Rain

Rain Cloud

Senin, 25 Agustus 2014

FF SPECIAL HIGH SCHOOL (PART 12)

SPECIAL HIGH SCHOOL part 12





Title            :         Special High School
Author         :         Sae
Main Cast    :         Kim Kibum                                Im Yoona
                             Choi Siwon                               Tiffany Hwang
                             Lee Donghae                             Jessica Jung
                             Park Jungsoo(Leeteuk)              Kim Taeyeon
                             Cho Kyuhyun                             Seo Hyun
                             Kim Jongwoon(Yesung)               Kwon Yuri
                             Lee Sungmin                              Lee Sunkyu(sunny)
Genre          :         Romance,Comedy(?), School life, Friendship 
Chapter       :         12


Happy reading^^ 


Donghae mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, menyalip beberapa kendaraan lain dan menerobos lampu merah. Dia menerima kabar beberapa menit yang lalu mengenai kecelakaan yang dialami Jessica. Jantungnya berdegup kencang, pikirannya kacau, hatinya seperti di jatuhi bongkahan es besar. Hanya dalam beberapa menit Donghae sampai di Rumah Sakit Seoul, semakin mendekati ruang UGD jantungnya semakin berdebar. Kakinya mendadak lemas melihat Mr. Jung dan Mrs.Jung duduk dikursi tunggu dengan wajah khawatir dan sedih.

“Donghae-ya…” panggil Mrs.Jung dengan suara parau. Donghae berjalan menghampiri Mrs.Jung dan memeluknya, memberi sedikit kekuatan walaupun perasaannya sendiri terguncang.
“ahjuma, apa yang terjadi? Jessica, bagaimana keadaannya sekarang?”

Mrs.Jung menunduk sedih menatap ruangan UGD. Wanita yang selalu berpenampilan cantik dan anggun itu terlihat kacau, bahkan kantung mata dan kerutan didahinya terlihat begitu jelas. Pintu ruang operasi dibuka, beberapa perawat keluar, seorang Dokter paruh baya datang mendekati mereka.

“bagaimana dengan operasinya, Dok?” tanya Mr.Jung
“syukurlah, operasi berjalan dengan lancar…” Dokter itu tersenyum tipis “tapi…”
“tapi? Tapi apa Dok?” Mr.Jung mulai khawatir.
Wajah Dokter yang tenang itu seketika berubah sedih, kata demi kata yang keluar dari mulut Dokter itu seperti sebuah kabar yang datang dari langit di malam gelap dan gerimis. Donghae merasa seperti dijatuhi bom atom kedua kalinya, tidak mungkin, dia pasti salah dengar, perlahan dunia seperti terbalik dihadapannya.
>> 



Donghae menatap sedih wajah Jessica yang terbaring lemah. Dokter mengatakan dalam delapan jam Jessica akan segera siuman, tapi sudah sepuluh jam yeoja itu masih enggan membuka matanya. Semalaman penuh Donghae terjaga, sedangkan Mr dan Mrs Jung sudah pulang kerumah untuk mengurus beberapa pekerjaan penting.

Kata-kata terakhir Dokter semalam masih terngiang di kepala Donghae. Ballet adalah hal yang paling Jessica sukai didunia ini. Meskipun Dokter mengatakan kaki Jessica baik-baik saja, tapi pada kenyataannya dia tidak akan bisa menari ballet seperti semula. Perasaan Donghae mencelos, bagaimana mungkin impian terbesar yeoja itu harus dilepaskan begitu saja.

Donghae mengelus pelan punggung tangan Jessica, ia ingat bahwa Jessica sangat tidak menyukai Rumah Sakit, tapi sekarang yeoja itu justru terbaring tak berdaya disana. Tangan Jessica bergerak, mata yeoja itu perlahan terbuka, Donghae menyambutnya dengan senyuman hangat.

“kau sudah bangun?” ucap Donghae dengan lembut. Wajah cantik Jessica masih terlihat pucat, matanya-pun sangat sayu dan lemah.
“akan ku panggilkan Dokter…” Donghae baru akan beranjak dari duduknya, tapi Jessica menahan tangannya.
“tidak perlu, tetaplah disini…” lirih Jessica. Donghae kembali duduk, menatap yeoja itu dengan teduh.
“sudah berapa lama aku tidak sadarkan diri?”
“sepertinya lebih dari sepuluh jam. Kau tidur dengan lelap…” canda Donghae. Jessica menghela nafas, lalu memandang sekitarnya.
“sudah pagi, oppa menungguiku sendirian?”

Pertanyaan Jessica membuat hati Donghae kembali mencelos. Donghae tahu apa maksud pertanyaan itu, tentu saja, Jessica pasti kecewa karena orang tuanya tidak ada disana, menunggunya.

“ahjumma dan ahjussi pulang beberapa menit yang lalu, ada hal penting yang harus mereka selesaikan…”
“jangan berbohong, itu hanya alasan oppa kan…” Jessica memalingkan wajahnya “tidak pernah sekalipun mereka peduli padaku…”
“sica-ya…” Donghae menghela nafas lemah, keduanya terdiam sesaat,  “mereka sangat mengkhawatirkanmu…”
“aku tahu...” sahut Jessica “aku juga tidak peduli…”

Donghae hanya bisa tersenyum lemah, lalu membelai rambut yeoja itu dan mengecup lembut keningnya. Jessica tersenyum sedih, lalu memandangi kedua kakinya yang dililit dengan perban. Donghae menyadari apa yang Jessica lihat, ia mendadak tegang dan gugup.

“apa yang terjadi?” Jessica masih memandangi kakinya. Tenggorokan Donghae tercekat.
“apa?” Bersusah payah untuk mengeluarkan suaranya hanya itu yang kata yang dapat Donghae keluarkan, terlihat seperti orang bodoh.
“kakiku, baik-baik saja kan?” sahut Jessica memastikan. Donghae berusaha keras menutupi kegugupannya dengan mengangguk kecil.
“oh, tentu saja, ya, baik-baik saja…”
“syukurlah…” Jessica tersenyum puas mendengarnya.

Donghae merasa sedikit lega, tapi kenapa hatinya justru sangat sakit, bagaimana kalau Jessica mengetahui kenyataan yang sesungguhnya, apakah gadis itu akan tetap tersenyum seperti saat ini? Perasaan khawatir mulai berkecamuk didadanya.
Seorang perawat datang membuyarkan lamunan Donghae. Perawat itu menyapa dan tersenyum ramah.

“pulanglah, oppa harus pergi kesekolah…”
Donghae melirik jam tangannya, sudah pukul 7 pagi. Donghae kembali menatap Jessica dengan ragu, seperti ingin mengucapkan sesuatu tapi mengurungkan niatnya.
“tidak apa-apa, ada perawat yang akan membantuku…” Jessica menunjuk perawat yang sedang mengecek infus dengan dagunya. Perawat itu lantas mengangguk dan tersenyum. Sesaat Donghae ragu, tapi kemudian mengangguk kecil.
“baiklah, aku akan datang lagi nanti…”
Jessica mengangguk, Donghae lalu tersenyum dan mengacak pelan rambut Jessica tanpa memedulikan perawat yang sedang menyiapkan obat.
“Telepon aku kalau butuh sesuatu, arra…” Donghae mengecup puncak kepala Jessica lalu beranjak dari duduknya “nanti kutelepon saja, sampai jumpa…”

Donghae melenggang keluar dari ruangan, setelah memastikan Donghae pergi, Jessica menghela nafas sedih. Jessica benci berada di tempat yang paling tidak dia sukai, kemudian melirik perawat yang masih saja sibuk menyiapkan obat-obatan.

