TWO SIDE DIFFERENT (part 11) Final
Title : Two Side Different
Author : Sae
Main cast : Lee Donghae
Jung
Soyeon (Jessica Jung)
Other cast : Go Ara
Yunho
as Kwon Yunho
Kwon
Yuri
Kim Soeun as Lee Soeun
Mr&Mrs.Lee
Mr.jung
Genre : Romance,family
Chapter : 11(final)
Annyeonghasseo readers^^..huaa akhirnya author menyelesaikan FF haesica yang satu ini. setelah melewati gejolak jiwa(?) akhirnya author memutuskan untuk menyelesaikan part ff ini. pokoknya terima kasih buat readers yang udah ngikuti ff ini dari awal sampai akhir..Ghamsahamnida^^ #bow
Soyeon menatap langit malam yang bertaburan
bintang dari balkon rumahnya. Han ahjumma datang, berdiri sedikit dibelakang
Soyeon.
“agashi ini sudah malam, istirahatlah…” ucap Han
ahjumma
“aku belum mengantuk. Jangan khawatir, ahjumma
istirahatlah…” Soyeon tidak mengalihkan pandangannya menatap langit.
“baiklah, jangan terlalu lama diluar dan segeralah
istirahat…” nasihat Han ahjuma
“tunggu…” sergah Soyeon menghentikan langkah Han
ahjuma “apa aku boleh bertanya sesuatu pada ahjuma?” Han ahjuma berbalik dan
menatap Soyeon.
“tentu saja…, memangnya ada apa?”
Soyeon mengepal tangannya dengan erat, menatap
mata Han ahjuma dalam “apa ahjuma mengenal Min Aerin?”
Han ahjuma terkejut bukan main dengan pertanyaan
Soyeon. Dia berusaha bersikap biasa saja “Min Aerin? Ahjuma bahkan baru pertama
kali mendengar nama itu…”
“aku tahu ahjuma mengenalnya…” elak Soyeon membuat
Han ahjuma salah tingkah
“apa yang agashi bicarakan…?”
“aku sudah tahu semua tentang Min Aerin, tentang
cinta pertama appa, dan juga tentang kematiannya…” ucap Soyeon “apa yang
terjadi sebenarnya? Kenapa Min Aerin meninggal di hari dan rumah sakit yang
sama dengan eomma? Beritahu aku apa yang sebenarnya terjadi?” desak Soyeon.
“ahjuma benar-benar tidak tahu tentang itu…” Han
ahjuma dan akan berbalik berjalan, tetapi dicegah Soyeon.
“aku begitu mempercayai ahjuma, selama ini aku
menganggap ahjuma sebagai eommaku. Jika semua orang didunia ini berdusta,
ahjumalah satu-satunya orang yang akan aku percayai…” ucap Soyeon lirih
Han ahjuma tertegun, matanya mulai basah, lalu
berbalik dan menghampiri Soyeon. Han ahjuma menatap mata Soyeon sendu lalu
memeluknya dengan sayang. Han ahjuma menyeka air matanya “apa jika ahjuma menceritakan semua, aghasi
akan baik2 saja?”
Soyeon mengangguk. Han ahjuma menggenggam tangan
Soyeon erat, menatap langit dan mulai bercerita.
“Presdir, Nyonya muda, dan Min Aerin dulu adalah
teman satu SMA, Min Aerin adalah sahabat Nyonya muda. Min Aerin adalah cinta
pertama Presdir Jung, tetapi saat itu Presdir dijodohkan dengan Nyonya muda…” .
Soyeon memberi isyarat untuk tetap melanjutkan.
“suatu malam, Nyonya datang kekantor Presdir, disanalah
Nyonya melihat Presdir sedang bermesraan dengan Min Aerin. Beberapa hari berlalu
dengan pertengkaran. Suatu hari Min Aerin dan Nyonya berada di mobil yang sama,
mereka bertengkar hebat. Hujan mulai turun dengan deras, tanpa disadari, ada
sebuah truk melaju kencang dari arah berlawanan, mobil mereka tidak bisa
menghindar…” Han ahjuma menarik nafasnya dalam “saat itulah terjadi kecelakaan.
Nyonya muda dan Min Aerin meninggal ditempat…”
Soyeon terpana mendengar cerita Han
Ahjuma,tubuhnya kaku untuk digerakkan, hatinya teriris. Min Aerin dan eommanya,
mereka meninggal bersama dalam kecelakaan itu. Air mata menetes dipipinya. Han
ahjuma memeluk Soyeon dengan erat.
