauh-jauh pikiran konyol itu.
Sejak awal inilah pilihannya, mengerjakan seuatu yang dia sukai dan tidak ingin
selamanya bergantung pada orang tua. Meskipun terlihat sedikit lebih sulit tapi
toh selama ini dia menikmatinya.
“hey hey, jadi bagaimana?” suara berat Shindong membuyarkan lamunan
Jessica. “kau yakin kita bisa mendapatkan jadwal wawancara dengan Choi
Sooyoung?”
“molla…” tiba-tiba Jessica merasa optimis setelah melihat
usaha rekan sebelumnya yang selalu tidak membuahkan hasil “bagaimana kalau kita
coba cara yang lain?”
“cara lain?” Shindong mengerutkan keningnya.
“ya, kita temui langsung Choi Sooyoung ke lokasi syutingnya
atau ke rumahnya.”
“hah? Yang benar saja…” cibir Shindong “Man Oh dan Yeon Yi
bahkan sudah mencobanya tiga kali, tapi Choi Sooyoung selalu menolak dengan banyak
alasan.”
Kalau dipikir-pikir, itu aneh juga. Jessica bahkan sudah mencari
tahu beberapa majalah yang berhasil melakukan wawancara dengan Choi Sooyoung.
“kau yakin permintaan wawancara itu langsung diberikan pada
Choi Sooyoung?”
“apa maksudnya?”
“selama ini majalah kita selalu mengirim permintaan wawancara
melalui agensi Choi Sooyoung, tentu saja pihak agensi yang akan memilih majalah
apa saja yang bisa mewawancarainya…” jelas Jessica “kita sendiri tidak tahu apa
Choi Sooyoung menerima atau menolak.”
“benar sekali!” puji Shindong “kenapa tidak terfikirkan
olehku.” wajah Shindong berubah sedikit lebih cerah.
“kalau begitu kita bagi tugas, aku mencari langsung di lokasi
syuting dan kau cari di agensinya. Sekarang kita berpencar, fighting!” Jessica
berdiri dengan semangat.
Jessica bertekad akan sesegera mungkin menyelesaikan pekerjaan
ini, dengan begitu kepala editor Boa tidak akan mengusiknya lagi sampai artikel
fashion yang selama ini ia tunda kerjakan akan selesai. Kalau sampai tidak bisa
melakukan wawancara dengan Choi Sooyoung, mungkin hidupnya akan dibuat tidak
tenang. Bahkan majalah Mode dan majalah Big saja bisa melakukannya, jadi tidak
ada kata tidak mungkin. Itulah sebabnya Jessica dijuluki sebagai “ratu
penyelesaian masalah” di kantornya.
>>
Seteleh menyelesaikan rapat mengenai proyek baru di Jeju, Lee Donghae
mengecek kembali pergerakan saham perusahaannya. LEAD grup merupakan perusahaan
elektronik di Korea Selatan. Selain bidang elektronik sebagai fokus utama, LEAD
grup juga melebarkan sayap pada bidang desain pembangunan dan fashion.
Setelah memastikan pergerakan saham yang normal, Donghae
melirik jam tangannya, sudah pukul tujuh malam. Donghae melemparkan tasnya ke
kursi, lalu memakai headset yang tergantung di dasbor mobilnya. Ponselnya
berdering, bisa di tebak itu pasti telepon dari Baek Jonggu sekertaris Ayahnya.
“aku tahu, aku akan datang…” jawab Donghae singkat lalu menutup
teleponnya. Donghae menyalakan mobilnya dan mulai menembus jalanan kota Seoul.
Tidak butuh waktu yang lama, mobil Donghae menepi disebuah
rumah bergaya klasik modern. Donghae berjalan dengan malas, perasaannya selalu
berubah 90 derajat saat masuk ke dalam rumah yang pernah menyimpan banyak kenangan
bersama mendiang Ibunya.
“kau tidak memberi salam?” tegur Komisaris Lee pada putranya
yang sudah duduk dikursinya.
“aku tidak punya banyak waktu, jadi katakan saja apa tujuanmu
menyuruhku datang?” ucap Donghae datar, ia dengan santai menikmati makanannya.
“kau ini benar-benar!!”
“yeobo(suamiku)…” ucap Sandara lembut menenangkan suaminya.
Donghae tersenyum sinis mendengarnya. Jelas itu bukan
pemandangan yang pertama baginya, tapi entah kenapa rasanya sangat muak
mendengar dan melihat apapun yang ada dirumah itu.
“kalau saja tidak karena Eommamu, aku tidak akan bersabar menghadapi
sikap kurang ajarmu itu.”
Donghae meletakan senndoknya dan menatap dingin komisaris Lee.
“Eomma? Apa mendiang Eomma yang Abeoji maksud?” sindir
Donghae, ia sama sekali tidak memperdulikan tatapan marah Komisaris Lee.
“Lee Donghae!!” komisaris Lee bangkit dari duduknya dan
berteriak marah,
“tenanglah yeobo, sudah lama kita tidak makan malam bersama
Donghae…” Sandara berdiri menenangkan suaminya.