“haruskah aku meminumnya?” ekor mata Jessica menunjuk obat yang sudah rapi di meja. Perawat itu menoleh, lalu mengangguk mantap.
“ya, tentu saja…”
Jessica hanya bisa menghela nafas berat melihat perawat yang menyahut dengan begitu singkat dan jelas. Tidak bisakah sedikit berbasa-basi pada pasien yang sangat tidak suka minum obat?, pekik Jessica dalam hati.
>> 


Donghae duduk dikursinya dengan lemas, wajahnya sangat kelelahan dan kantung matanya sangat tebal karena tidak tidur semalaman. Semuanya terlihat khawatir dan bergegas menghampiri Donghae.

“bagaimana keadaan Jessica? Dia sudah sadar?” tanya Taeyeon, Donghae hanya mengangguk lemah.
“ah, eotteohke? Aku benar-benar sedih mendengarnya…” timpal Tiffany.
“kau sudah makan?” tanya Siwon khawatir, Donghae menggeleng pelan.
“aku tidak selera makan…”

Bagi Donghae sekarang makan bukanlah hal yang terpenting, percuma saja karena apapun yang akan masuk ke mulutnya terasa hambar.

“oppa, kau bisa sakit kalau tidak makan…” tegur Yoona, yang lain mengangguk setuju.
“tunggu sebentar…” Seohyun berlari mengambil sesuatu di tasnya, lalu kembali dengan sebuah kotak bekal “ini adalah sushi dan makarrel sauce, oppa harus sarapan…”

Jongwoon membuka kotak bekal Seohyun dan berbinar-binar melihat isinya, Sunny bergegas merebut kotak makan itu dan memberikannya pada Donghae. Donghae tersenyum melihat teman-temannya yang begitu peduli padanya.

“makanlah hyung, kau tidak boleh sakit…” kali ini Kyuhyun angkat bicara, semuanya menatap Kyuhyun curiga. Aneh, beberapa hari ini Kyuhyun yang sangat evil itu berubah baik hati.
“wae? Kenapa melihatku seperti itu…” tanya Kyuhyun dengan sebal. Semuanya mengedikkan bahu, merasa heran lalu tertawa bersamaan. Meskipun terasa berat, tapi setidaknya Donghae tahu bahwa teman-temannya masih berdiri memberinya kekuatan.
>> 


Sunny berjalan ke taman belakang SM High School, seorang yeoja sudah menunggu disana. Sunny mendekati yeoja itu dengan langkah malas, beberapa menit lalu Min Ah mengirim pesan meminta bertemu untuk membicarakan sesuatu. Sebenarnya Sunny bisa menebak, tapi setelah dipikir tidak ada alasan untuk tidak menemui rubah licik itu, lagipula dia punya kartu AS yang dapat digunakan kalau-kalau yeoja itu menyerang.

“ada apa? Kau mau mencari masalah lagi?” tanya Sunny dengan dingin.
“ayo buat kesepakatan…” sahut Min Ah tanpa basa-basi. Sunny benar-benar tidak mengerti dengan apa yang yeoja itu bicarakan.
“kesepakatan?”
“Ne, kita buat kesepakatan. Jika kau merahasiakan semua foto yang kau dapat dari Sungmin oppa, aku akan memberikan apapun yang kau minta…” tawar Min Ah.
“wow, benarkah?” tanya Sunny berpura-pura tertarik “tapi, bagaimana jika aku tidak mau?”
“kita buat semuanya menjadi mudah. Lagipula, percuma kalau kau mengatakan semuanya pada Sungmin oppa, dia tidak akan mempercayaimu…” cibir Min Ah.
“ah, benar juga…” sahut Sunny “tapi, kenapa kau ingin membuat kesepakatan ? Bukankah kau takut jika Sungmin oppa tahu yang sebenarnya…”
“hahaha…” Min Ah tertawa sinis “asal kau tahu, Sungmin oppa lebih mempercayaiku karena dia bodoh, apa kau tahu kalau cinta itu bisa membuat seseorang menjadi bodoh…” ejeknya.

Sunny berusaha menahan amarahnya, yeoja itu benar-benar membuatnya geram. Bagaimana mungkin dia bisa mengatakan kekasihnya itu bodoh? Dasar nappeun yeoja. Semua sumpah serapah hampir saja keluar dari mulut Sunny.

“ternyata kau benar-benar seekor rubah. Berpura-pura manis dan polos, tapi hatimu sebenarnya busuk. Apa kau ini gumiho? Ah tidak-tidak, gumiho jauh lebih baik darimu, kau ini, rubah yang sangat menakutkan!”

Seketika itu juga wajah Min Ah memerah menahan marahnya, yeoja itu sudah bersiap untuk menampar Sunny ketika seseorang tiba-tiba menahan tangannya. Sunny maupun Min Ah sama-sama menoleh, mereka terkejut melihat orang itu adalah Sungmin.
“oppa…se- se-jak…kapan oppa disini?” tanya Min Ah terbata-bata.

Sungmin menghempaskan tangan Min Ah dengan kasar, lalu menatap yeoja itu seperti singa yang akan menikam mangsanya. Untuk pertama kalinya Sunny melihat mata Sungmin yang sangat menakutkan, perlahan Sunny mundur beberapa langkah. Habislah kau rubah licik!, gumam Sunny dalam hati.

“oppa, oppa aku bisa jelaskan semuanya…” Min Ah berusaha menjelaskan pada Sungmin, tapi namja itu malah tertawa sinis mendengarnya.
“pabo, tadi kau mengatakan aku pabo?”
“oppa…itu…aku…bukan seperti itu yang…”
Belum selesai Min Ah berbicara, Sungmin sudah memotong kata-katanya.
“benar, aku sangat bodoh karena mempercayaimu selama ini!” sahut Sungmin dengan tajam “aku bahkan tidak menyadari kalau kau ini yeoja murahan…”
“opppaaa…” Min Ah berusaha meraih tangan Sungmin, tapi di tepis.
“aku sudah mengetahui semuanya, sekarang semua sudah berakhir. Jangan muncul lagi dihadapanku!” Sungmin menarik tangan Sunny pergi dari tempat itu, sedangkan Min Ah hanya bisa menatap mereka tidak percaya dan mulai menangis histeris.

Setelah berjalan cukup jauh, Sunny menghentikan langkahnya dan melepaskan tangannya dari genggaman Sungmin. Suasana mendadak canggung.
“ah, mianhae…” ucap Sungmin “mianhae, karena selama ini tidak mempercayaimu…”
“oppa sudah mengetahui semuanya?” sebenarnya, sejak awal Sunny merasa heran bagaimana Sungmin bisa tahu semua kebohongan Min Ah, padahal dia tidak membicarakan perihal itu sedikitpun.
Sungmin mengernyitkan dahi “Mwoya?”
“tentang Min Ah…” sahut Sunny ragu. Sungmin tersenyum dan mengangguk. Sunny sedikit terkejut, bagaimana mungkin Sungmin tahu semuanya.
“Taeyeon…” Sungmin seakan tahu apa yang sedang Sunny pikirkan. Sunny membelalakan matanya, Apa? Jadi Taeyeon? Kim Taeyeon teman tercintanya itu yang menceritakan semuanya.
“ne, beberapa hari yang lalu Taeyeon mengirim email berisi foto-foto mesra Min Ah dengan namja lain padaku. Awalnya aku tidak percaya, tapi akhirnya aku percaya setelah menyelidikinya sendiri…”
Mereka terdiam beberapa saat, tenggelem dalam pikiran masing-masing.
“mianhae, selama ini aku tidak mempercayaimu…” lirih Sungmin.