>>
Hari ini Go Ara di izinkan pulang setelah beberapa
hari dirawat di Rumah Sakit. Setelah berkemas, Donghae mengantarkan Go Ara
pulang. Sepanjang perjalanan mereka hanya diam, Donghae menatap lurus kejalan,
sibuk dengan pikirannya. Beberapa kali Go Ara menatap laki-laki disebelahnya
itu, tapi Donghae tidak menyadarinya.
“kau mau makan?” Tanya Go Ara, tapi Donghae
melamun dan tidak mendengar ucapan Go Ara. “Donghae-a…?” ulang Go Ara
“ah, ada apa?” Donghae tersadar dan menoleh
“apa ada masalah? Sejak tadi kau hanya melamun…”
“ani(tidak), tidak apa-apa…” jawab Donghae lalu
tersenyum tipis dan kembali fokus mengemudi. Go Ara tersenyum simpul, senyumnya
seketika lenyap saat berbalik menatap ke luar jendela.
>>
Soyeon berjalan menghampiri seorang laki-laki yang
duduk didekat jendela café, Yunho tersenyum melihat Soyeon datang, Soyeon
menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Yunho.
“mian(maaf) aku baru datang, oppa sudah lama
menunggu?”
“aku juga baru datang…” Yunho tersenyum simpul “kau
mau makan apa?”
Soyeon berfikir sejenak “terserah oppa saja, oppa
kan yang ingin mentraktirku…”. Yunho tersenyum lalu mengiyakan, pelayan datang
dan mencatat pesanan.
“kau tidak apa-apa?” Yunho menatap Soyeon yang
sedang memotong steaknya.
“apanya…?” jawab Soyeon santai lalu memasukkan
potongan daging kemulutnya
“pernikahan itu…” lirih Yunho.
“berbohong jika aku katakan tidak apa-apa..”
Soyeon meraih gelas dan meneguk minumannya “aku sangat terluka, bahkan rasanya
hampir mati…” lanjutnya “tapi oppa jangan khawatir. Aku ini sangat kuat…”
ucapnya tersenyum.
Yunho membalas senyum Soyeon dan mengiyakannya “ah
benar sekali, aku lupa kau ini Jung Soyeon yang kuat. Semua akan baik-baik
saja, mulai sekarang katakan apapun yang ingin kau katakan padaku,
araseo(ok)…?”
Soyeon mengangguk pelan, memberi semangat pada
dirinya sendiri yang sebenarnya tidak baik-baik saja.
>>
Donghae dan Go Ara berjalan masuk kesebuah café,
tanpa diduga mereka berpapasan dengan Yunho dan Soyeon yang sedang berjalan
keluar dari café. Mereka berempat mematung dan saling bertukar pandang sejenak,
lalu mengalihkan pandangan masing-masing.
“ah,apa kabar…?” Go Ara menyapa kaku. Yunho
membalas sapaan Go Ara sedangkan Soyoen hanya tersenyum tipis.
“aku tidak menyangka akan bertemu disini…” ucap
Yunho, lalu menatap Donghae dingin. Donghae menatap Soyeon yang hanya diam
menundukkan kepalanya.
“aku juga tidak menyangka akan bertemu disini…”
Donghae mengalihkan tatapannya ke Yunho.
“oppa, kita harus segera pergi…” Soyeon mengajak
Yunho “senang bertemu dengan kalian…” ucap Soyeon menatap Donghae dingin lalu
berjalan pergi diikuti Yunho.
Setelah pertemuan singkat tadi, Donghae lebih
banyak diam. Go Ara beberapa kali menyadarkan Donghae yang terlihat sedang
melamun dan sibuk dengan pikirannya sendiri.
“kau seperti orang yang berbeda Lee Donghae. Rapuh
dan terluka…” lirih Go Ara dan tidak disadari Donghae.
>>
Waktu menunjukkan pukul 10 pm. Soyeon menatap
kosong bola yang ada didepannya, menyeka air mata yang terus menetes dipipinya.
semua begitu menyakitkan, tentang appanya yang berselingkuh, tentang kematian
eomma dan Min Aerin dan tentang hatinya yang terluka karena pernikahan itu.
Hujan turun dengan deras, Soyeon mulai menendang
bola terus menerus hingga tenaganya terkuras habis. Wajahnya sangat pucat,
akhirnya jatuh terduduk di rumput dan mulai menangis, Soyeon berdiri dan akan
menendang bola lagi, tiba-tiba sebuah tangan menahan pergelangannya. Soyeon
menoleh dan mendapati Donghae menatapnya.
“Lepaskan…!” Soyeon menepis tangan Donghae
“kenapa kau hujan-hujanan disini…? Kau bisa
sakit…” ucap Donghae “ayo aku antarkan pulang…” Donghae menarik tangan Soyeon.