Park Sandara resmi menjadi istri komisaris Lee sejak tujuh
tahun silam. Sebelumnya Sandara adalah sekertaris yang membantu komisaris Lee
selama menjabat sebagai CEO LEAD grup sebelum akhirnya jabatan itu resmi
diberikan pada Lee Donghae.
Donghae meneguk minumannya tanpa memedulikan tatapan Ayahnya.
Dengus marah Komisaris Lee terlihat pada embun yang terbentuk di gelas air
dihadapannya. Sementara itu Donghae masih terlihat tenang ditempatnya.
“benarkah Abeoji mengalihkan nama Resort di Jeju?”
“benar.” komisaris Lee mengangguk dan tersenyum simpul “aku mengalihkan
nama kepemilikan menjadi milik Sandara, lagipula Resort itu sudah lama
terbengkalai.”
“tapi itu milik mendiang Eomma!” Donghae berseru. Giliran komisaris
Lee meneguk minumannya dengan tenang dan menatap tajam Lee Donghae.
“berhentilah menyebut-nyebut mendiang Eommamu, sudah aku
katakan sekarang Sandara-lah Eommamu!”
“jangan berharap banyak. Aku tidak akan membiarkan dia mewarisi
sedikitpun harta keluarga ini.” Donghae bangkit berdiri dari duduknya dan berjalan
keluar dari ruangan itu.
Sandara hanya diam mendengar sindiran Donghae yang ditujukan
untuknya, sedangkan Komisaris Lee yang geram berteriak memanggil putranya.
>>
Donghae meneguk gelas kelima wine-nya. Memutuskan minum adalah
salah satu pelarian dari kepenatan otaknya. Tapi, seberapapun ingin mabuk itu
adalah hal yang sulit baginya. Beberapa gadis datang menghampiri Donghae
bergelayut manja dilengannya. Baginya wanita juga salah satu jenis hiburan saat
merasa jenuh. Itulah sebabnya Donghae dikenal sebagai seorang playboy. Tentu saja, dengan wajah tampan
dan status CEO muda, mustahil ada wanita yang akan menolaknya.
Seorang yeoja berperawakan tinggi dengan hoddie yang menutupi
kepalanya berjalan mendekati meja Donghae. Dia menatap tajam pada wanita-wanita
yang masih bergelayutan manja. Hanya dengan ekor matanya, dia berhasil
menyingkirkan wanita-wanita itu dari sisi Donghae.
“John, beri aku orange jus…” ucapnya pada bartender yang
sedang sibuk memutar botol kaca. Hanya dalam sekejap bartender yang dipannggil
John itu dengan cekatan menyajikan pesanannya.
Donghae menoleh dan tersenyum mendapati Choi Sooyoung yang
duduk disebelahnya itu asik menikmati orange jus-nya.
“tidak minum?”
Sooyoung menggelengkan kepalanya, lalu melirik botol wine
milik Donghae yang isinya tinggal separuh.
“aku tahu oppa datang tanpa driver, jadi salah satu dari kita tidak boleh mabuk…”
Donghae terkekeh pelan mendengar jawaban Choi Sooyoung.
“pasti hari ini bertemu dengannya lagi…”
“siapa?” tanya Donghae
“mau sampai kapan seperti itu? Oppa masih saja tidak bisa mengendalikan
perasaan saat bertemu dengannya.”
Donghae menatap lurus kedalam isi gelasnya. Apa yang dikatakan
Sooyoung sedikit membenarkan perasaannya, bahkan sudah berlalu sejak lama tapi
ia masih tidak bisa mengendalikan perasaannya sendiri.
“apa menurutmu aku perlu berkencan?”
Sooyoung mendecak mendengar pertanyaan Donghae. Sudah tidak
terhitung berapa kali Donghae berkencan, bahkan hampir seluruh wanita tahu dia
itu seorang playboy.
“seriuslah berkencan, jangan main-main lagi.” ucap Sooyoung
“satu lagi, jangan dekati yeoja-yeoja tadi…”
Donghae tersenyum geli lalu mengacak rambut Sooyoung dengan
gemas. Meskipun ucapan Sooyoung kadang terdengar menyebalkan, tapi seperti
itulah bentuk perhatian yang gadis itu tunjukkan.
>>
Jessica terbaring di atas tempat tidurnya seperti mayat yang
mati karena kelelahan padahal matahari pagi sudah menelusup masuk jendela
kamarnya. Kemarin dia harus lembur sampai pukul satu dini hari hanya untuk
menyelesaikan beberapa artikel.
Jessica sedikit mengumpat saat suara dering ponselnya memekakkan
telinga. Dia merentangkan kedua kakinya, berusaha menarik ponsel dengan ujung
kakinya. Namun, hal itu tidaklah mudah sehingga pada akhirnya Jessica terpaksa
bangun dengan mata yang masih terpejam.
“nuguya(siapa)?” Jessica menjawab masih dengan setengah sadar.
“ini Eomma.” Terdengar suara Ibunya dari dalam ponselnya.