Sunny menunduk lemah, kejadian-kejadian yang membuatnya kecewa seperti sebuah pita kaset yang diputar ulang. Entahlah, kekecewaan itu sepertinya sudah menumpuk dan menenggelamkan dirinya.

“gwaenchana…” sahut Sunny “aku tahu oppa tidak bermaksud seperti itu. Aku juga tahu oppa menyayangiku seperti seorang dongsaeng…”
Kata-kata Sunny membuat hati Sungmin sedih, tapi tidak ada sepatah katapun yang mampu Sungmin ucapkan.
“aku merasa lega akhirnya oppa tahu siapa Min Ah yang sebenarnya…” Sunny tersenyum getir “mulai sekarang, oppa harus lebih hati-hati memilih yeojachingu ya…” candanya.

Sungmin menatap mata Sunny dalam, mencoba mencari sesuatu yang sepertinya hilang selama ini, tapi tidak ada yang ia temukan selain sinar mata Sunny yang sayu.

“aku harus segera pergi karena bel masuk sudah berbunyi…” ucap Sunny “sampai jumpa…” Sunny memberi salam lalu pergi meninggalkan Sungmin yang masih berdiri mematung melihat punggung yeoja itu yang semakin menghilang.
>>


Jessica menerawang langit-langit kamar inapnya dengan bosan. Terdengar ketukan pintu, Jessica memejamkan mata berpura-pura tidur. Mrs Jung masuk membawa sebuket mawar putih kesukaan Jessica dan tersenyum simpul, lalu mengecup lembut dahi putrinya. Jessica dapat merasakan tangan Eommanya membelai lembut rambutnya. Entahlah sudah berapa lama Jessica tidak merasakan kehangatan seperti itu.

Pintu ruangan kembali terbuka, seseorang masuk dan mengajak Mrs Jung untuk membicarakan sesuatu diluar. Meskipun mata Jessica terpejam, tapi dia tahu kalau suara berat itu milik Appanya. Karena penasaran Jessica membuka matanya berjalan dengan tongkatnya menuju pintu. Jessica merasa heran saat tidak menemukan Appa maupun Eommanya diluar, dengan hati-hati Jessica menyusuri lorong rumah sakit.

“apa yang Dokter katakan?” tanya Mrs Jung cemas.
“tidak ada yang bisa kita lakukan…” Mr Jung memegangi kepalanya yang terasa sedikit pusing.
“lakukan apapun itu, suamiku. Cepat lakukan sesuatu! Berapapun biaya yang mereka butuhkan, aku akan memberikannya…”

Jessica mengernyitkan dahi menguping pembicaraan Appa dan Eommanya. Dia semakin mendekat dan memasang telinganya lebar-lebar.

“percuma, ini bukan masalah uang!”
“kalau begitu lakukan sesuatu! Apa kau akan diam saja?” suara Mrs Jung mulai meninggi “jelas kau tahu ballet adalah impian Jessica, bagaimana mungkin kita bisa memberitahunya? Bagaimana mungkin dia harus berhenti menari ballet?!”
“kecilkan suaramu!” tegur Mr Jung
“jadi kau tidak peduli?! Ini semua salahmu, ini semua salahmu!” tuduh Mrs Jung “jika bukan karena kau, Jessica tidak mungkin kecelakaan dan harus berhenti menari ballet!”

Prangggg!!!

Jessica menjatuhkan tongkatnya kelantai, Mr dan Mrs Jung menoleh dan sangat terkejut melihat Jessica berdiri tidak jauh dari mereka.

“apa yang Eomma katakan?” suara Jessica bergetar
“sayang…ke…kenapa kau bisa ada disini?”
“benarkah? Benarkah apa yang Eomma katakan?” mata Jessica mulai berkaca-kaca “benarkah aku tidak bisa lagi menari ballet?” tanya Jessica tidak percaya.
Mrs Jung tidak mampu berkata apapun, seketika itu juga tubuh Jessica terasa lemas dan jatuh kelantai. Mrs Jung berlari mendekati putrinya yang menangis terisak.
“tidak…tidak! Tidak mungkin…!!!” Jessica menangis putus asa, Mrs Jung segera memeluk putrinya dan ikut menangis.
>> 

Sudah seharian penuh Jessica menangis, dia menolak semua obat dan makanan. Beberapa kali Mrs Jung membujuk tapi Jessica tetap memejamkan matanya. Jessica menolak menemui siapapun dan hanya berbaring di tempat tidur. 

Setelah jam sekolah berakhir, Donghae bergegas pergi ke Rumah Sakit. Donghae bahkan membolos dari latihan basketnya setelah Mrs Jung menelepon menceritakan semua yang terjadi. Hanya dalam beberapa menit Donghae sampai, nafasnya tersengal-sengal karena berlari di sepanjang koridor. Dari balik kaca pintu, Donghae bisa melihat Jessica duduk menghadap jendela. Donghae menarik nafas dalam-dalam, lalu membuka pintu dan masuk kedalam ruangan.

“kau tidak tidur?” sapa Donghae seakan-akan tidak terjadi apapun. Donghae berjalan mendekati Jessica.
“jangan mendekat…” ucap Jessica dengan suara parau “aku mohon jangan mendekat…”
“sica-ya…”
“tidak, aku tidak mau oppa melihatku menyedihkan seperti ini…” lirih Jessica “aku…aku…” tubuh Jessica bergetar hebat. 

Donghae yang sudah tidak tahan melihatnya segera mendekat dan memeluk Jessica dengan erat.

“eotteoke? Oppa, eotteoke…” Jessica semakin terisak dipelukan Donghae.
“gwaenchana, gwaenchana…” Donghae menepuk-nepuk punggung Jessica. Tanpa disadari air matanya juga ikut menetes, hatinya terasa begitu sakit. Jika mungkin, Donghae benar-benar ingin menggantikan semua luka yang saat ini Jessica rasakan.
“aku…aku tidak akan bisa menari ballet lagi…” tangis Jessica “oppa, apa yang harus aku lakukan? Aku benar-benar menyukai ballet. Aku sangat menyukai ballet, tapi, kenapa aku tidak bisa menari ballet lagi, kenapa? lalu apa yang harus aku lakukan…”

Jessica menumpahkan semua perasaannya, semua air mata, semua kesedihan yang ia rasakan.

“kau hanya perlu berada disampingku...” Donghae melepas pelukannya dan menatap mata Jessica dalam-dalam.
“kau bisa lakukan hal-hal yang kau kusukai…” Donghae tersenyum lembut.
“oppa…”
“ssstt…” Donghae mmenghapus air mata Jessica “jangan khawatir, semua akan baik-baik saja…”

Donghae membelai rambut Jessica dengan lembut, lalu menarik yeoja itu ke dalam pelukannya, lebih erat dari sebelumnya seakan memberikan semua kekuatannya.
>> 


Jessica menatap kedua kakinya putus asa. Ballet, haruskah ia kehilangan sesuatu yang paling ia sukai, bagaimana mungkin ia dapat melepaskan impiannya. Jessica menghapus air mata yang terus menetes dipipinya sampai tidak menyadari seseorang mengetuk pintu ruangannya.

Sooyoung membuka pintu dengan hati-hati dan masuk kedalam. Sooyoung tersenyum kecil melihat Jessica yang berpura-pura tidur.
“jangan pura-pura tidur…” Sooyoung mendekat”cepat bangun!”