“aku bilang lepaskan…!” Soyeon berteriak “aku
sudah katakan tidak ingin melihatmu.., kenapa kau selalu muncul dihadapanku…!”
ucapnya dingin. Donghae tidak menghiraukan ucapan Soyeon dan tetap menarik
tangan wanita itu.
“Lee Donghae lepaskan.., kau menyakiti tanganku…!”
suara Soyeon parau, Donghae berbalik dan menyadari wanita itu meringis
kesakitan. Donghae merengganggkan genggamannya.
“kau menyakitiku…” lirih Soyeon, suaranya serak,
wajahnya semakin pucat “kenapa kau menyakitiku…?” Soyeon menatap mata Donghae,
dia semakin terisak. Kelamaan pandangannya menjadi kabur, semakin gelap, dan
gelap. Soyeon pingsan dipelukan Donghae.
>>
Soyeon mengerjap-ngerjapkan matanya beradaptasi
dengan cahaya yang menembus kaca ruangan itu. Soyeon bangun duduk dan memegangi
kepalanya yang masih pusing, beberapa detik kemudian dia mengingat semuanya.
Tempat ini? Lee Donghae, batinnya.
Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka, masuklah
seorang laki-laki membawa nampan yang berisi bubur dan susu, lalu duduk
disebelah wanita itu. Donghae memegang dahi Soyeon memastikan demamnya sudah
turun tetapi tangannya segera ditepis Soyeon.
“aku akan pulang…!” ucap Soyeon dingin dan
beranjak berdiri tetapi ditahan oleh Donghae
“makanlah.., demammu belum benar-benar turun…”
Donghae meletakkan nampannya. Soyeon menghiraukannya dan tetap berjalan akan
keluar.
“Jung Soyeon…” Donghae menahan Soyeon
“apa aku terlihat menyedihkan? Kenapa kau harus
mengasihaniku? Aku tidak mau dikasihani…” Suara Soyeon serak
“aku akan jelaskan semuanya….”
“tidak perlu…” potong Soyeon “jika kau
menjelaskannya maka aku akan terlihat semakin menyedihkan, semua sudah
berakhir, aku sudah terluka, bahkan seluruh tubuhku sudah mati rasa…” air mata
mulai mengalir dipipinya. Donghae mulai berjalan mendekati Soyeon.
“berhenti,
jangan melihatku…” Soyeon masih terisak “kau tahu aku menunggumu, bahkan
saat aku merasa sudah putus asa aku tetap menunggumu. Aku masih berharap kau
akan datang…”
“mianhae…” lirih Donghae, matanya mulai basah.
“aku memanggilmu berkali-kali,tapi kau tidak
pernah datang…dan sekarang aku sadar, aku terlalu menharapkanmu, tidak
seharusnya aku menunggumu…” Soyeon tersenyum miris “aku memang bodoh, benar-benar
menyedihkan. Mulai sekarang, sebaiknya kita tidak bertemu. Kau bisa
berpura-pura tidak pernah mengenalku, kau tidak perlu lagi peduli padaku…”
“apa yang harus aku lakukan jika merindukanmu? apa
yang harus aku lakukan jika ingin melihatmu?” ucapan Donghae membuat Soyeon
tertegun “jika aku tidak melihatmu
mungkin aku akan mati, bahkan aku tidak bisa bernafas dengan baik. Tapi jika
itu maumu, maka aku akan melakukannya…”
Donghae berjalan meninggalkan Soyeon, baru
beberapa langkah, tiba-tiba Soyeon memeluknya dari belakang.
“tonajima(jangan pergi), jebal(aku mohon)
tonajima…” Soyeon semakin terisak. Donghae meneteskan air matanya, dia
membalikkan badannya memeluk Soyeon erat.
“mianhae, jeongmal mianhae…” Donghae melepas
pelukannya, menatap manik mata Soyeon dalam dan menghapus air mata wanita itu
“saranghae…” ucapnya lalu mengecup puncak kepala Soyeon lembut dan
mengembangkan senyum manisnya.
“nado saranghae(aku juga mencintaimu)…” jawab
Soyeon. Keduanya tersenyum.
Donghae mendekatkan wajahnya kewajah Soyeon,
meraih tengkuk wanita itu, dan mencium lembut bibirnya. Soyeon mengalungkan
tangannya pada leher Donghae membalas setiap sentuhan lembut dibibirnya.