Jessica bangun dan duduk bersandar, dia bergerak kekanan dan
kiri untuk meregangkan punggungnya.
“ada apa Eomma menelepon di pagi buta seperti ini?”
“cepat bangun jangan malas, anak gadis harus bangun pagi agar
rejekinya tidak di patuk ayam!”
Jessica memutar kedua bola matanya dengan malas, Ibunya yang
dibesarkan dengan didikan wanita zaman kuno memang sangat mengagumkan. Terkadang
Jessica heran kenapa sifat Ibunya bisa seperti seorang bangsawan, dan lebih
mengherankan baginya adalah kenapa sifat anggun Ibunya sama sekali tidak
menurun padanya.
“baiklah aku tahu, memang ada apa?”
“kau ingat Hong Ahjussi teman Abeoji itu? Dia punya seorang
keponakan laki-laki. Eomma sudah melihat fotonya, selain tampan dia juga seorang
pengacara. Nanti malam pukul tujuh, datanglah untuk bertemu dengannya ya…”
“maksud Eomma, Eomma menyuruhku untuk datang kencan buta
dengan namja itu? Tidak mau, pokoknya tidak mau. Sudah aku katakan aku belum
ingin menikah.” Seketika mata Jessica membulat sempurna saat meneriaki Ibunya
dengan wajah cemberut.
“dasar anak ini! Eomma sudah bilang, umur 26 tahun adalah umur
yang paling tepat untuk menikah…” semprot Nyonya Jung dari seberang sana
“setidaknya, kau seriuslah pacaran.”
“Eomma…”
“pokoknya kau harus datang, nanti Eomma beritahu tempatnya.
Kalau tidak datang, Eomma akan menjadi sangat kesal setiap melihatmu.” Ancam
Nyonya Jung
Tuk—
Nyonya Jung memutus sambungan telepon secara sepihak sebelum
putrinya sempat protes. Jessica seketika berdiri, tapi kakinya tersangkut syal
hingga dia langsung terhuyung-huyung dan jatuh ke lantai. Jessica mengumpat dan
membuang syal itu kesembarang tempat dengan wajah ditekuk. Karena bunyi
perutnya yang keroncongan, Jessica memutuskan lebih baik mengisi perutnya
sebelum melewati hari ini yang mungkin akan berat baginya.
Jessica membuka kulkas, dari dalam kotak buah tercium bau
busuk dari apel dan strawberry yang sangat pekat. Satu minggu yang lalu dia
berniat mencoba membuat California roll
seperti yang dilihatnya di majalah. Tapi sepertinya sekarang buah dan sayur
busuknya harus segera dibuang.
“tidak ada satupun yang bisa dimakan.” Keluh Jessica memegangi
perutnya. Mau tidak mau hari ini harus sarapan di kedai kopi atau café
terdekat.
>>
Shindoong berlari menghampiri Jessica yang sudah menunggu di coffe shop dekat kantornya. Dengan wajah
cerah meskipun tubuh tambunnya itu terengah-engah seperti baru mengikuti lomba
marathon, dengan semangat Shindong menyerahkan sebuah amplop coklat pada
Jessica.
“ige mwoya(apa ini)?”
“tangkapan yang bagus!” jawab Shindong dengan semangat, lalu
menyuruh rekannya itu melihat isinya.
“foto? Foto siapa ini?” Jessica mengamati beberapa lembar foto
dari dalam amplop.
“kemarin aku mengikuti Choi Sooyoung seharian penuh, dan kau
tahu? Aku melihatnya bersama seorang pria di sebuah Bar!” Shindong terlihat
sangat bersemangat saat menceritakan kronologi penemuan hebatnya itu. “kau
tahu, ini adalah hot news! Hot news! Choi Sooyoung artis yang dicintai negeri
ini berkencan dengan seorang pria.”
“apa sekarang kau beralih profesi menjadi paparazy?” dengus Jessica meletakkan kembali foto-foto itu “yang
kita butuhkan adalah mendapatkan wawancara, bukan gossip seperti itu.”
Shindong menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Benar
juga, yang mereka butuhkan adalah mendapat wawancara minggu ini dan sekarang
hanya tersisa beberapa hari saja sampai deadline itu tiba.
“jadi sekarang bagaimana? Aku sudah berusaha menghubungi agensi,
tapi mereka bilang akan membicarakannya lagi dengan Choi Sooyoung.”
“berikan semua info kontak Choi Sooyoung padaku, aku akan
mendatanginya sendiri.”
Shindong membereskan lagi foto-foto dan menyimpan amplop ke
dalam tasnya lalu memberikan secarik kertas pada Jessica.
“kita tidak punya bannyak waktu, ayo semangat!” Jessica
bangkit dari duduknya lalu berjalan meninggalkan caffe shop.
>>
Choi Sooyoung masuk ke sebuah butik mewah, karena baru saja
melakukan syuting untuk drama baru yang membuatnya mati bosan di lokasi. Dan
satu-satunya hal yang paling dia sukai saat waktu senggang adalah berbelanja.