Saat mendengar siapa yang datang Jessica segera membuka matanya dan duduk menyender diranjangnya. Sooyoung tersenyum simpul, lalu duduk didekat Jessica.
“omo, kenapa wajahmu jadi tirus seperti itu?” Sooyoung memasang ekspresi terkejut “memang sudah berapa lama kau disini? Kenapa jadi kurus sekali. Apa mereka tidak memberimu makan?” ucapnya dengan gaya khas. Jessica hanya tersenyum tipis.

Sooyoung menatap Jessica dengan sendu, lalu membelai wajah Jessica dengan lembut. Tanpa disadari air mata menetes dipipinya.
“ya ampun, bagaimana ini…” Sooyoung menghapus air matanya “padahal aku sudah berlatih agar tidak menangis, tapi kenapa tidak berhasil…” isaknya diselingi tawa kecil.
“anak nakal, kenapa kau tidak pernah mendengarkanku? Aku bilang jangan terluka, tapi kau ini senang sekali membantah…” omel Sooyoung “beritahu bagian mana  yang sakit, aku akan menggantikannya untukmu…”
“songsaenim…” panggil Jessica parau “apa yang harus aku lakukan sekarang…” Jessica menunduk dan mulai menangis, dia tidak bisa meneruskan kata-katanya. Sooyoung memeluk Jessica dengan erat.
“gwaenchana, gwaenchana…” ucapnya menahan air mata. Sooyoung tersenyum hangat dan menghapus air mata Jessica.
“dengarkan baik-baik, didunia ini, ada hal-hal paling kita inginkan yang tidak bisa kita miliki, tapi, kau akan dapatkan sesuatu yang lebih berharga…” ucap Sooyoung dengan lembut.
“kau bisa menari ballet seperti semula atau tidak, itu bukan masalah. Bagiku, kau tetap yang terbaik, kau adalah ballerina yang paling berbakat…”
“mianhae songsaenim…” lirih Jessica. Sooyoung menggeleng pelan dan tersenyum.
“itu bukan salahmu…” Sooyoung kembali memeluk Jessica. Hangatnya pelukan yang Sooyoung berikan, setidaknya membuat Jessica merasa sedikit lebih baik.
>> 


Jungsoo berdiri didepan lemari dimana abu Kang Soora disemayamkan. Jungsoo menatap lekat foto Kang Soora yang diletakkan disana, senyum wanitanya bahkan masih terlihat nyata dan hangat.

“aku datang…” Jungsoo meletakkan setangkai lili putih kesukaan Kang Soora.
“Soora-ya…” gumam Jungsoo “aku bertemu dengan seorang yeoja yang sangat mirip denganmu…”
“dia menyukai banyak hal yang sama denganmu. Dia selalu bersemangat, ceria dan tidak mudah menyerah. Aku, bahkan seperti melihat bayanganmu padanya…” ucapnya tersenyum simpul.
“aku tidak tahu kenapa gadis itu selalu muncul dipikiranku dan selalu membayangiku. Aku merasa senang saat melihatnya dan merasa khawatiir jika tidak melihatnya…” Jungsoo menghela nafas pelan, lalu menunduk.
“mianhae…” lanjutnya lirih “jeongmal mianhae…kau pasti membenciku karena mengatakan semua ini, tapi, apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku benar-benar takut menyakitinya, tapi aku juga benar-benar menyukainya…”
“aku takut melakkukan kesalahan yang sama…” lirih Jungsoo. sesaat dia memejamkan mata dan merasakan semilir angin berhembus, menerpa lembut wajahnya, seperti sebuah tangan seseorang membelai wajahnya. Jungsoo membuka matanya dan tersenyum lembut.
“mianhanda, saranghanda, Kang Soora…”
>> 


Kibum menatap setumpuk berkas yang ada di meja belajarnya. Sudah beberapa malam terakhir ia menghabiskan jam tidurnya untuk membaca dokumen-dokumen penting. K-one perusahaan Appanya yang berbasis di Amerika mengalami krisis keuangan dan berpotensi mengalami akuisisi perusahaan lain. Jika dalam beberapa bulan kedepan keuangan K-one tidak kembali normal, dipastikan separuh saham K-one akan dijual pada perusahaan lain.

Kibum berusaha keras mencari dan mengumpulkan cara agar K-one cabang Amerika tidak di akuisisi perusahaan lain. Tidak ada pilihan lain bagi Kibum, ditambah lagi Haraboji sudah mendesaknya untuk maju menggantikan posisi Direktur karena sangat tidak mungkin jika Appanya harus mengurus dua cabang perusahaan sekaligus.
Kata-kata Harabojinya selalu terngiang, tidak ada lagi celah baginya untuk menolak. Ribuan nasib karyawan berada di tangannya, hanya tingggal menentukan mana yang akan dia pilih, membiarkan hampir separuh karyawan dipecat atau memilih untuk maju sebagai pimpinan baru.

Kibum memijat kepalanya yang mulai berputar, beberapa hari ini dia tidak berselera makan, bahkan hanya tidur satu atau dua jam sehari. Seseorang masuk keruangannya, sekertaris Jun membawa beberapa tumpuk berkas ditangannya. Kibum menghela nafas pelan.
“aku membawa data yang kau minta…” sekertaris Jun meletakkan berkas itu dimeja. “kau tidak apa-apa kan?”
Kibum menyenderkan badannya kepunggung kursi, lalu bergumam pelan.
“apa masih tidak ada perkembangan?”

Sekertaris Jun menggeleng pelan, sesaat merasa kasihan, ia tidak bisa membayangkan beban sebesar itu harus dipikul oleh seorang anak SMA.
“belajarlah sedikit demi sedikit, aku yakin Sajangnim(direktur) menunjukmu karena kau sudah cukup siap menggantikannya…”
“tapi, aku belum tertarik dengan perusahaan…”
“tidak ada pilihan lain, saat ini, kau yang memegang tombol bertahan atau hancur…” Sekertaris Jun menepuk-nepuk lengan Kibum
“aku percaya kau akan melakukan yang yang terbaik…” ucapnya lalu meninggalkan ruangan.

Kibum menatap langit-langit kamarnya, sempat ia berpikir bisa lari dari bayang-bayang Appa dan Harabojinya, tapi waktu selalu selangkah lebih cepat, tidak ada lagi jalan keluar dari garis yang bahkan sejak awal sudah ditentukan. Kemungkinan terbesar saat ini adalah berangkat ke Amerika.
>>


Semua berkumpul di ruang diskusi saat istirahat siang itu. Tidak ada hal special yang mereka kerjakan, bahkan Kibum dan Donghae hari ini tidak masuk kesekolah. Semua yang ada diruangan menghela nafas bersamaan, harusnya mereka sibuk menyiapkan festival musim semi tahun ini, tapi masalah bertubi-tubi datang, membuat mereka pesimis tahun ini bisa memenangkan piala terbaik lagi.


“aku rasa inilah yang disebut dengan fase cobaan menuju kedewasaan…” ujar Taeyeon membuka pembicaraan.
“ya, aku tidak bisa berfikir karena terlalu banyak masalah yang kita hadapi…” timpal Sunny.
“kita harus semangat! Kita sudah menang dua kali, tidak apa-apa jika tahun ini tidak menang, yang penting kita sudah bekerja keras!” Tiffany mencoba menyemangati rekan-rekannya.
“kau sudah bisa menghubungi Kibum?” tanya Siwon pada Yoona, pembicaraanpun beralih sembilan puluh derajat dari topik sebelumnya.