>>
“mianhae, jeongmal mianhae…” Donghae menatap
lembut mata Go Ara
“gwaencana(tidak apa-apa), lagi pula aku sudah
tahu cepat atau lambat kau akan menyadari semua itu. Memang harusnya aku tidak
menahanmu sejak awal…” ucap Go Ara “tenang saja, aku akan menemukan laki-laki
yang lebih baik darimu…” Go Ara menyeka air matanya lalu tersenyum
“tentu saja, kau harus bahagia…” jawab Donghae
mengenggam tangan wanita itu.
“untuk yang terakhir kali, apa aku boleh
memelukmu?”
“tentu saja…” Donghae tersenyum lalu mendekat dan
memeluk Go Ara erat.
“wanginya masih sama, hanya saja caramu memelukku
sudah berbeda…” Go Ara melepas pelukan Donghae “aku pasti akan menyimpan semua
kenangan itu dengan baik, jadi jangan khawatir…”
”sekarang pergilah, dia sudah menunggu terlalu
lama…” Go Ara tersenyum lalu menatap Soyeon yang sedang duduk disebuah bangku.
“gomawoyeo(terima kasih)…” Donghae tersenyum lalu
berjalan meninggalkan Go Ara.
Go Ara tersenyum nanar melihat punggung Donghae
yang semakin menjauh. Meskipun hatinya terluka tapi dia merasa lega, Go Ara
yakin seiring waktu berjalan semuanya akan baik-baik saja. Mungkin dia akan
menyesal melepas Lee Donghae, tapi dia akan lebih menyesal jika menahan
laki-laki itu.
>>
Donghae menghentikan mobilnya didepan sebuah
restaurant mewah. Donghae turun, membukakan pintu untuk Soyeon dan menggenggam
erat tangan wanita itu masuk kedalam restaurant. Alunan biola dan piano
mengiringi mereka. Beberapa pelayan memberi salam dan menuntun mereka ke sebuah
meja yang terletak diruang terbuka.
Berbagai hiasan bunga dan lampu kelap-kelip serta
pemandangan kota Seoul dan langit penuh bintang menakjubkan siapapun yang
melihatnya. Soyeon baru menyadari bahwa tidak ada pengunjung selain dia dan
Donghae.
“apa kau menyewa restaurant ini?” Soyeon sedikit
terkejut. Donghae tidak menjawab dan hanya tersenyum. Pelayan datang menyajikan
makanan special. Soyeon tidak ambil pusing, dia menikmati hidangan dengan
senang hati.
“tunggu sebentar, aku akan ke toilet…” Donghae
tiba-tiba beranjak pergi meninggalkan Soyen.
Sepuluh menit menunggu membuat Soyeon mati bosan.
Soyeon celingukan mencari Donghae tapi tidak ada tanda laki-laki itu datang.
Akhirnya Soyeon beranjak dari duduknya dan berdiri. Tiba-tiba barisan anak-anak
yang memanjang satu persatu berjalan menghampiri Soyeon dan memberikan
setangkai mawar merah. Soyeon yang kaget hanya bisa menerima bunga2 tersebut.
Semakin banyak dan banyak, Soyeon semakin kewalahan memegang bungan mawar yang
begitu banyak.
Tiba-tiba Donghae ada dibarisan terakhir, datang
berjalan menghampiri Soyeon dengan setangkai mawar merah ditangannya. Soyeon
masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi.
“mawar keseratus…” ucap Donghae tersenyum “Jung
Soyeon, apa kau mau menikah denganku?”
Pernyataan Donghae sontak membuat mata Soyeon
membulat sempurna.
“menikahlah denganku…” Donghae mengulangi lalu
mengeluarkan sebuah kotak berisi cincin yang indah. Soyeon tidak bisa bicara,
tanpa disadari air mata menetes dipipinya. Soyeon menganggukkan kepalanya tanda
dia menerima lamaran Donghae membuat semua anak-anak yang ada disana
bersorak-sorak. Donghae menghapus air mata Soyeon lalu memeluk erat wanita itu.
“gomaweoyeo…” ucap Donghae “saranghae…” lanjutnya
“nado saranghae…” jawab Soyeon
Ratusan kembang api
bertaburan di langit menambah keindahan kota Seoul malam itu. Semua bersorak
gembira mengerubungi Donghae dan Soyeon. Mereka tersenyum bahagia.
~The End~
gimana readers...^^ saya sudah berusaha dengan keras mencari ending cerita, dan hasilnya seperti itu. maaf bila ada readers yang kurang puas dengan endingnya. sekali lagi saya ucapkan terima kasih..jangan khawatir, saya masih punya FF yang tentunya lebih menarik..
sampai jumpa di FF baru berikutnya readers...^^
yeyyyyy
BalasHapus