“Choi Sooyoung…”
Sooyoung menoleh dan sedikit terkejut. Dia memberi salam
dengan canggung pada Sandara.
“sudah lama tidak bertemu…” Sandara tersenyum simpul “aku
dengar kau sedang syuting drama baru?”
“benar. Sudah lama tidak bertemu eonni terlihat semakin muda…”
Sooyoung mengambil salah satu gaun dan berlenggak-lenggok di depan kaca “aku
dengar unnie mengambil alih Resort di Jeju? Pasti sangat menyenangkan bisa
memimpin.”
“aku masih harus belajar banyak tentang Resort itu.”
“mendiang ahjumma mendirikan Resort Jeju dengan kerja
kerasnya, aku berharap tidak akan ada yang berubah setelah eonni mengambil alih.”
“Sooyoung-ah, panggilan eonni…” pinta Sandara.
“apa eonni khawatir jika ada yang mendengar?” sindir Sooyoung
“sebagai pihak yang mengetahui hubunganmu dengan Donghae oppa di masa lalu, apa
kau masih berharap aku memanggilmu dengan sebutan ahjumma?” ucap Sooyoung sinis.
“itu bukanlah hal yang pantas diungkit.” Sandara menatap tajam
Sooyoung.
Sooyoung tersenyum sinis, lalu membalas tatapan tajam Sandara,
sama sekali tidak ada rasa takut di matanya.
“tetaplah bersikap baik di hadapan ahjjussi, tapi tidak perlu melakukannya
di depanku.” Sooyoung tersenyum dan merapikan beberapa helai rambutnya, lalu
berjalan meninggalkan Sandara yang berdiri mematung disana.
>>
Jessica mendengarkan celotehan laki-laki yang duduk didepannya
dengan malas. Sejak tiga puluh menit yang lalu ia harus mendengarkan laki-laki
itu membanggakan diri dan keluarganya. Salah satu dari sekian banyak jenis pria
yang paling tidak Jessica sukai, beromong besar dan mementingkan penampilan
fisik sebagai kesan pertama. Kalau bukan karena ancaman Ibunya, ia tidak akan
pernah datang menemui pria itu.
Karena merasa akan gila jika tetap ada disana, Jessica pamit
pergi ke toilet. Ia akan segera memikirkan cara untuk melarikan diri. Entah
karena seharian ini tidak makan atau gara-gara celotehan lelaki tadi, kepala Jessica
terasa sedikit pusing. Jessica berjalan mendekati toilet dengan langkah
terhuyung-huyung. Tiba-tiba seorang ahjuma bertubuh besar berjalan tergesa-gesa
dan menabraknya.
Braakkkk
Jessica terdorong dan masuk kedalam salah satu ruangan,
kesialan tidak berhenti sampai disana, ia menabrak seorang pelayan yang sedang
menyajikan teh sehingga pelayan itu menumpahkan minumannya pada baju salah satu
tamu.
“apa-apan ini!” seru Dongahe mengibas-ngibaskan air teh yang
membasahi kemeja putihnya.
Pelayan itu meminta maaf berkali-kali dan berusaha
membersihkan noda di kemeja Donghae. Jessica yang sangat terkejut hanya bisa memandangi
mereka dalam posisi jatuh terduduk.
“nona, apa yang kau lakukan!” bentak pelayan itu menyadarkan
Jessica.
Jessica segera bangkit berdiri dan membungkuk meminta maaf.
Benar-benar sangat memalukan. Sangat memalukan! Umpat Jessica dalam hati.
Hampir setengah jam Jessica berdiri mengabaikan harga dirinya
didepan toilet pria, beberapa pengunjung laki-laki memandangnya dengan tatapan
aneh. Dia sudah memutuskan akan bertanggung jawab dengan kejadian tadi. Donghae
keluar dari dalam toilet dan menatap tajam pada Jessica, noda teh di kemejanya
sama sekali tidak bisa hilang.
“jeongmal mianhamnida.” Jessica menundukkan kepalanya “aku
pasti akan mengganti biaya laundry baju anda.”
Donghae menatap Jessica dari ujung kepala sampai ujung kaki,
ia tersenyum sinis dan berjalan begitu saja meninggalkan Jessica.
“tuan tunggu, aku benar-benar akan mengganti biayanya.” seru
Jessica, akan tetapi Donghae mengabaikannya dan tetap berjalan pergi.
“huhh, benar-benar tidak sopan!” Jessica menghela nafas kesal
melihat Donghae pergi begitu saja.
>>
Ada pepatah yang berbunyi : sudah jatuh, tertimpa tangga pula.
Jessica menganggap pepatah itu sangat cocok untuk menggambarkan dirinya
seharian ini. Setelah lepas dengan aman dari kejadian tadi, Jessica justru
merasa perutnya semakin tidak karuan. Dia merasa benar-benar akan jatuh sakit.