Yoona menggeleng pelan, sudah beberapa hari ini Kibum sulit dihubungi. Belakangan ini Kibum jarang masuk, sekalipun datang dia hanya menghabiskan waktu dengan setumpuk kertas dimanapun berada.
“aku dengar K-one Amerika akan diakuisisi, kemungkinan terjadi penjualan saham besar-besaran…” Jongwoon menambahkan “itulah sebabnya aku tidak suka dunia bisnis..”
“itu karena kau memang tidak pandai berbisnis, hyung” ejek Kyuhyun, Jongwoon melotot kesal.
“jika diakuisisi, apa yang akan terjadi dengan perusahaan?” tanya Taeyeon.
“hanya ada dua hal…” sahut Kyuhyun.
“tetap bertahan atau melakukan pergantian pimpinan…” timpal Siwon.

Semua mennghela nafas lemah, dunia bisnis memang sangat rumit. Terlebih lagi bagi Taeyeon, ia sama sekali tidak punya gambaran karena orangtuanya bukanlah pebisnis.
“lalu bagaimana dengan Donghae oppa?” tanya Seohyun, kini topik pembicaraan kembali berubah sembilan puluh derajat dari sebelumnya.
“aku benar-benar sedih dengan kejadian yang menimpa Jessica…” sahut Sunny “aku rasa itu adalah pukulan terbesar bagi Donghae oppa…”

Mereka semua mengangguk lemah, mereka semua hanya bisa memberikan doa untuk kesembuhan Jessica dan berharap semua hal-hal sulit yang mereka alami satu persatu akan terselesaikan.
>> 



Jongwoon berjalan mondar-mandir menatap ponselnya. Sudah dua pekan ini dia jarang melihat Yuri, entah kenapa perasaannya jadi aneh. Terkadang dengan sengaja dia berjalan melewati ruang latihan kelas dance atau bahkan berpura-pura menemui Hyoyeon dikelas, tapi Yuri sama sekali tidak terlihat.


Gosip yang menyebutkan kalau Yuri dicampakan olehnya-pun semakin membuat Jongwoon merasa bersalah. Yeoja itu pasti sangat kesal karena kabar yang tak berdasar itu. Jongwoon mengacak rambutnya frustasi, semua masalah ini berakar dari satu orang. Ya benar, Kim Hyoyeon, sepupunya itu sudah membuat semua jadi kacau.

“Jongwoon-ah…” Hyoyeon menerobos masuk kedalam kamar tanpa izin dan duduk di sofa. Jongwoon menghela nafas lemah melihat kelakuan sepupunya itu.
“mwo?” sahutnya datar. Hyoyeon tertawa kecil melihat wajah kesal Jongwoon.
“wae  gurae(ada apa)? Sejak tadi aku lihat kau hanya mondar-mandir menatap ponsel…”
Jongwoon buru-buru meletakkan ponselnya di meja dan menggeleng pelan. Bisa kacau urusannya jika ketahuan dia sedang memikirkan Yuri.
“hey, tidak apa-apa. Katakan saja, aku tidak akan memberi tahu siapapun…” ucap Hyoyeon melakukan gerakan seperti menutup mulutnya dan mengunci rapat.
“sudahlah, kau hanya akan membuatku semakin pusing saja…” tolak Jongwoon. Hyoyeon terlihat sedikit kecewa mendengarnya, tapi kemudian dia tersenyum penuh arti, seakan tahu sesuatu.
“tentang Kwon Yuri, sebenarnya kalian ini saling menyukai kan?”

Jongwoon yang sedang meminum jusnya-pun tersedak. Hyoyeon meringis melihat sepupunya yang sangat mudah ditebak itu.
“jangan asal bicara…” sahut Jongwoon dengan tenang. Hyoyeon bergumam lirih, jelas-jelas sudah ketahuan, tapi masih saja menyangkal.
“jangan berbohong, kita sudah hidup sebagai saudara selama 18 tahun, kau pikir aku tidak bisa menebaknya? Aku ini sangat memahamimu…” ucap Hyoyeon “hanya dengan melihatnya saja aku sudah tahu kau sangat menyukai Kwon Yuri…”
“sudahlah, kau ini cerewet sekali…” Jongwoon bangkit dari duduknya dan akan beranjak pergi.
“sebenarnya Kwon Yuri juga menyukaimu…” ucapan hyoyeon sukses membuat Jongwoon berhenti. Hyoyeon tersenyum melihat respon yang ditunjukkan Jongwoon.
“kenapa kalian tidak serius pacaran saja. Aku lihat Kwon Yuri juga menyukaimu. Kenapa tidak coba serius menyatakan perasaanmu padanya?” kali ini Hyoyeon berkata dengan serius. Jongwoon memijat-mijat tengkuknya yang tiba-tiba pegal.
“itu…”
“aku benar-benar gemas melihat kalian yang terus saja kucing-kucingan. Selama ini aku mengaku menjadi yeojachingumu karena aku ingin tahu seperti apa reaksi Kwon Yuri…” lanjut Hyoyeon. Jongwoon menahan nafas menunggu ucapan Hyoyeon selanjutnya.
“dan bingo! Aku rasa dia tertarik padamu…” ucap Hyoyeon lirih lalu tertawa kecil “tapi dia malu untuk mengakuinya…”

Jongwoon membulatkan matanya tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Perasaannya tiba-tiba seperti ditaburi bunga mawar lima kilogram.
“kau tidak sedang bercanda kan?”
“tentu saja tidak.” Jawab Hyoyeon dengan tegas “mau aku bantu?”
“bantu apa?” Jongwoon mengernyitkan dahinya.

Hyoyeon hanya tersenyum penuh arti. Ada banyak sekali ide yang muncul di otaknya. Kali ini, sudah waktunya Hyoyeon turun tangan untuk menyatukan dua orang itu.
>>



Tiffany menarik nafas sejenak  sebelum akhirnya masuk ke sebuah ruangan. Jessica yang sedang duduk dengan bosan sedikit terkejut melihat Tiffany datang.


“kau…”
“annyeong…” sapa Tiffany ceria  “ya ampun, lihatlah betapa berantakannya ruangan ini…” ucapnya sambil berdecak lidah.
“kau datang hanya untuk mengejek ruangan ini berantakan ya?”
“tentu saja tidak. Aku datang sebagai mantan temanmu…”

Jessica mengangkat sebelah alisnya, sama sekali tidak mengerti maksud ucapan Tiffany.
“yak kau sudah lupa ya? Aku kan sudah bilang, aku datang sebagai mantan temanmu…” Tiffany mengulangi ucapannya, tapi Jessica terlihat masih tidak mengerti dengan ucapannya.
“ya ampun kau payah sekali…” keluh Tiffany “kau masih ingat, waktu itu aku memintamu datang ke pestaku. Tapi kau tidak datang dan malah sakit seperti ini membuatku kecewa, jadi aku memutuskan untuk marah padamu…”
“memangnya sejak kapan kita berteman?” sahut Jessica.

Mendengar itu Tiffany sukses memberikan jitakan dan membuat Jessica mengaduh kesakitan.
“hey, kau tidak boleh menganiaya pasien rumah sakit!” protes Jessica.
“pasien menyebalkan sepertimu ini memang pantas dipukul…”
“hah? Kau ini benar- benar…”
Sebelum Jessica menyelesaikan kkaya-katanya, tiba-tiba saja Tiffany memeluknya.
“kau tidak apa-apa kan?” suara Tiffany terdengar parau “kau tahu aku ini juga sangat khawatir padamu, walau bagaimanapun juga kita ini teman…” tanpa Jessica ketahui Tiffany meneteskan air matanya.