Jessica yang sudah tidak tahan lagi menahan mual diperutnya
mulai melihat ke sekelilingnya dengan panik. Pasti tidak akan bisa ditahan
sekalipun berlari ke toilet. Mau tidak mau Jessica berlari ke arah sebuah mobil
yang terparkir di sekitar sana. Seolah menemukan tempat di peta harta karun,
Jessica berjongkok disamping ban mobil berpelek putih. Dia memijat-mijat
lehernya perlahan agar bisa mengeluarkan isi perutnya.
Setelah memastikan bahwa isi yang membuat perutnya mual
keluar, Jessica berjalan sambil membersihkan tangan dan mengeluarkan tisu dari
tasnya untuk menyeka mulutnya. Saat baru beberapa langkah, tampak seseorang
yang sedang menatap Jessica dan mobilnya dengan wajah kaku dan tatapan tidak
percaya.
“kau…apa-apaan ini?” Donghae menghampiri Jessica dan
menatapnya dengan wajah terkejut.
“ma ma maaf, saya terpaksa…”
Sial, Jessica mengumpat dalam hati. Kenapa sejak tadi dirinya
selalu bermasalah dengan pria itu. Jessica rasanya ingin segera menghilang dari
sana. Sayangnya, ia sama sekali tidak punya kekuatan ajaib seperti itu. Donghae
memandangi wajah Jessica dengan ekspresi tercengang.
“maaf, akan aku bersihkan…sebentar saja…” Jessica membungkuk
180 derajat meminta maaf.
Donghae menatap Jessica dengan tajam, dia kemudian berjalan
menghampiri Jessica. Jessica menjadi sedikit panik dan melangkah mundur sampai
badanya benar-benar menempel kemobil Donghae.
“kau…wanita yang tadi kan?” Donghae mengeluarkan ponselnya.
Cekret cekret!
Bunyi ponsel beberapa kali, Donghae mengambil gambar Jessica.
Jessica sangat terkejut dengan apa yang dilakukan pria didepannya itu.
“apa yang kau lakukan?” tanya Jessica.
“aku mengambil gambarmu untuk diaporkan ke kantor polisi.” Ucap
Donghae tajam dan beranjak pergi dari sana, tetapi Jessica berhasil menahannya.
“tunggu, tunggu. Jangan begitu…aku sungguh minta maaf. Aku
benar-benar akan mengganti semua biayanya. Laundry bajumu dan juga cuci mobilmu.”
pinta Jessica memelas
“tapi tolong jangan laporkan polisi. Kita selesaikan secara
damai.” Bujuk Jessica.
“apa? Huh, aku justru curiga kalau kau ini seorang penguntit!”
Donghae membuka pintu mobilnya.
Tidak disangka Jessica menahan langkah Donghae dengan kakinya,dia
meloncat dan berhasil mengambil ponsel pria itu. Donghae sangat terkejut, terjadilah
aksi saling tarik menarik. Dengan sisa tenaga, Jessica berusaha menghapus
fotonya, sedangkan Donghae berusaha mengambil kembali ponselnya.
“hey kau, cepat kembalikan!” teriak Donghae
“tolong jangan laporkan aku. aduh, dimana fotonya, kenapa
tidak ketemu-ketemu…”
Karena kekuatan keduanya saling tarik menarik, tanpa disangka
ponsel itu terlempar melayang ke tengah jalanan. Sebuah mobil melintas dan
melindas ponsel Donghae menjadi hancur. Donghae maupun Jessica sama-sama
tercengang melihatnya.
“kau!!” Donghae menatap tajam ke arah Jessica.
>>
Angin musim semi di malam hari biasanya terasa menyejukkan,
tapi malam ini terasa sangat dingin seperti pertengahan bulan Desember. Jessica
berdiri menunduk dengan takut karena Donghae menatapnya tajam.
Donghae mengusap-usap wajahnya dengan kesal. Tulang belakangnya
terasa kaku, rasa kesalnya bahkan sudah menjalar ke dalam tulang-tulangnya. Akhirnya
dia hanya menghela nafas dalam melihat wanita didepannya itu.
“maaf, aku sungguh minta maaf…” lirih Jessica “aku akan
mengganti semuanya, iya semuanya, sungguh.”
Donghae melipat tangannya didada, lalu mengamati Jessica dari
ujung kepala sampai ujung sepatu.
“mana ponselmu?”
“apa?” Jessica sama sekali tidak mengerti, tapi akhirnya
mengeluarkan ponselnya dari dalam tas.
Donghae mengambil ponsel Jessica. Jessica yang bingung tidak
sempat protes. Dia melihat Donghae menekan beberapa digit angka, sepertinya akan
menghubungi seseorang.
“yeoboseo, sekertaris Kim, ini aku. ya. Mobilku ada didepan
Restaurant Victoria. Bawa dan bersihkan. Ya.”
Tuk— Donghae menutup telepon
dan mengembalikan ponsel Jessica.
“jadi bagaimana?”
“tentu saja kau harus ganti rugi semuanya. Dilihat dari
penampilanmu, kau tidak akan kesulitan membayar uang ganti rugi kan? Berikan
kartu namamu, aku khawatir kau melarikan diri.”
Jessica hanya bisa menghela nafas kesal, lalu mengambil kartu
namanya dan menyerahkannya pada Donghae. Pria itu mengambilnya dan membaca
sekilas, menatap Jessica sekilas lalu memasukkan kekantong jasnya.
“baiklah nona Jung, kalau semua sudah selesai, aku akan segera
menghubungimu.” Donghae tersenyum jail “sampai jumpa.” Donghae melenggang pergi
meninggalkan Jessica.
Jessica memandangi punggung Donghae yang masuk ke dalam taksi dengan muka cemberut. Pria itu
menghubungi seseorang dan menyebut sekertaris. Dilihat dari mobilnya, lalu
ponselnya, lalu penampilannya, pria itu pasti orang kaya. Jessica mendadak jadi
khawatir, pasti biaya ganti ruginya mahal. Jessica mengacak-acak rambutnya
frustasi.
>>
Demi melakukan wawancara dengan aktris Choi Sooyoung, sudah setengah
hari ini Jessica berada di lokasi syuting. Ia rela menunggu berjam-jam agar
dapat langsung menemui Sooyoung. Subuh tadi Jessica segera datang setelah
mengetahui hari ini Choi Sooyoung syuting drama didaerah Gangnam.
Saat Jessica datang, manajer Oh sedang makan bersama para
staff di tempat syuting. Dia langsung berdiri dan memanggil Jessica dengan
sebutan yang begitu kampungan, “stalker”. Itu karena beberapa hari ini Jessica
selalu menghubungi dan mengikuti Manajer Oh.
Berhubungan dengan para artis bagi wartawan itu seperti sebuah
misi 007 James Bond. Demi mendapat informasi mengenai artis, para wartawan
mulai berhubungan baik dengan para manajer artis dan rumah produksi. Kalau hal
itu masih belum berhasil, biasanya mereka akan pergi ke salon yang sering di
kunjungi artis atau orang yang memiliki hubungan dekat dengan artis tersebut.
Jessica pernah melakukan itu sebelumnya, saat ia mendapatkan
tugas yang sama tahun lalu mewawancarai artis Goo Hyun Jung. Tapi perbedaannya,
artis Goo Hyun Jung adalah artis yang mudah ditemui.
“aku memiliki berita baik dan buruk, anda mau dengar yang mana
dulu?” ucap manajer Oh.
“mulai dari kabar baik dulu saja…”
“Choi Sooyoung mau di wawancarai…”
Jessica seperti ingin
bersorak gembira kalau saja ia tidak sadar dengan orang-orang sekelilingnya.
“kemarin aku membawa artikel nona Jung mengenai wawancara yang
nantinya akan dimuat di majalah A-Style. Dia bilang menarik dan menyukainya.”
Jessica tersenyum senang mendengarnya.
“tapi kabar buruknya, dia ingin agar halaman wawancaranya
lebih banyak. Lebih dari 30 halaman.”
Bukan tiga halaman melainkan tiga puluh halaman? Jessica menatap
manajer Oh tidak percaya. Manajer Oh hanya angkat bahu dan menggeleng-geleng
kepala.
“bicaralah sendiri dengannya, sebentar lagi selesai syuting
untuk adegannnya.” Manajer Oh bangkit dari duduknya dan meninggalkan Jessica
yang masih terkejut.
>>
Akhirnya Jessica dapat bertemu dengan Sooyoung secara
langsung. Sejak Sooyoung tiba dan duduk di depannya, Jessica tidak berhenti
memerhatikannya. Jessica merasa perempuan itu memiliki aura yang memancar. Kaki
jenjangnya, wajah cantiknya, kulit putih dan mulusnya, semua pria pasti akan
mengimpikannya. Akhirnya Jessica tahu kenapa Sooyoung dijuluki sebagai “national dream girl”.
Jessica memperkenalkan diri sebagai wartawan dari majalah
A-style. Sooyoung yang sudah mengetahuinya malah menyuruh Jessica langsung
bicara ke intinya. Jessica memaksakan seulas senyum. Karena sudah banyak
mendengar tentang artis ini, dia sudah mempersiapkan mental.
“saya sudah dengar dari manajer Oh, katanya anda tertarik
konsep majalah kami…”
“ya, lumayan…” jawab Sooyoung “tapi, sudah dengar persyaratan
yang aku ajukan dari manajer Oh kan?”
“ya, untuk persyaratan anda itu…apa tidak bisa dipertimbangkan
lagi?” tanya Jessica hati-hati “edisi itu bukan untuk pictorial book atau edisi khusus, jadi tidak mungkin halamannya
sebanyak itu…”
“kenapa? Masa tidak bisa, majalah Big bahkan menempatkan lebih
dari 30 halaman khusus untuk Jun Ji hyun…”
“tapi kami A-Style.”
“aku tidak peduli berbeda atau tidak, yang terpenting adalah
halaman wawancaraku harus lebih dari tiga puluh!” jawab Sooyoung enteng “kalau
tidak memenuhi syaratnya, aku tidak mau diwawancarai.”
Jessica menghela nafas, memang tidak mudah untuk melakukan
wawancara dengan artis. Kalau mudah, pasti ada sesuatu yang terjadi di tempat
syuting, misalnya ingin syuting filmnya berjalan lancar atau yang lainnya.