Jessica terdiam sesaat, kemudian tersenyum tipis “kau lihat, aku kan tidak apa-apa…”
Tiffany segera mengusap air mata dan melepaskan pelukannya.
“benar juga…” Tiffany menepuk pelan bahu Jessica “yeoja sepertimu ini tidak perlu dikhawatirkan…” lanjutnya sedikit tertawa geli “jangan dipikirkan, semuanya akan baik-baik saja. Apapun yang terjadi aku akan tetap berteman denganmu…”
“kau bilang tadi kita tidak berteman…” protes Jessica.
“itu kan tadi, sekarang kita sudah berteman lagi…” sahut Tiffany “aku putuskan mulai sekarang kau temanku, jadi jangan berani-berani terluka lagi seperti ini dan membuat semua orang khawatir atau aku akan…”
“berisik…” Jessica menyumpalkan potongan buah apel kemulut Tiffany membuat yeoja itu mendelik kesal.
“kunyah dengan benar…” perintah Jessica, lalu keduanya tertawa bersama memecah dinginnya ruangan menjadi sedikit lebih hangat.
>> 


Kibum bangkit dari duduknya dan menatap tajam pada Harabojinya, wajahnya merah padam menahan marah.


“jadi, setelah memaksaku masuk ke perusahaan, sekarang kakek juga berusaha mengendalikan hidupku?”
“aku tidak memaksa, itu semua pilihanmu…” jawab Haraboji dengan tenang, wajahnya tidak bergeming sedikitpun.

Kibum meringis kecil, tidak ada yang lebih buruk dari ini, sekarang bahkan Harabojinya mengatur kencan untuknya dengan salah satu putri dari perusahaan yang akan bekerja sama dengan KOne Amerika.

“jangan terlalu berrharap. Aku hanya masuk perusahaan, tapi bukan berarti aku membiarkan Haraboji mengatur hidupku seperti Haraboji mengatur hidup Appa…”
“kau benar-benar…” wajah Haraboji memerah, tersinggung dengan ucapan Kibum, beliau bersiap mengangkat tongkatnya hendak memukul, tapi sekertaris Jang berusaha menahannya.
“semua terserah padamu, aku hanya memberikan pilihan. Kau tahu kan sebesar apa pengaruh perusahaan keluarga Yoo di Amerika. Jika kita menjalin hubungan baik dengan mereka, bisa dipastikan akan membantu KOne…” setelah amarahnya mereda, Haraboji kembali duduk dan berkata dengan tenang.
“ini hanya tahap awal, kalian perlu saling mengenal lebih dulu. Lagipula, putri keluarga Yoo itu cantik dan pintar…”

Kibum menyeringai mendengarnya, semua yang harabojinya katakan itu hanya masuk telinga kanan dan keluar dari telingan kiri. Kibum akan beranjak pergi meninggalkan ruangan itu, tapi perkataan Haraboji membuatnya berhenti melangkah.

“ingatlah bahwa keputusanmu menentukan nasib ratusan ribu pekerja KOne…”
“jadi sekarang Haraboji mengancamku?” Kibum sama sekali tidak berbalik.
“aku sudah mengatur pertemuan hari ini, sekeretaris Jang akan mengantarmu. Datanglah dan jangan membuatnya menunggu lama…”

Kibum tersenyum pahit mendengarnya, ternyata Haraboji benar-benar bergerak lebih cepat untuk mengendalikan hidupnya.
“tentu saja. Tapi, aku harus pastikan Haraboji tidak akan menyesal memaksaku datang.”
Kibum keluar dari ruangan Haraboji diikuti sekertaris Jang dibelakangnnya.
“saya akan antar tuan muda…”
“tidak perlu, berikan kunci mobil dan sebutkan tempatnya.”

Sekertaris Jang mengangguk mengerti dan menyebutkan salah satu restaurant di daerah Gangnam. Setelah itu Kibum masuk ke dalam mobil dan melesat dengan kecepatan penuh. Hanya dalam sepuluh menit dia sampai di sebuah restaurant Italia. Kibum masuk dan melihat ke nomer meja yang sekertaris Jang sebutkan tadi. Ada seorang yeoja yang sudah duduk dengan manis disana. Meskipun belum pernah bertemu, anehnya yeoja itu tersenyum gembira saat melihat Kibum datang.

“Annyeonnghasseo…” sapa yeoja itu dengan ramah. Kibum duduk dengan malas di kursinya.
“maaf aku datang terlambat…” ucapnya basa-basi.
“anio, aku juga baru datang…” yeoja itu tersenyum manis “oh ya, kita belum pernah bertemu sebelumnya, namaku Yoo See mi…”
“aku rasa kau sudah tahu namaku kan?” tanya Kibum dengan dingin, yeoja itu tersenyum canggung.
“ah benar. Aku juga sudah mendengar banyak tentangmu…”
“baguslah kalau begitu, jadi kau juga sudah tahu kan kalau aku bukan orang yang suka berbasa-basi?”
“apa?” meski terlihat bingung tapi yeoja terus berusaha menunjukkan ketertarikannya.
“aku akan beritahhu sedikit, sebenarnya aku tidak suka yeoja yang menghabiskan seharian penuh di salon…”

Yeoja itu terlihat semakin bingung dan tersenyum canggung “ah benar sekali, aku juga tidak suka berlama-lama berada disalon…”

Hanya dari penampilannya saja Kibum tahu yeoja itu bahkan bisa menghabiskan seharian penuh di salon, Kibum mendecak dalam hati.
“aku juga tidak suka yeoja yang tampil berlebihan…”
“apa?” yeoja yang bernama Yoo See mi itu masih berusaha mencerna kata-kata Kibum.
“oh ya, aku juga tidak suka yeoja dengan hak sepatu yang bisa merusak rumput di rumahku…”

Merasa sudah mulai tersinggung, Yoo Seemi masih berusaha tersenyum meskipun wajahnya terlihat kesal.
“aku tidak suka yeoja dengan lipstick yang tebal, pakaian yang mencolok dan sibuk membeli tas bermerk…” Kibum menyeruput cappucinonya dengan tenang.

Yoo Seemi yang merasa tersindir itupun hanya bisa menghembuskan nafas dengan sebal. Awalnya Yoo Seemi tertarik dengan penampilan Kibum, tapi ternyata namja yang ada didepannya itu jauh lebih dingin dari penampilannya.

“sepertinya kita ini sangat tidak cocok ya…” Yoo Seemi berusaha menahan amarahnya dengan meneguk jusnya “ternyata kau jauh lebih dingin dari yang aku bayangkan…”
“benar, jadi sekarang kita selesaikan semuanya dengan cepat…”
Yoo seemi mengangkat sebelah alisnya, namja didepannya itu tidak bisa berbasa-basi sedikitpun.
“katakan pada Appamu bahwa kerjasama tetap berjalan seperti semula. Katakan saja kau tidak menyukaiku, atau aku terlalu menyebalkan. Aku rasa mereka tidak akan keberatan… “ Kibum tersenyum kecil dan mengangkat bahu.
“bagaimana jika aku katakan aku menyukaimu?”
“tentu saja, itu tidak masalah. Tapi, sepertinya aku akan membuatmu tertekan…” meskipun terdengar santai, tapi Kibum mengatakannya dengan penuh penekanan, bahkan tatapan matanya seperti mengintimidasi.

Yoo Seemi menelan ludahnya, merasa kesal dia bangkit dari duduknya dan menarik tas “bermerk-nya” dengan kasar.
“akan aku pertimbangkan, lain kali kita bertemu lagi. Sampai jumpa…” Yoo Seemi berjalan dengan langkah cepat meninggalkan restaurant. Kibum tersenyum puas melihat yeoja itu pergi dengan kesal.
>> 



Taeyeon berjalan was-was melewati gerombolan pemuda yang sedang duduk di gang yang gelap. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, karena ada sedikit masalah ditempat kursus membuat Taeyeon terpaksa pulang larut malam. Taeyeon memberanikan diri melewati segerombolan pemuda itu karena tidak ada jalan lain atau dia harus berputar dua kali lebih jauh untuk sampai rumahnya.


“wahh nona cantik ini mau kemana?” tiba-tiba gerombolan pemuda itu menghadang Taeyeon.
“maaf, saya harus segera pulang…” Taeyeon merinding melihat seringaian mereka yang mengerikan itu.
“kau anak SMA ya? Kenapa baru pulang…” goda salah satu dari mereka.
Taeyeon mundur satu langkah, kakinya sudah mulai gemetar.
“permisi ahjussi, saya harus lewat…” ucap Taeyeon gelagapan. Segerombolan pemuda itu tertawa geli melihat Taeyeon yang gemetaran.
“ahjussi? Kenapa kau memanggil kami ahjussi? Panggil saja kami oppa…” mereka berjalan mendekati Taeyeon, salah satu pemuda menarik tangannya membuat Taeyeon reflek melayangkan tinjunya dan mengenai wajah. Pemuda itu meringis kesakitan.
“apa-apaan ini, berani sekali bocah sepertimu memukulku!” gertak pemuda itu.
“mianhamnida, sa-saya tidak sengaja…” Taeyeon semakin tersudut.

Pemuda-pemuda itu tertawa licik, mereka semakin mendekat seperti ingin menangkap Taeyeon, karena sudah merasa bahaya dalam hitungan detik Taeyeon berlari kencang.

“hey!!!!” teriak pemuda-pemuda itu dan langsung berlari secepat kilat mengejar Taeyeon. Meskipun Taeyeon sudah berlari sekencang-kencanngnya, tapi para pemuda itu ternyata lebih cepat darinya, dalam hitungan detik mereka berhasil menangkap Taeyeon.
“tolong ahjussi, tolong lepaskan saya…” Taeyeon memohon sambil berusaha melepaskan pergelangan tangannya.
“hahaha, tenaga yeoja ini ternyata lumayan juga…” mereka meringis dan menyeret Taeyeon.

Taeyeon sudah menangis ketakutan dan putus asa. Taeyeon meronta-ronta, tapi kakinya sudah lemas, dia sudah tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi. Saat memikirkan berbagai hal-hal buruk yang akan terjadi, Taeyeon mendengar seseorang berteriak dari arah belakang dan memukul beberapa pemuda itu. Karena air mata yang menggenang membuat mata Taeyeon tidak bisa melihat dengan jelas. Perkelahian tak terelakkan.
Taeyeon sangat terkejut karena ternyata orang yang menolongnya itu adalah Park Jungsoo, kakinya semakin terasa lemas.

Park Jungsoo berkelahi seorang diri melawan lima orang. Meskipun kemampuannya cukup, tetapi mustahil dia bisa mengalahkan lima orang sendirian. Jungsoo-pun akhirnya  kewalahan menghadapi mereka. Mereka memukuli Jungsoo dengan brutal membuat Taeyeon berteriak histeris. Dengan tangan gemetaran Taeyeon berusaha menghubungi polisi.
Dalam beberapa menit saja, terdengar sirine yang menandakan polisi datang. Polisi berusaha mengejar pemuda-pemuda yang melarikan diri itu, dengan langkah gemetar Taeyeon menghampiri Jungsoo yang sudah terkapar dengan wajah penuh luka dan darah.

“songsaenim…songsaenim…” Taeyeon terus menangis, dengan separuh kesadarannya Jungsoo tersenyum dan menghapus air mata Taeyeon.
“uljima(jangan menangis), aku tidak apa-apa…” ucapnya lirih.
“ayo kita kerumah sakit, kita harus ke rumah sakit…”  Sebelum Taeyeon sempat berdiri, Jungsoo menghentikannya terlebih dahulu.
“tidak, tidak perlu. Aku tidak suka ke rumah sakit…”
“tapi, tapi songsaenim terluka…”
“ini hanya luka kecil, jadi jangan khawatir…”

Jungsoo berusaha berdiri, tapi langkahnya sedikit sempoyongan sehingga Taeyeon dengan sigap memegangi bahunya agar tidak jatuh.
“songsaenim…” lirih Taeyeon dengan khawatir.

Jungsoo tetap bersikeras tidak ingin pergi kerumah sakit, akhirnya Taeyeon mengantar Jungsoo pulang. Beberapa menit kemudian mereka sampai, Taeyeon membantu Jungsoo berjalan dan masuk kerumahnya.

Taeyeon sedikit gugup karena ini pertama kalinya dia masuk kerumah Jungsoo, tidak, lebih tepatnya kerumah seorang namja. Setelah membaringkan Jungsoo, Taeyeon berlari ke dapur mangambil air hangat dan kotak obat. Dengan cekatan Taeyeon membersihkan sedikit demi sedikit luka Jungsoo dan mengolesinya dengan obat.

“kau tidak apa-apa kan?” tanya Jungsoo sambil menahan perih karena lukanya.
“ne, aku tidak apa-apa…” lirih Taeyeon “mianhamnida… songsaenim jadi terluka seperti ini karena menolongku…” Taeyeon menunduk dalam-dalam, menyembunyikan kesedihannya.

Meskipun matanya lebam dan wajahnya yang penuh luka, Jungsoo masih mengelak dan mengatakan baik-baik saja.
“syukurlah kau baik-baik saja. Jangan terlalu khawatir, ini hanya luka kecil…”
“ghamsahamnida songsaenim sudah menolongku…”

Jungsoo tersenyum samar-samar, meskipun matanya tidak bisa sepenuhnya terbuka tapi dia bisa melihat bahwa Taeyeon sangat tulus saat mengucapkannya. Taeyeon membereskan kotak obat dan beranjak berdiri, tapi Jungsoo menahannya dengan memegangi tangannya.

“jangan pergi, tetaplah disini…” lirih Jungsoo “tetaplah disampingku, sebentar saja, sebentar saja…”
Jungsoo menggenggam erat tangan Taeyeon dan memejamkan matanya. Taeyeon akhirnya kembali duduk, entah kenapa perasaannya bahagia karena Jungsoo menggenggam erat tangannya, seolah tidak ingin dilepaskan, Taeyeon ikut mempererat genggamannya. Hanya untuk kali ini, Taeyeon akan mengikuti kata hatinya.
“gomawo, gomawo oppa…” lirih Taeyeon setelah memastikan Jungsoo sudah tertidur. Akhirnya Taeyeon ikut tertidur di samping Jungsoo.

Matahari bersinar terang, Jungsoo mengerjapkan matanya. Sekujur tubuhnya terasa remuk, Jungsoo melirik jam di mejanya, sudah pukul delapan pagi, dengan susah payah dia bangun dan berjalan ke dapur. Jungsoo menghampiri meja makannya, disana sudah tersedia bubur dan beberapa lauk. Jungsoo mengambil selembar note yang tertempel di mangkuk bubur dan membacanya.
___

Selamat pagi songsaenim…
Hari ini sangat cerah jadi aku bangun lebih pagi. Mungkin saat songsaenim membaca pesan ini aku sudah belajar di kelas. Maaf aku tidak berpamitan, tapi aku sudah membuatkan bubur untukmu, meskipun sederhana tapi aku membuatkannya dengan sepenuh hati…tolong sarapanlah dengan bahagia. Sampai jumpa lagi^^
Taeyeon.
___

Jungsoo tersenyum membacanya, lalu duduk menikmati sarapannya. Meskipun badannya masih terasa ngilu dan pipinya terasa nyeri, entah kenapa hatinya merasa bahagia, perasaan yang bahkan tidak bisa dijelaskan.
“mashita(enak)…” gumamnya lalu tersenyum.
>> 


Sunny berjalan dengan hati-hati sambil bergumam pelan. Dia membawa tumpukan buku yang bahkan jauh lebih tinggi dari badannya. Sebenarnya hari ini jadwal piketnya bersama Yoona, tapi karena Yoona belum datang jadi Sunny harus rela menyiapkan buku dari perpustakaan sendirian.


Beberapa siswi berlari terburu-buru dan menyerempet Sunny, akhirnnya semua buku yang dia bawa jatuh. Sunny berteriak kesal pada siswi-siswi itu, tapi mereka sudah melarikan diri dan tidak minta maaf. Saat sedang membereskan buku-bukunya, Seseorang menghampiri untuk membantunya.
“kenapa kau membawa buku sebanyak ini sendirian?” Sungmin menumpuk buku-buku yang jatuh berserakan.

Sunny terdiam sesaat, lalu membereskan bukunya lagi tanpa menjawab sepatah katapun. Setelah semua bukunya beres, Sunny menumpuknya menjadi satu dan hendak membawanya sendiri, tapi Sungmin buru-buru mengambil separuhnya.
“tidak perlu, tidak apa-apa…” ucap Sunny sopan mengambil kembali bukunya, tapi Sungmin menahan tangannya.
“kenapa kau menjauhiku?”
“kenapa oppa berfikir seperti itu, aku sama sekali tidak menjauhimu…”
“sekarang kau bahkan menggunakan bahasa formal padaku…” keluh Sungmin.
“bukankah seorang dongsaeng memang harus menggunakan bahasa formal pada oppanya…” Sunny tersenyum pahit, perasaan kecewanya belum benar-benar sembuh.
“Sunny-ah…” Sungmin menghela nafas lemah “kau benar-benar berubah…”

Sungmin merasa beberapa hari ini Sunny sengaja menjauhinya dan menjaga jarak dengannya.
“bukan aku, tapi oppa. Oppa-lah yang sudah berubah…”
“sunny-ah itu…”
“sudahlah oppa, aku tidak ingin membicarakannya…” potong Sunny.

Merekapun terdiam, pada saat bersamaan Yoona berlari tergesa-gesa dari arah belakang membuat Sunny segera memanggilnya. Akhirnya Yoona datang menghampiri mereka.
“maaf eonni aku terlambat…” Yoona mengatur nafasnya yang terengah-engah, tapi Yoona baru menyadari keadaan yang sebenarnya.
“ah, ya ampun… ah, annyeonghasseo Sungmin-shi…” sapa Yoona canggung, Sungmin membalasnya dengan tersenyum.
“Yoongie, tolong bawakan bukunya…” Sunny melirik tumpukan buku yang ada ditangan Sungmin, dengan segera Yoona menurutinya.
“kalau begitu kami kembali kekelas, sampai jumpa…” ucap Sunny dan berjalan mendahului Yoona yang masih berdiri canggung.
“ah ya ampun, kadangkala eonni memang seperti itu…” Yoona menggaruk kepalanya yang tidak gatal
 “kalau begitu aku juga harus segera pergi, sampai jumpa Sungmin-si…” Yoona menunduk sopan “eonni tungguuuu…” teriak Yoona mengejar Sunny.

Sungmin melihat mereka dan hanya bisa menghela nafas pelan.
>> 

Setelah melewati jam pembelajaran yang panjang, bel pulang akhirnya berbunyi. Mereka semua membereskan perlengkapan di meja masing-masing. Dibanding yang lain Taeyeon membereskan alat tulisnnya lebih cepat. Tiffany sampai terkekeh geli melihat tingkah Taeyeon yang serba terburu-buru hari ini.

“kau mau kemana? Kenapa terburu-buru seperti itu…” Sunny masih membereskan alat tulisnya.
“maaf, sepertinya aku tidak bisa membantu kalian hari ini…” ucap Taeyeon penuh penyesalan.
“kenapa? Apa ada masalah dirumahmu?” tanya Siwon membuat yang lain ikut khawatir. Taeyeon buru-buru menggeleng dengan cepat.
“ah tidak, tidak ada apa-apa. Aku hanya ada urusan yang sangat penting. Aku benar-benar minta maaf tidak bisa ikut dengan kalian…”

Sebenarnya hari ini mereka semua akan membantu Donghae untuk memberi kejutan pada Jessica nanti malam. Tapi dengan sangat menyesal Taeyeon tidak bisa ikut karena dia ingin segera pulang dan melihat kondisi Jungsoo.
“syukurlah kalau tidak ada apa-apa…” timpal Yoona “gwaenchana, eooni jangan khawatir…”
“iya, tidak apa-apa. Pergilah…” jawab Jongwoon diikuti anggukan kepala yang lain.
“baiklah, terima kasih…” Taeyeon tersenyum lega “oh ya, Donghae-ah tolong sampaikan salamku pada Jessica…”

Donghae mengangguk dan tersenyum kecil. Setelah mengucapkan salam, Taeyeon segera berlari keluar, tapi dia berbalik saat berada di pintu kelas.
“oh iya, semoga kejutannya sukses. Fighting!” teriak Taeyeon dengan semangat sebelum akhirnya benar-benar tidak terlihat.

Dihalaman sekolah Taeyeon berjalan dengan sangat bersemangat sampai tidak menyadari seseorang memanggilnya beberapa kali. Baekhyun berusaha mengejar Taeyeon dan terus memangggilnya sampai akhirnya Taeyeon berbalik.

“oh, ya ampun, ternyata kau yang memanggilku…” Taeyeon meringis kecil.
“aduh, kenapa nuna berjalan cepat sekali…” keluh Baekhyun sambil mengatur nafasnya yang terengah-engah.
“maaf aku tadi tidak mendengarmu memanggilku…” ucap Taeyeon “oh ya, ada apa?”
“apa hari ini nuna sibuk? Aku mendapat tiket gratis nonton film, bagaimana kalau hari ini kita nonton film?” tanya Baekhyun antusias.
“mmm sebenarnya aku ingin, tapi sepertinya tidak bisa. Aku benar-benar ada urusan yang sangat penting…” jawab Taeyeon dengan menyesal.
“oh begitu ya…” Baekhyun terlihat sedikit kecewa tapi beberapa detik kemudian wajahnya berubah ceria lagi “kalau begitu tidak apa-apa, kita pergi nonton lain kali saja…”
“jeongmal mianhae, lain kali biar aku yang mentraktirmu, arra…”
“iya, tidak apa-apa…” Baekhyun mengangguk semangat, setelah itu Taeyeon buru-buru mengucapkan salam dan berjalan pergi.

Baekhyun hanya bisa menatap punggung Taeyeon yang semakin jauh lalu menghela nafas lemah.
>>


Annyeonghasseo^^, akhirnya part 12 selesai juga...lama author vakum dan sangat senang bisa menyelesaikan part 12. Di part ini aku sengaja bikin panjang kali lebar, hitung" hadiah buat para readers yang sudah setia menunggu^^
pokoknya author sangat berterima kasih pada readers" setia...jangan bosan" tunggu part selanjutnya ya...Ghamsahaeyeo^^
Jangan lupa ya jejaknya! :)

Tidak ada komentar :

Posting Komentar