“dan juga untuk fotografer, stylist, hair stylist, make up, dan semuanya, tolong
diperhatikan. Aku mau semuanya tenaga professional.”
“masalah halaman sekarang saya belum bisa pastikan, saya harus
diskusikan dengan tim. Tolong pertimbangkan lagi…” pinta Jessica “kalau untuk
masalah lain, anda tidak perlu khawatir karena majalah kami diurus tim
professional.”
Choi Sooyoung tersenyum dengan puas, lalu bangkit dari
duduknya.
“baguslah, atur saja jadwalnya dengan manajer Oh. Soal
halaman, kabari aku secepatnya.”
Jessica mengangguk. Setelah mengucapkan salam, Sooyoung
beranjak untuk bersiap syuting lagi. Setelah memastikan Sooyoung pergi, Jessica
menghela nafas. Ini jelas belum berakhir, tapi kepalanya sudah mulai pusing.
>>
Di dalam mobil, Donghae duduk di kemudinya. Dia berhenti saat
lampu lalu lintas berwarna merah, tiba-tiba dia teringat sesuatu. Donghae segera
mencari sesuatu di dalam laci mobilnya, dia tersenyum lebar saat menemukan
sebuah kartu nama. Donghae mengambil ponselnya, menekan beberapa angka lalu
terdengar nada sambung dari ujung sana.
Jessica berjalan dengan lemas kembali ke kantornya, saat jam
istirahat seperti inipun dia sama sekali tidak berselera makan. Yang penting
baginya sekarang adalah bagaimana menjelaskan pada kepala editor Boa. Kepala
editor pasti akan mengatakan “apa kau gila” atau “tidak bisa!” lalu
menceramahinya. Ponsel Jessica bergetar, panggilan masuk dari nomor tidak di
kenal.
“yeobosseo”
“Jung Jessica-shi…” suara seseorang pria dari dalam telepon.
“maaf, ini siapa?”
“kau tidak melarikan diri kan? Aku mau menagih hutang.”
“hutang?” Jessica masih
mengingat-ngat, dia sama sekali tidak punya hutang selain tunggakan sewa rumah
yang sudah dibayar kemarin. Cukup lama menunggu, suara pria ditelepon jadi tidak
sabar.
“biaya laundry, cuci mobil dan ponsel baru.”
Jessica menepuk dahi saat mengingat semuanya. Benar, sudah dua
hari berlalu. Karena terlalu sibuk dia sampai tidak ingat. Disaat seperti ini, Jessica
membatin kenapa pria itu harus menghubunginya, membuat kepalanya semakin
pusing.
“oh iya tentu saja. maaf…”
“kita bertemu di Restaurant Green dekat stasiun Gangnam sekarang
juga.”
“tapi, tunggu…” Jessica belum sempat berbicara, Donghae
memutus sambungan teleponnya.
Jessica menatap ponselnya dan menggerutu sendiri. Orang itu
menyuruh-nyuruh seenaknya saja. Karena tidak terlalu jauh, akhirnya Jessica
berlari menuju kesana.
Syukurlah, Jessica tidak tahu mengapa dia harus bersyukur,
tapi dia tiba di restaurant itu hanya dalam waktu lima menit. Jessica segera
masuk kedalam, pria yang tadi menghubunginya itu sudah menunggu di salah satu
meja dekat jendela.
“annyenghasseo.” Sapa Jessica lalu duduk di depan Donghae.
Donghae menatap Jessica dengan wajah datar.
“cepat sekali kau datang.”
Jessica terlihat kebingungan menjawab, dia sendiri juga
terkejut karena tiba dalam waktu singkat, sampai baru menyadari sudah berlari
dengan memakai high heels. Melihat
wajah bingung Jessica yang lucu itu membuat Donghae mengulas senyum di wajah
tampannya.
“jangan dipikirkan. Datang cepat lebih bagus, aku sendiri
tidak suka menunggu.”
Jessica tersenyum dengan canggung. Sejak pertama kali bertemu,
dia sudah berprasangka buruk dengan sifat pria didepannya, tapi melihat dari
caranya tersenyum, ternyata Donghae tidak terlalu buruk.
“apa boleh lihat tagihan biayanya?”
“tidak mau pesan sesuatu dulu?” Donghae masih sibuk melihat
buku menunya. Menyadari Jessica hanya diam dan menatapnya, Donghae menutup buku
menunya. Dia mengeluarkan selembar bon dari saku jasnya, lalu memberikannya
pada Jessica.
Jessica menerima lembaran kertas itu, matanya membulat
sempurna melihat beberapa angka yang tercetak disana. Jelas itu jumlah yang
sangat besar, tidak masuk akal dikeluarkan hanya untuk laundry kemeja, cuci
mobil dan ponsel baru. Bahkan, dengan jumlah itu dia bisa mendapatkan kemeja
baru Hedi Slimane dari brand Channel.
“maaf, tapi bagaimana bisa biayanya sebesar ini?”
Donghae hanya mengangkat kedua bahunya. Tapi Jessica masih
tidak bisa percaya dengan apa yang dilihatnya itu.
“anda tidak sedang memeras saya kan?” tuduhnya.
“apa aku terlihat seperti penjahat? Aku tidak menambah atau
mengurangi, itu sudah sesuai dengan yang aku keluarkan.” ucap Donghae dengan
tenang “kau sendiri yang berjanji akan menggantinya kan?”
“benar, tapi itu…”
Jessica hampir saja menangis, untuk pertama kalinya dia merasa
sangat menyesal dengan ucapannya sendiri. Gaji bulan ini bahkan sudah hampir
habis, lalu bagaimana mungkin dia bisa membayar ganti rugi sebesar itu.
“maaf, tapi, apa aku boleh menyicilnya? Aku berjanji akan
melunasinya. Tapi, tapi tidak bisa sekaligus.”
“maaf Jessica-ssi, tapi aku tidak menerima cicilan.”
Suara Donghae yang tenang itu bahkan terdengar menusuk di
telinga Jessica.
“dilihat dari
penampilanmu, aku rasa kau mampu membayarnya.” Donghae melirik tas Prada milik
Jessica “ah, atau jangan-jangan itu produk palsu?”
“ini asli!” jawab Jessica dengan kesal.
Memang jika dilihat dari penampilannya, Jessica termasuk
wanita dengan selera fashion yang tinggi. Mulai dari tas sampai high heels yang dia gunakan adalah
produk dari brand ternama, akan tetapi itu semua dibeli dari
gaji setiap bulan yang dia kumpulkan.
“lalu apa masalahnya? Kau tidak akan bangkrut hanya dengan
membayar sejumlah itu kan.” Donghae menyesap Americano-nya dengan tenang,
sedangkan Jessica masih terdiam menggigit ujung kukunya.
“bukan begitu, tapi masalahnya bulan ini aku sudah tidak punya
sisa uang lagi. Aku baru saja membayar sewa rumah, aku bisa tidak makan sampai
bulan depan kalau harus membayarnya sekarang.”
Donghae hampir saja tertawa mendengar jawaban tidak terduga
dari Jessica. Dia sama sekali tidak mengira wanita didepannya itu sangat terang-terangan
menceritakan keadaannya pada pria yang bahkan baru pertama kali ditemuinya.
Donghae merasa Jessica wanita yang sangat menarik. Tiba-tiba terlintas sebuah
ide di kepala Donghae, sepertinya akan sangat menyenangkan.
“kalau begitu bayar saja dengan tenagamu.”
“apa?”
“kau bisa mengemudi kan?”
Jessica yang tidak tahu apapun maksud Donghae itu hanya
menganggukkan kepala.
“kebetulan tiga hari kedepan supirku sedang cuti, kau yang
gantikan dia.”
Mata Jessica membulat sempurna. Apa yang dia dengar barusan
sama sekali tidak masuk akal. Bagaimana mungkin pria didepannya itu bisa
seenaknya saja.
“hah, apa kau sedang bercanda! Aku juga harus bekerja.”
“kau hanya perlu datang saat aku menelepon.” Jawab Donghae “aku
beri waktu 24 jam, kau putuskan sendiri menerima tawaran itu atau membayar
ganti ruginya.”
Donghae mengambil beberapa note pelanggan di atas meja dan
menuliskan nomor teleponnya, lalu menyerahkannya pada Jessica.
“hubungi aku kalau sudah memutuskan.” Dia kemudian berdiri dan
beranjak pergi.
Jessica menatap kertas itu dengan putus asa. Kenapa jadi
begini, dosa apa yang dia buat sampai harus menerima cobaan seperti itu. Dengan
tidak berdaya, Jessica hanya bisa menelungkupkan kepalanya di meja.
>>
Annyeonghasseo...Wahhh...author balik lagi dengan ff terbaru. Haesica shipper mana suaranya.....!! Ini proyek ff terbaru aku untuk semester ini. Aku sengaja pakai cast Donghae dan Jessica karena menurutku karakter mereka paling pas dengan ff ini..hehee.
Pokoknya selamat membaca ya readers...jangan lupa jejaknya, saya sangat mengharapkan saran atau kritik demi menyempurnakan cerita selanjutnya. Gomaweo^^
bagus semua chingu ffnya yang castnya haesica. lanjutkan chingu yang belum selese. gomawo :D
BalasHapusAnnyeong reiza^^
HapusMakasih komentarnya. maaf authornim telat balasnya. tapi part selanjutnya sudah dipost. Gomapta :)
Wahh ini ff keren chingu, pleasee lanjut yaaa
BalasHapusAnnyeong~
HapusPart lanjutnya sudah di post loh, coba deh klik pencarian pasti ada. selamat membaca^^
huaaa baru liat ff bagus ini, sedih tapi seneng banget dari dulu suka baca ff tapi baru nemu yang ini T-T
BalasHapusKereeen 😁
BalasHapusCerita nya ngena banget, bikin readers berimajenasi wkwkwk
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus