Haesica: Romance Town Part 4
Tittle : Romance Town || Author : Sae || Main Cast : Lee
Donghae & Jessica Jung || Support Cast : Sandara Park, Choi Sooyoung, Kwon Boa, Leeteuk, Kim Taeyeon, Nana, Shindong, ect. || Genre : Romance comedy || Part : 4 ||
Setelah turun dari taxi tepat di depan pintu masuk sebuah ressort mewah, Jessica berjalan ke dalam tempat pesta. Sepertinya ia terlalu
tegang. Kepala editor sudah mengancamnya dengan berbagai hal mulai dari menjaga
sikap, ucapan, bahkan gaun yang harus ia gunakan. Alhasil sedari pagi Jessica
hanya berputar-putar di depan kaca dan membongkar isi lemarinya untuk memilih
gaun yang harus dipakai. Pada akhirnya pilihannya tetap saja jatuh pada gaun
Dior Homme hitam selutut yang di lapisi burkat tipis.
Jessica masuk ke aula pesta
dan menyadari betapa kelasnya acara tersebut setelah menemukan beberapa orang
penting yang sering ia lihat di artikel bisnis dan saham. Setelah mengedarkan
netranya, Jessica buru-buru menghampiri rekan wartawan yang ia kenal. Jessica
menyapa beberapa senior dan kenalan dari perusahaan majalah lain sebagai
perwakilan majalah A-Style. Ia hanya tersenyum canggung saat mereka mulai
membicarakan kepala editor Boa yang tidak bisa hadir, padahal mereka ingin
sekali bertemu dengannya. Jessica mendesah pelan, kelamaan ia tidak tertarik dengan
topik obrolan mereka. Karena bosan ia berjalan menuju meja hidangan. Air
liurnya terasa akan menetes melihat betapa menggodanya makanan yang disajikan.
Jessica ingin mencoba setidaknya satu persatu dari semua jenis makanan yang
tersedia.
Ternyata tidak selamanya
berada di tengah pesta itu menyenangkan seperti yang ia bayangkan. Pada
intinya, ia lebih suka menulis artikel ataupun memburu berita dibandingkan
berdiri dan mengobrol seperti wanita sosialita. Jessica meneguk habis orange squass setelah mencicipi beberapa
dissert yang tersedia. Ia hampir
tersedak saat seseorang menepuk pundaknya. Surprise!.
Jessica membulatkan matanya lebar mendapati Donghae berdiri dengan senyum
mengembang. Donghae mengenakan stelan bermerek yang bercahaya karena terkena lampu.
“Apa yang kau lakukan disini?”
Donghae mengernyitkan dahinya,
merasa konyol dengan pertanyaan Jessica yang asal. Tentu saja ia ada disana
“Apa maksudmu? Ini kan pesta pembukaan ressort
keluargaku, tentu saja aku harus berada disini.”
Jessica lagi-lagi hampir
tersedak salivanya sendiri. Ia membulatkan matanya dan menyesal kenapa tidak
mencari tahu lebih dulu. Jessica merutuk, harusnya ia menolak undangan yang kepala
editor Boa berikan padanya. Atau jangan-jangan penyihir itu tahu ia memiliki
hubungan palsu dengan pemilik pesta alias Lee Donghae sehingga sengaja
mengirimnya.
“Sajangnim-“ lelaki paruh baya dengan stelan kemeja yang baru datang
menjeda kalimatnya setelah melihat Jessica, kemudian ia membungkuk menyapa “Oh
nona tempo hari, apa kabar?”
Jessica mengulas senyum tipis
dan membalas sapaan lelaki yang diingatnya sebagai sekertaris itu dengan
membungkuk singkat. Sekertaris Ahn tersenyum ramah kemudian kembali pada hal
yang ingin ia sampaikan. Donghae mengangguk beberapa kali setelah sekertaris
Ahn membisikkan sesuatu ke telingannya.
“Saya harap nona Jung
menikmati pestanya.” Ucap sekertaris Ahn sebelum akhirnya undur diri. Jessica
mengernyitkan dahinya, sekertaris Ahn ternyata masih ingat namanya.
“Bagaimana kau bisa ada
disini?” tanya Donghae mengalihkan fokus Jessica.
“Aku-aku datang sebagai
perwakilan A-style.”
Donghae mengangguk-angguk
paham “Kalau begitu nona wartawan tolong tulis artikel yang baik tentang ressortku ya.”
Jessica menggembungkan pipinya
dengan sebutan ‘nona wartawan’ pada kalimat terakhir Lee Donghae “Aku ini
seorang ketua editor, bukan wartawan-dan lagi aku datang untuk menikmati pesta
undangan, bukan untuk menulis artikel, menambah pekerjaan saja.”
Donghae terkekeh pelan dengan
omelan Jessica, bisa-bisanya wanita itu masih sempat mengomel di tengah pesta
“baiklah-baiklah, kalau begitu kau harus menikmati pestanya.”
“Ngomong-ngomong, apa seluruh
tamu yang datang relasi bisnismu?” Jessica mengedarkan seluruh pandangannya
menyapu tamu undangan, beberapa orang ia
kenali sebagai petinggi perusahaan majalah yang hebat.
“Tentu saja, kenapa? Kau baru
sadar ya kalau aku ini orang yang sangat penting?” Donghae mendecakkan
lidahnya. Jessica tersenyum nyinyir
dengan kepercayaan diri Donghae.
“Ya ampun, baiklah-baiklah, sajangnim~” Jessica menekankan kata sajangnim dan membuat Donghae kembali
terkekeh pelan.
Tiba-tiba donghae menarik
pergelangan tangan Jessica mengikuti langkahnya. Jessica yang tidak sempat
menolak hanya bisa menuruti langkah Donghae. Jessica baru menyadari sudah berada
disekitar orang-orang yang tadi ia tunjuk sebagai ‘orang penting’ saat Donghae
melepaskan genggaman tangannya.
“Song hwejangnim, perkenalkan dia adalah salah satu ketua editor.”
Donghae menyapa salah satu ketua direktur pemasaran iklan terkemuka. Jessica
buru-buru memperkenalkan diri setelah Donghae memberikan kode dengan lirikan
matanya.
“Annyeonghasseo, nama saya Jung Jessica.” Ucap Jessica mengendalikan
kegugupannya, oh tidak, ia bahkan lupa menyematkan nama A-style. Jika kepala
editor Boa tahu, ia bisa langsung di cap sebagai pegawai tidak tahu diri karena
tidak mau menyematkan nama perusahaannya bekerja.
“Senang bertemu denganmu, aku
yakin kau pasti sudah mengenalku kan?” Song hwejangnim
tertawa pelan dengan candaannya. Mau tidak mau Jessica mengiyakan dengan
mengangguk semangat, lagipula siapa yang tidak mengenal Song hwejangnim. Ia adalah direktur pemasaran
yang membawahi beberapa perusahaan besar-yang tentunya sangat berpengaruh bagi
dunia fashion.
“Aku rasa perlu
memperkenalkannya padamu. Ngomong-ngomong dia adalah ketua editor yang masih
butuh banyak bimbingan.” Donghae menambahkan deskripsi tentang Jessica dengan
seenaknya, membuat Jessica menggerutu dalam hati.
“Tentu saja, nona Jung bisa
meminta bantuanku jika memerlukan sesuatu.” Song hwejangnim mengembangkan senyumnya, Jessica hanya bisa tersenyum
dengan canggung.
Setelah itu obrolan mereka
berubah dari satu topik ke topik lain. Jessica yang merasa tidak mengetahui
banyak hal memilih untuk diam dan hanya menyunggingkan senyumnya. Begitu
seterusnya saat Donghae mengajaknya menyapa beberapa tamu undangan. Jessica sendiri
tidak tahu alasan Donghae menyuruhnya terus menempel, tapi sisi baiknya ia
mendapat banyak channel yang tentu
adalah ‘orang penting’ dalam lingkup kerjanya. Hanya saja Jessica merasa
tertekan karena tidak bisa dipungkiri tamu undangan yang hadir memperhatikan
seorang wanita yang selalu berdiri di samping presdir muda.
***
Jessica sudah meneguk dua
gelas minuman, tapi kerongkongannya masih terasa kering. Bukan hanya
kerongkongannya tapi setiap tatapan mata yang selalu memperhatikan gerak-gerik
membuatnya dua kali merasa lebih haus. Setelah mendapatkan kesempatan untuk
kabur dari Donghae dan belasan tatap mata, Jessica buru-buru mencari tempat
yang sepi. Ia tidak bisa bernapas dengan benar selama berada di dalam, apalagi
didekat seorang Lee Donghae yang selalu menarik perhatian.
Jessica melangkahkan kakinya
ke sebuah jembatan kayu di tengah taman buatan yang menghubungkan antara aula ressort dengan bangunan lainnya. Jika
diperhatikan ressort itu memang
dibangun dengan desain yang akan membuat siapapun berdecak kagum sekaligus
merasa betah berada di dalamnya. Jessica berhenti di tengah jembatan dan
memperhatikan gemericik air dari sungai buatan. Sesaat perasaannya menjadi
nyaman, angin lembut yang berhembus semakin membiusnya. Saat itu, ada seseorang
yang menarik lengannya.
“Aku mencarimu, ternyata
disini.”
Jessica yang terkejut
menolehkan kepalanya dan mendapati Donghae di sampingnya. Jessica menghela
napas pelan, kalau Donghae mengajaknya berkeliling lagi ia sudah memutuskan
akan menolak. “Kenapa kau menyuruhku terus menempelimu sih, aku kan jadi pusat
perhatian orang.”
“Kau kan pacarku.” Ucapan
enteng Donghae sukses membuat manik Jessica membulat lebar. Ah ia lupa, ia kan
memang pacar ‘palsu’ Lee Donghae.
“Aku kan datang sebagai tamu!”
“Mau bagaimana lagi, sekali
dayung dua tiga pulau terlampaui. Kau menikmati pesta sekaligus membayar
hutangmu dengan pura-pura menjadi pacarku. Bukankah menguntungkan?”
Jessica menghentak-hentakkan
kakinya dengan kesal. Benar-benar sial, ia bahkan tidak diizinkan menikmati pesta
yang belum tentu bisa ia hadiri dengan perasaan tenang. Donghae mengulum senyum
pelan melihat reaksi lucu Jessica.
“Oh iya aku belum sempat
mengatakan ini, tapi kenapa kau pakai gaun yang norak sekali.”
Jessica mengernyitkan dahinya
mendengar ucapan Donghae. Keterlaluan, bagaimana mungkin Lee Donghae mengatai
gaunnya norak. “Apa? Ya ampun kau,
ini gaun mahal tau! Aku mendapatkannya dengan mengumpulkan gajiku selama tiga
bulan!”
“Aku bercanda, kok.” Donghae
terkekeh pelan dengan wajah menyebalkan “Kau cantik, cantik, kok.”
Jessica tidak yakin apakah
Donghae mengatakannya dengan serius atau hanya sebuah candaan lagi, tapi yang
jelas sekarang pipinya terasa memanas. “Sudahlah, aku mau ke dalam.” Jessica
mencari alasan agar wajahnya yang malu tidak ketahuan dengan berjalan menuruni
jembatan kayu. Tapi langahnya terhenti saat Donghae menarik pergelangan
tangannya.
“Tunggu dulu-”
“Apa yang kalian lakukan
disini?” Suara lembut seseorang membuat mereka menoleh bersamaan, Sandara Park
berdiri beberapa meter memperhatikan mereka. Jessica segera membungkukkan
badannya menyapa Sandara, sedangkan raut muka Donghae langsung berubah total.
“Siapa yang mengizinkanmu
datang?” tanya Donghae ketus pada Sandara, agaknya Jessica sudah tidak kaget
lagi dengan sikap ‘kurang ajar’ Donghae meskipun ia tidak tahu hubungan buruk
seperti apa yang sebenarnya terjadi antara anak dan Ibu tiri tersebut.
“Aku datang bersama komisaris
Lee.” Sandara menjawab dengan tenang.
“Tapi aku tidak merasa
mengundangmu datang.”
“Lee Donghae!” untuk pertama
kalinya Sandara menaikan dua oktaf nada suaranya. Jessica maupun Donghae
sendiri agak terkejut. Berbeda dengan Jessica yang berhasil menutupi
keterkejutannya, Donghae justru tersenyum sinis. Tidak biasanya sifat asli
Sandara mulai terlihat.
“Maaf nona Jung, bisakah kau
tinggalkan kami berdua?” Sandara dengan cepat menguasai emosinya dan meminta
Jessica pergi dengan sopan. Jessica mengangguk, tapi Donghae menahan
pergelangan tangannya.
“Siapa kau? Berani sekali
menyuruhnya untuk pergi.” ucap Donghae sinis, Jessica menatap Donghae dengan
tatapan memelas tapi tidak membuat Donghae sedikitpun melepaskan genggaman
tangannya.
“Ada yang ingin aku katakan-”
“Kalau begitu katakan
sekarang.” Potong Donghae “Jangan khawatir, pacarku ini orang yang bisa dipercaya.”
Jessica menggigit bibir
bawahnya. Tidak tahu situasi yang sebenarnya, sekarang ia harus masuk ke dalam
permasalahan yang lebih rumit lagi dan membuat kepalanya semakin sakit. Sandara
menghela napas lemah, kemudian menyunggingkan senyum simpul. Diam-diam Jessica
mengagumi bagaimana ekpresi wajah Sandara yang cepat berubah seperti bunglon.
“Baiklah, komisaris sudah
melihat kalian selalu bersama sepanjang pesta. Sepertinya ia ingin mengundang
Jessica-si untuk makan malam.”
Raut wajah Jessica berubah
menjadi tegang. Itu artinya komisaris melihatnya sepanjang pesta menempel pada
Donghae. Donghae menghela napas pelan. Hal yang sudah lama ia tunggu akhirnya
datang.
“Tentu saja, aku akan
memperkenalkannya secara resmi.” Donghae melemparkan senyum simpul pada Jessica
“Ayo pergi, aku akan mengantarmu pulang.” Donghae menarik tangan Jessica
mengikuti langkah kakinya meninggalkan Sandara yang masih berdiri diam di
tempatnya.
***
“Sunbae! Itu kan hair
treatment, bukan pasta gigi.” Hyoji salah satu tim feature yang merupakan junior Jessica langsung memandang seniornya
dengan panik. Hyoji mendecak pelan melihat Jessica yang berdiri di depan
wastafel serbaguna di dalam kantor. “Bentuknya sama seperti pasta gigi, pantas
saja sunbae salah ambil.”
Sambil menahan tawa Jessica
melempar benda itu ke atas meja dengan suara keras. Otaknya pasti sangat kacau
karena memikirkan bagaimana ia menerima undangan makan malam Komisaris Lee.
Shindong tidak berani memandang wajah Jessica dan langsung menunduk di atas
meja. Ia tertawa sampai bahunya terguncang-guncang. Mungkin orang lain akan
mengira ia sedang menangis. Selalu ada hari ketika terjadi sesuatu yang tidak
beres. Apapun penyebabnya pada hari semacam itu hal terbaik yang yang dilakukan
adalah istirahat. Jessica kehilangan nafsunya melakukan pekerjaan apapun dan
memilih duduk di meja kerjanya. Tiba-tiba muncul kepala editor Boa, satu
tangannya membawa sikat gigi.
“Sekarang adalah waktu sibuk,
jangan duduk bersantai-santai!”
Sial! Jessica mengumpat dalam
hati. Ia baru duduk sepersekian detik yang lalu. Sejak pagi ia sudah
mengerjakan pekerjaannya, tapi kenapa kepala editor datang saat ia sedang duduk
santai.
Kepala editor Boa membuka rak
dan melemparkan sikat giginya sambil menatap layar monitor. Ia membereskan
laporan-laporan yang sudah ditulis. Jessica memandangi kepala editor dan jadi
bertanya-tanya bagaimana penyihir itu bisa sangat betah sekali berada di
kantor. Kepala editor Boa selalu lembur di kantor. Kadang Jessica menganggap
bahwa penyihir itu tidak suka pulang ke rumah. Orang seperti kepala editor itu
sudah sangat keterlaluan, terlihat tidak memiliki satupun masalah dengan
kehidupannya.
“Kenapa berdiam diri? Hari ini
kau harus ke Ode restaurant untuk
membuat perjanjian tentang artikel di edisi berikutnya.” Tegas kepala editor.
Jessica hanya memutar bola
matanya, ia sudah tahu dan tidak perlu diberitahu. Lagipula ia sudah membuat
perjanjian dengan Ode reastaurant
untuk datang besok pagi. “Tenang saja, aku sudah membereskannya.”
Kepala editor
mengangguk-angguk, kemudian ia mengingat sesuatu dan kembali mendongakkan
kepalanya. “Oh ya, apa yang kau dapat dari pesta semalam?”
Jessica hampir menjatuhkan
tumpukan artikel ditangannya. Uh! Kenapa kepala editor harus menanyakan hal
tersebut. Tidak mungkin jika ia harus bercerita yang sebenarnya, akhirnya
Jessica hanya menghela napas ringan dan menjawab asal. “Aku menikmati makanan
yang lezat.”
Kepala editor Boa mendecakkan
lidahnya, mungkin berpikir kalau hoobaenya
ini sudah menyia-nyiakan kesempatan emas untuk menambah relasi kerja karena
hanya tertarik soal makanan.
“Kepala editor-“ Jessica
nampak ragu untuk melanjutkan kalimatnya, sedangkan kepala editor kembali
mendongak dan menautkan kedua alisnya. “Apa aku boleh meminjam beberapa gaun?”
***
Jessica mendesah pelan, ia
sudah menerima lima balasan pesan sekaligus dari Lee Donghae. Jessica gugup dan
jantungnya berdetak dengan cepat. Bagaimana kalau ia ketahuan hanya sebagai
pacar ‘palsu’ Lee Donghae? Tapi lelaki itu sudah berkali-kali mengatakan untuk
tidak khawatir dan menyerahkan semua padanya. Tepat pukul enam malam mobil
Donghae menepi didepan Jessica yang sudah berdiri di trotoar jalan.
Jessica tidak mengganti
pakaiannya, ia tetap mengunakan pakaian yang sama sejak tadi pagi. Dan
juga-rencana meminjam gaun perusahaan ditolak mentah-mentah kepala editor Boa.
Donghae yang baru turun dari kemudi memandangnya dari ujung kaki sampai ujung
kepala.
“Kau serius akan menemui
Ayahku dengan pakaian seperti ini?”
Jessica mendesah pelan-lagi.
Ia tidak tahu, ia bingung dan juga belum mempersiakan apapun. Donghae mendecak
pelan dan menarik Jessica masuk ke dalam mobilnya. Ia membawa Jessica ke sebuah
butik di kawasan Gangnam.
Sejak keluar masuk keruang
ganti beberapa waktu lalu Jessica tidak mengucapkan sepatah kata pun. Terlihat
jelas raut tegang di wajahnya. Donghae tersenyum tipis dan menepuk pundak Jessica
pelan untuk meyakinkan. “Jangan pasang wajah seperti itu.” protes Donghae.
Jessica menggembungkan
pipinya. Lalu mengutat tubuhnya yang memantul dari cermin. Sepersekian detik
berikutnya ia baru sadar telah memakai gaun manis rancangan Tex Saverio.
Jessica mendadak tersenyum lebar, sudah lama ia menginginkan gaun tersebut tapi
jumlahnya sangat terbatas.
“Aku rasa ini paling cocok.”
Donghae mengangguk puas lalu mengatakan ok
pada salah satu pelayan. Jessica membulatkan matanya tidak percaya, seorang Lee
Donghae benar-benar hebat. Setelah itu Jessica digiring ke sebuah ruangan yang
berisikan macam-macam alat rias. Selama hampir lima belas menit akhirnya
Jessica keluar dan mendapati senyum Donghae yang semakin melebar.
“Apa seperti ini tidak terlalu
berlebihan?” Jessica berdehem pelan, sebenarnya ia sendiri sangat menyukai
penampilannya terutama gaun yang ia kenakan. Donghae hanya tersenyum simpul dan
mengapit lengan Jessica masuk kedalam mobilnya.
***
Donghae dan Jessica digiring
masuk ke dalam sebuah ruangan bergaya klasik-tradisional. Berkali-kali Jessica
berdecak kagum dengan interior serta bangunan yang Donghae sebut sebagai rumah
utamanya. Jessica sering melihat rumah mewah seperti itu di dalam drama dan
film. Ternyata dalam kehidupan nyata memang ada. Lee Donghae benar-benar
seorang chaebol rupanya.
Mereka berhenti sejenak
sebelum masuk ke ruang makan, Jessica mengatur napasnya beberapa kali membuat
Donghae tersenyum tipis. Setelah Jessica mengangguk sebagai kode telah siap,
Donghae menuntunnya masuk. Kedua orang duduk di meja yang sama. Jessica
mengenali satu wanita yang duduk itu adalah Sandara dan satu lagi lelaki paruh
baya-pasti Ayah Lee Donghae. Dengan gugup Jessica membungkuk dan memperkenalkan
diri.
“Annyeonghasseo, nama saya Jung Jessica.”
Berbeda dengan Jessica yang
sangat sopan, Donghae hanya menunduk sekilas pada Ayahnya. Komisaris Lee yang
melihat putranya datang bersama seorang wanita hanya menanggapi salam mereka
dengan mengangguk kecil.
“Silahkan, kemari dan
duduklah.” Sandara menyambut mereka dengan senyum lebar dan mempersilahkan
untuk bergabung di meja makan. Dengan langkah hati-hati Jessica duduk di
samping Donghae.
“Namamu Jung Jessica bukan?
Aku sudah mendengar tentangmu dari Istriku.” Komisaris Lee memulai percakapan
ditengah suasana cangung makan malam, memecah keheningan antara bunyi sendok
dan garpu yang saling beradu. Jessica mengangguk kecil mengiyakan.
“Abeoji pasti mendengar banyak cerita darinya.” Donghae mengatakan
dengan ekspresi datar tapi tetap terdengar seperti sebuah sindiran yang
ditujukan pada Sandara. Apalagi ia hanya menyebut Sandara dengan embel-embel
‘nya’.
“Seharusnya kau memberitahu
sudah memiliki kekasih, jadi Ibumu tidak perlu repot-repot menyiapkan kencan.”
Jessica meneguk salivanya
dengan pelan, ia yakin bahkan deru napasnya akan terdengar keras jika tidak
hati-hati. Donghae tersenyum sinis menanggapi ucapan Ayahnya, ia paling benci
mendengar kata ‘ibu’ setiap kali melihat Sandara.
“Sudah berapa lama kalian
menjadi pasangan kekasih?” tanya Sandara dengan sopan.
“Sudah lama.” Jawab Donghae
dengan singkat. Sandara hanya mengulas senyum simpul sebagai tanda paham.
sedangkan Jessica hanya diam, ia ingat perintah Donghae untuk tidak menjawab
apapun pertanyaan Ayahnya. Donghae yang akan membereskan semuanya.
“Apa pekerjaanmu?” Komisaris
Lee mulai melayangkan pertanyaannya pada Jessica.
“Dia salah satu pegawai di
perusahaan fashion.” Donghae menjawab
dengan cepat. Jessica mendesah dalam hati, dia ini seorang ketua editor, pegawai
perusahaan fashion apanya! Jessica
ingin sekali memukul kepala Lee Donghae padahal mulutnya sudah gatal untuk
menjawab sendiri pertanyaan-pertanyaan itu. Ia bukan seorang tunawicara.
“Apa pekerjaan orang tuamu?”
“Abeoji-“
“Kenapa kau yang terus
menjawab! Aku bertanya pada nona Jessica-si.” Potong komisaris Lee berhasil
membuat Donghae mendesah kesal. Jessica meremas jemari tangannya dan melirik
Donghae sekilas. Akhirnya ia memutuskan untuk melanggar peraturan Donghae untuk
tidak mengatakan apapun pada Ayahnya.
“Uri Abeoji-adalah seorang polisi.” Jawab Jessica hati-hati.
Komisaris Lee mengangguk puas dengan jawaban Jessica. Donghae justru menjadi
orang yang sebenarnya terkejut karena Jessica tidak pernah membahas tentang
keluarga sebelumnya.
“Apa jabatannya dan dimana ia
bertugas?”
Jessica merasa seperti sedang
diinterogasi. Ah, ia ingat pernah menonton adegan yang mirip di dalam drama. Ia
sedikit menyesal dan takjub ternyata mengalami hal yang selama ini ia kira
hanya khayalan. Uh! Jessica mengumpat dirinya sendiri karena masih sempat
membayangkan adegan drama.
“Uri Abeoji adalah seorang kepala polisi district Suwon.”
Donghae melirik Jessica,
antara terkejut dan tidak percaya. Jangan-jangan wanita di sebelahnya ini
sedang mengarang cerita. Tapi dari raut wajah, sepertinya Jessica tidak sedang
bercanda.
“Apa pekerjaan Ibumu-“
“Abeoji!” Donghae memotong kalimat komisaris Lee. Donghae sudah tahu
apa alasan Ayahnya mengundang Jessica makan malam, tentu saja. Ia harus segera
menghentikannya sebelum Jessica merasa tidak nyaman. Tapi di luar dugaan,
Jessica terlihat biasa saja dan justru mengulas senyum tipis.
“Uri Emmonim hanya ibu rumah tangga. Beliau menggurus anak-anaknya
dirumah.” Jawab Jessica enteng “Oh ya, saya juga memiliki seorang kakak
laki-laki yang umurnya dua tahun lebih tua. Ia adalah seorang jaksa di daerah
Incheon.”
Komisaris Lee mengangguk samar
dengan jawaban bertubi-tubi yang Jessica lontarkan. Diam-diam Donghae
menyembunyikan senyum puas melihat reaksi Sandara dan Ayahnya. Ternyata Jessica
jauh lebih baik dari yang dibayangkan, wanita itu bisa menutupi kegugupannya
dengan sangat apik.
“Tapi-dibagian apa kau bekerja?”
Sandara termasuk wanita yang selalu berada di barisan depan dalam hal koneksi
dan dunia bisnis. Sebelumnya ia bahkan pernah menjadi salah satu ketua asosiasi
pengusaha wanita. Tidak heran jika dunia fashion
merupakan salah satu yang ia geluti.
Donghae baru akan mengeluarkan
sepatah huruf tapi sudah terpotong oleh jawaban Jessica. “Aku bekerja sebagai
ketua editor di majalah mode. Tapi
sedikit banyak aku memahami dunia fashion.”
“Aku rasa tidak perlu menjelaskan
lebih rinci lagi. Abeoji sudah
mendapat banyak informasi, kan?” Donghae berdiri dari duduknya, lalu menarik
tangan Jessica untuk bangkit. “kami harus segera pergi, selamat malam.” Tanpa
komando Donghae menarik Jessica mengikuti langkahnya. Jessica yang diseret
Donghae hanya sempat membungkuk dan mengucapkan terima kasih.
Jessica memaksa menghentikan
langkah Donghae saat berada di halaman. Pergelangan tangannya jadi sakit karena
Donghae mengenggamnya dengan erat. Donghae melepaskan gengamannya setelah
menyadari bahwa Jessica meringis kesakitan.
“Apa tidak apa-apa pergi
begitu saja? Kau ini tidak sopan sekali.” gumam Jessica meniup-niup pergelangan
tangannya yang memerah. Donghae meraih pergelangan tangan Jessica dan memeriksa
apakah terluka.
“Kau menutupi kegugupanmu
dengan baik.” Donghae mengulas senyum tipis mengingat bagaimana Jessica
menjawab setiap pertanyaan dari Ayahnya dengan tenang. Pipi Jessica seketika
memerah saat Donghae meniup pergelangan tangannya dengan pelan. “Apakah masih
terasa sakit?”
Jessica menggelengkan kepalanya
dan membuang muka karena malu. Ia tidak sanggup kalau harus bertatapan langsung
dengan mata Lee Donghae. Jantungnya sudah berdetak tak karuan. Bagaimana kalau Donghae
menyadari wajahnya memerah. “Sudah tidak apa-apa.”
Donghae melepaskan tangan
Jessica dan menepuk pelan bahunya. “Ayo, aku akan mengantarmu pulang.”
“Bagaimana dengan gaunnya?”
Jessica masih bergeming dan menunjuk gaun yang ia pakai. Donghae tersenyum
samar dan berjalan mendekati Jessica. Tiba-tiba ia meraih pinggang Jessica dan
memeluknya.
“Untukmu saja.” Ucap Donghae
dengan nada menggoda tepat disamping daun telinga Jessica.
***
Hubungan seperti Tom and Jerry antara presdir Lee Donghae
dan direktur Park Chanyeol sudah diketahui oleh orang-orang yang bekerja di
perusahaan LEAD grup. Kasarnya hal itu sudah menjadi rahasia umum. Komisaris
Lee mengakui kemampuan Park Chanyeol sebagai direktur dan menjadikannya sebagai
pihak yang dipercaya. Akan tetapi hubungannya dengan Lee Donghae sama sekali
berbeda. Mereka berada di umur yang sama, hanya saja keduanya sangat kompetitif
dan bertolak belakang dalam segala hal yang menyangkut perusahaan.
“Presdir Lee, kalau anda tidak
keberatan saya ingin bertanya. Kenapa anda melakukan merger dengan perusahaan lemah seperti itu?”
Lee Donghae seketika
mengangkat alisnya saat mendengar kata ‘lemah’. Direktur Park bertanya dengan
sinis padahal rapat sudah hampir selesai. Peserta rapat lainnya seketika diam
dan gugup menyaksikan ketegangan mereka.
“Tujuan? Bisa kau jelaskan
lagi pertanyaanmu?” Donghae mengetuk-ngetukkan bolpoinnya di meja.
“Kenapa kita harus
membuang-buang uang untuk perusahaan yang tidak jelas? Perusahaan fashion kecil seperti itu bisa bangkrut
kapan saja.”
Meskipun rapat sudah selesai,
pertanyaan direktur Park terdengar seperti tantangan bagi Donghae. Apalagi
sebenarnya jika mau Park Chanyeol bisa membicarakannya secara pribadi. Park
Chanyeol seperti sengaja bertanya di tengah rapat.
“Benar sekali. Menurutmu, apa
kau bisa menemukan orang lain yang perhitungan bisnisnya sangat baik
sepertiku?” Donghae sengaja mengatakannya dengan ekspresi percaya diri membuat
sekertaris Ahn yang awalnya tegang tersenyum lebar.
Ucapan Donghae membuat
karyawan lain di dalam ruang rapat ikut terkejut. Tidak ada yang bisa
memungkiri kemampuan dan bakat berbisnis presdir Lee Donghae. Belum lagi ia
memiliki reputasi sebagai pemegang otoritas terbesar perusahaan. Direktur Park
Chanyeol hanya tersenyum sinis dengan jawaban Lee Donghae.
“Apa masih ada yang ingin kau
bicarakan? Kalau tidak ada, saya pergi dulu. Jika kau ingin mengetahui lebih
lanjut, silahkan ketuk ruanganku.” Donghae berdiri dari duduknya dan melenggang
pergi dengan santai.
Setiap kata yang diucapkan Lee
Donghae dengan penuh kesombongan itu sukses membuat darah Park Chanyeol
mendidih. Direktur Park sudah bekerja keras sejak awal kariernya dari bawah
mendampingi komisaris Lee saat masih menjabat sebagai presdir. Posisi yang
diraihnya dengan cepat karena ia cerdas dalam memainkan strateginya. Akan
tetapi sejak posisi CEO digantikan Lee Donghae hawa perusahaan mulai berubah.
Lee Donghae memecah dan menata ulang piramida kekuasaan yang komisaris Lee
bangun dengan caranya.
“Dia seperti serigala.
Karakternya tajam sekali.” bisik beberapa pegawai setelah Lee Donghae keluar
dari ruang rapat. Lee Donghae memang dikenal dengan tangan dinginnya jika sudah
menyangkut perusahaan, tapi dengan kemampuannya itu saham perusahaan justru
selalu naik dalam hal penjualan dan lainnya.
Begitu keluar dari ruang
rapat, dengan cepat sekertaris Ahn mengejar Donghae dan memberikan tatapan
kagum. Sekertaris Ahn lebih dari sekadar sekertaris, ia adalah orang yang
paling bisa memahami Lee Donghae. Dan kelebihannya adalah pintar mengatasi
berbagai macam masalah. Mungkin Donghae akan memilih sekertaris Ahn sebagai
orang yang paling bisa dipercayainya di antara orang-orang lain di dunia,
termasuk Ayahnya.
***
Donghae tiba disebuah restaurant yang menyajikan makanan
tradisional Korea. Donghae tidak tahu kenapa Sandara memilih restaurant itu agar mereka bisa makan
bersama atau bisa bertemu secara rahasia dan kemungkinan lainnya. Yang jelas restaurant tersebut terlihat mahal dan
sepertinya hanya dikunjungi kalangan atas yang sanggup mengeluarkan uang banyak
hanya untuk sekadar makan.
Perasaan Donghae agak aneh
saat masuk dan mendapati Sandara sudah duduk di seberang meja, ia masih
mengenali dengan jelas bau parfum kesukaan wanita itu. Makanan disajikan secara
teratur di meja bergantian. Satu persatu piring diletakkan di meja dan dalam
waktu singkat seluruh makanan sudah terhidang dengan rapi dan siap disantap.
“Berapa uang yang kau
butuhkan?” Donghae membuka percakapan di antara keheningan mereka.
Sebuah pertanyaan yang tidak
terduga keluar dari mulut Lee Donghae membuat Sandara terkejut. Donghae tidak
memperdulikan ekspresi terluka Sandara dan hanya ingin tahu seberapa serakah
wanita itu. Donghae tidak yakin apakah yang dimilikinya saat ini lebih berharga
dibandingkan nilai yang bisa didapatkannya dengan memiliki hati wanita itu.
“Apa maksudmu? Bagaimana
mungkin kau bisa mengatakan hal seperti itu.”
“Lepaskan ressort di Jeju, sebagai gantinya aku akan memberikan uang dengan
jumlah yang kau inginkan.” Donghae tidak peduli, ia tidak akan membiarkan
Sandara mencampuri kehidupannya dan semua kenangan tentang Ibunya ditempat itu.
“Apa kau akan memberikan
berapapun yang aku inginkan jika melepaskan ressort
itu?” Sandara berkata dengan santai dan mulai menyendok makanannya seolah bisa
membaca pikiran Donghae.
Donghae tersenyum sinis,
berada dihadapan Sandara merupakan hal yang paling membuatnya tidak nyaman. Ia
merasa kedamaiannya terusik jika melihat wanita itu.
“Berapa yang kau inginkan?”
“Semua yang kau miliki,
termasuk dirimu. Itu saja.”
Selain senyum simpul yang
terukir di wajah Sandara, tidak ada ekspresi lain yang bisa Donghae baca.
Benar-benar diluar dugaan, Donghae tidak berhasil membaca ekspresi Sandara.
Tetapi wanita itu tidak memalingkan wajahnya dari tatapan tajam Donghae.
Donghae terkekeh pelan menyadari benteng pertahan Sandara yang tidak terduga,
sekarang giliran Sandara yang tidak bisa membaca ekspresi dari tawa renyah
Donghae.
“Aku ini orang sibuk. Jadi
tidak memiliki waktu untuk bermain-main dengan wanita sepertimu.” Donghae
menanggapi dengan santai Sandara yang menatapnya dengan serius. “Dan
lagi-bukankah aku sudah pernah memperingatimu untuk lari sejauh mungkin? Aku
ini orang yang sangat pendendam.”
Donghae kembali sukses membuat
Sandara bungkam. Sesuai dengan perkiraan Donghae, Sandara memiliki minat yang
sangat besar terhadap uang. Sandara yang sekarang memang sudah berbeda dengan
yang dulu. Memikirkan ketertarikan Sandara terhadap uang dan kekuasaan membuat
Donghae tersenyum sinis.
“Kau pikir dunia bisnis itu
taman bermain? Kau pikir bisa masuk dan melakukan apapun yang kau suka?”
Donghae kembali memperingati Sandara.
“Aku menggunakan tubuhku untuk
masuk ke dalam lingkaran itu dan mencampakan seseorang yang benar-benar
mencintaiku. Aku merasa egois selama ini, tapi aku tidak memiliki pilihan lain.
Bukankah alasan itu sudah cukup?”
Donghae nampak tidak senang
dengan jawaban Sandara yang semakin terang-terangan. Apalagi ucapan tentang
mencampakan seseorang itu dipertegas dengan tatapan matanya. Donghae mencoba
menemukan sedikit keraguan atau rasa gelisah dari mata Sandara, tetapi yang ia
lihat justru sinar mata yang tidak berubah.
“Benar, kau bahkan bangga
menjadi dirimu yang semakin serakah.” Ucap Donghae lirih dan penuh penekanan,
lalu bangkit dari duduknya.
“Perasaanku padamu tidak
pernah berubah.” Langkah Donghae terhenti dengan pernyataan mengejutkan yang
dilontarkan Sandara.
“Tapi perasaanku padamu sudah
berubah.” Donghae tidak membalikkan tubuhnya sedikitpun, setelah mengucapkan
kalimat tajam, Donghae pergi meninggalkan Sandara yang masih duduk berdiam diri
dengan tatapan hampa.
***
Donghae menghempaskan tubuhnya
ke sofa ketika sampai di apartemen. Ia teringat kembali apa yang terjadi hari
ini. Lebih tepatnya apa saja yang terjadi mulai dari rapat sampai pertemuannya
dengan Sandara. Donghae memutar-mutar keningnya yang berdenyut.
“Sial! Sial...!” Donghae terus
mengumpat sambil memukul punggung sofa. Donghae merasa marah, lebih tepatnya
membodohi dirinya sendiri. Donghae adalah tipe manusia yang lebih benci kalah
daripada mati. Donghae kembali teringat percakapannya dengan Sandara. Terlalu
banyak hal yang tidak bisa di jelaskan dengan kata-kata sampai tubuhnya terasa
terbakar karena amarah. Donghae berjalan masuk ke dalam bak mandi dan merendam
dirinya. Berharap amarahnya juga ikut meredam.
Donghae keheranan dan
memiringkan kepalanya. Tidak tahu sudah berapa lama ia tertidur di bak mandi
sampai suhu air yang tadinya hangat menjadi dingin. Setelah melirik jam digital
dari dinding kamar mandinya, Donghae baru sadar sudah berendam selama empat jam
sampai jari tangannya berkerut. Donghae memakai mantel handuknya dan berjalan
menuju dapur. Langit sangat gelap karena sudah larut malam. Beberapa ruang
apartemennya masih terang karena lampu belum dipadamkan. Donghae meneguk air
dari dalam botol. Ia kemudian berjalan menuju sofa dan mengambil ponsel yang
tergeletak. Dari semua pesan sekertaris Ahn yang masuk, ada salah satu pesan
yang menarik perhatiannya.
Kapan sih hutangku bisa lunas?
Donghae terkekeh pelan setelah
membaca deretan frasa singkat yang Jessica kirim padanya. Setelah makan malam
di rumah utama, ia sama sekali belum menghubungi Jessica. Tiba-tiba Donghae
ingin melihat raut wajah Jessica saat mengirim pesan itu padanya.
***
Jessica tidak sempat bermimpi
dan tidak minum obat sakit kepala. Saat bangun tidur hal pertama yang dilakukan
adalah berharap harinya berjalan baik. Jessica mengoleskan lipstik yang baru
dibeli beberapa hari lalu. Kemudian memakai jaket tipis dan memasukkan MP3 ke
dalam tas. Hal terakhir adalah menyemprotkan minyak wangi ke bawah telinga. Parfum Frederic Malle yang
Jessica beli ketika melakukan perjalanan tugas ke Paris.
Menurut peraturan, seminggu
lima hari kerja. Besok adalah akhir pekan dan Jessica sudah memiliki rencana
untuk pulang ke Suwon. Hari ini jadwalnya sudah tidak menumpuk seperti kemarin.
Ia hanya perlu datang ke Ode restaurant
untuk mengambil beberapa gambar menu akhir pekan untuk kembali menulis
artikelnya.
Setelah sampai Jessica melihat
ke sekeliling restaurant. Hanya ada
dapur dan hall yang sepi, kasir, dan
pelayan yang mondar-mandir kesana kemari. Tidak ada pengunjung yang datang. restaurant itu semakin diamati semakin
indah tertata baik. Disisi tembok sebelah kanan ada papan tulis yang didalamnya
terdapat dasi-dasi berwarna putih kecil sebagai hiasan dan menu makanan yang
selalu disesuaikan dengan bahan-bahan segar yang baru di beli.
Lonceng kecil yang terpasang
di pintu kedatangan berbunyi, Jessica menoleh. Astaga! Ia mengerjap beberapa
kali karena wanita cantik yang berjalan masuk itu adalah Choi Sooyoung. Jessica
bergumam pelan. Seoul sangat luas tapi kenapa ia harus bertemu dengan Choi
Sooyoung di sana, Jessica sudah bersiap-siap kemungkinan mood-nya memburuk.
Choi Sooyung terpaksa
tersenyum pada para pelayan yang mengenalinya. Ia bagaikan ‘tuan putri’ yang
dicintai seluruh Korea. Sooyoung mengenakan sunglasses-nya
dan berjalan sambil tersenyum ramah menuju meja di mana Jessica duduk disana.
Untung saja tidak ada karyawan restaurant
yang berani meminta tanda tangan padanya.
“Ketua tim Jung, apa kabar?”
Sooyoung duduk di depan Jessica, tidak ada manager yang mengikuti Sooyoung kemanapun
seperti biasa.
Jessica memandangnya dengan
sebal. Ruangan tersebut rasanya mendadak lebih cerah karena senyuman berlebihan
khas wanita itu, tapi wajah Jessica semakin bertambah serius. Hanya Jessica
yang mampu meremehkan wanita yang diidolakan seluruh penjuru negeri.
“Apa yang nona Sooyoung-si
lakukan disini?” Jessica hanya sedang berbasa-basi. Bagaimanapun juga Sooyoung
adalah aktris yang diidolakan dimana-mana dan sekarang duduk dihadapannya.
“Aku baru pulang liburan dan
sedang free jadwal. Jadi aku
jalan-jalan untuk mencari makanan enak.”
“Sendirian?” Jessica tidak
percaya aktris sekelas Choi Sooyoung berani berkeliaran sendirian, bukankah
tindakan tidak menyenangkan seperti serangan antifans bisa saja terjadi.
“Menurutmu? Sudah jelas aku
datang sendirian.” Cibir Sooyoung tanpa mempedulikan raut muka Jessica yang
mulai sebal. “Kau sendiri?”
“Aku sedang bekerja.” Jessica
balas dendam dengan jawaban singkatnya dan hanya ditanggapi Sooyoung dengan anggukan
sekilas.
“Kau ingin pesan sesuatu?”
“Tidak terima kasih. Aku harus
segera pergi.” Jessica beranjak dari duduknya, baru beberapa menit berbicara
dengan Sooyoung, kerutan di dahinya mungkin sudah bertambah.
“Tunggu dulu, aku ingin
berbicara denganmu.” Sooyoung menahan langkah Jessica dengan memberikan kode
untuk kembali duduk melalui matanya. Jessica menghela napas pelan dan duduk
kembali di kursinya.
“Maaf, apa yang ingin
Sooyoung-si bicarakan denganku? Bukankah urusan kita sudah selesai?” Jessica
memasang wajah serius, urusan pemotretan dan wawancara telah selesai. Ia merasa
hubungannya dengan aktris cantik itu juga tidak akrab. Obrolan mereka terhenti
beberapa saat setelah pelayan mengajikan air putih.
“Apa hubunganmu dengan Lee
Donghae?” Jessica hampir menumpahkan kembali air ke gelas dari dalam mulutnya.
Choi Sooyoung hanya mengeluarkan smirk-nya
melihat keterkejutan Jessica.
“Bagaimana kau tahu-“ Jessica
kembali mengingat. Benar! Wanita yang ada di klub malam bersama Lee Donghae itu
sudah pasti Choi Sooyoung. Jessica menggigit ujung bibirnya karena bingung apa
yang harus ia jelaskan pada Sooyoung tentang hubungannya dengan Donghae.
“Itu-aku-“
“Kau berkencan dengannya?”
“Tidak-tidak tolong jangan
salah paham-“ potong Jessica cepat sambil menggerakkan kedua tangannya sebagai
tanda penolakan. “Tolong percaya hubungan kami tidak seperti itu.”
“Lalu?” Sooyoung menautkan
kedua alisnya, membuat Jessica terdiam sejenak. Berpikirlah dengan keras,
Jess!.
“Aku tahu kau sedang berkencan
dengan Lee Donghae, tapi percayalah tidak ada apa-apa di anatara kami berdua.“
tegas Jessica meyakinkan. Sooyoung mengernyitkan dahinya, kini giliran ia yang
harus mencerna dengan keras ucapan Jessica, beberapa saat kemudian Sooyoung
tertawa geli dan sukses membuat Jessica terkejut.
“Aku? Berkencan dengan Lee
Donghae? Yang benar saja.” Sooyoung menatap Jessica dengan tidak percaya
setelah menyelesaikan tawanya. “Jangan bercanda ketua tim, mana mungkin aku
berkencan dengan Donghae oppa.”
Jessica menautkan kedua
alisnya, Ia sudah sangat yakin kalau Sooyoung berkencan dengan Lee Donghae.
Tapi kenapa reaksi Sooyoung justru seperti sedang mengejeknya. “Tapi-aku
melihat kalian kencan di klub malam bersama.”
“Ya ampun, ketua tim sangat
lucu-“ ucapan Sooyoung terdengar seperti sebuah ejekan ditelinga Jessica.
Sooyoung lalu memajukkan sedikit badannya dan berkata dengan pelan seperti
orang yang berbisik. “Jangan katakan pada siapapun, aku dan Donghae oppa saudara sepupu, loh.”
Jessica membelalakan matanya
tidak percaya. Jadi, selama ini ia sudah termakan kabar burung yang beredar dan
mempercayai kalau Choi Sooyoung kekasih Lee Donghae. Dan lebih mengejutkan dari
itu bahwa kenyataannya Sooyoung adalah sepupu Donghae. Sepertinya semua yang
ada didunia ini sangat mengejutkan, betapa tidak tahu apapun ia di dunia ini.
***
Suasana hati Sooyoung
benar-benar buruk seharian itu. ia menyadari bahwa kurang tdur dan stress berakibat tidak baik bagi kulit.
Akan tetapi ada hal yang lebih menganggu Sooyoung semalaman suntuk. Kenapa
harus Jung Jessica? Setelah pulang dari liburan mendadak ia mendengar kabar
dari beberapa staff ‘setia’ di perusahaan. Gossip
memang selalu menyebar lebih cepat dari rambat sinar matahri. Bagaimanapun ia
tidak mengerti karena hal tersebut tidak akan pernah logis di otaknya.
“Kenapa kau melihatku dengan
tatapan seperti itu?”
Donghae memandang Sooyoung dengan
sunguh-sungguh. Sooyoung mengajukan pertanyaan yang sama dengan pertanyaan yang
dilontarkan pada Jessica satu jam lalu.
“Berani sekali kau menggandeng
tangan wanita lain di pesta, kau bahkan sudah berani memamerkannya di hadapan
pegawai perusahaan.”
Donghae pura-pura tidak
mendengar ucapan Sooyoung dan segera berdiri menyambut sepupunya dengan wajah
tanpa bersalah. “Hmm... pasti liburanmu menyenangkan. Kulitmu juga berubah jadi
sedikit lebih gelap.”
“Oppa!” Sooyoung dengan gemas
mencubit pinggang Donghae yang kemudian meringis kesakitan. Donghae justru
terkekeh pelan melihat raut muka Sooyoung yang sudah tidak sabaran
‘menghabisinya’.
“Oppa, kau benar-benar
berkencan dengan ketua tim Jung?” Sooyoung melepaskan tangannya dari tangan Donghae yang menuntunnya duduk di
sofa.
“Sepertinya kalian sangat
akrab.”
“Jangan mempermainkan ketua
tim Jung! Kau kan tahu dia reporter, bagaimana kalau menulis berita buruk
tentangmu?” kali ini ucapan Sooyoung memang benar. Jung Jessica bisa di katakan
reporter meskipun tittle pekerjaannya
adalah ketua editor. Tidak menutup kemungkinan baginya untuk menulis hal-hal
buruk tentang Donghae yang akan menggemparkan publik.
“Oh ya ampun, adikku ini
perhatian sekali.” Donghae bergurau dengan hati-hati sambil memperhatikan
reaksi Sooyoung. Tapi wanita itu malah semakin mendesis sebal.
“baiklah-baiklah, sudah jangan khawatir. Jessica-si bukan orang seperti itu,
kok.”
“Meskipun aku masih tidak
terlalu senang, kali ini aku memaafkanmu.” Sooyoung menghela napas pelan “Tapi
tetap saja, gossip presdir Lee dan
seorang wanita sudah menyebar di kantor. Bagaimana kalau Ahjussi dengar?”
“Abeoji bahkan sudah bertemu dengannya.”
“Waahh daebak!” seru Sooyoung tidak percaya. Sungguh sulit dipercaya
memang, Sooyoung orang yang paling tahu tentang kondisi Donghae selama ini.
Sejak hubungan ‘penghianatan’ yang Sandara lakukan pada Donghae, tidak sekalipun
sepupunya itu serius dalam menjalin cinta. Tapi sekarang lihatlah, Donghae
bahkan sudah membawa Jessica betemu Ayahnya. “Oppa tidak sedang bercanda, kan?”
Donghae hanya mengulas senyum
tipis sebagai jawaban pertanyaan Sooyoung bahwa apa yang baru saja ia katakan
itu sungguh-sungguh. Baiklah, Sooyoung sudah terlihat dapat menerima dengan
logikanya. Tapi tetap ada secuil perasaan khawatir yang mengusik hatinya,
kenyataan bahwa luka yang tertoreh di hati Donghae sangat dalam dan parah-dan
selama ini belum ada yang bisa mengobatinya.
“Apa kau benar-benar
menyukainya?”
Donghae sesaat mengernyit
mendengar pertanyaan Sooyoung yang dilontarkan dengan raut muka serius. Ada
sesuatu yang berkecamuk di dalam dadanya, tapi Donghae tidak tahu perasaan apa.
Donghae menghela napas pelan dan menyenderkan punggungnya ke sofa. “Aku tidak
yakin.”
Donghae kembali bergumam
pelan. Sooyoung tidak tahu apakah ucapan Donghae hanya untuk membuatnya tenang
atau memang pendapat jujur dari hatinya yang paling dalam. Namun Sooyoung tidak
dapat menebak dengan jelas mana yang benar diantara keduanya.
To be continued
Note:
Akhirnya! part 4 bisa di posting sesuai dengan rencana. Semoga kedepannya terus lancar ya. Dan masih dengan peraturan yang sama, part selanjutnya hanya akan diposting jika komentar dan respon memenuhi kriteria. So, jangan lupa komen ya readersnim~
Finally haesica mncul lgi.. Serruuuu crta ny, part slnjut nya harus lbih serru ya author, ksi msalah yg lbih mnegangkn dan mnyedihkn biar mkinn jleep ke hati.. Hehee
BalasHapusMakasih atas komennya^^
HapusIya ditunggu aja ya cerita part selanjutnya yang lebih seru hehe
Wah udah keluar aja haesica..semoga cepet lanjut ya eon, biar gag lama nunggu cerita lanjutannya. Fighting eon :)
BalasHapusMakasih ya komenmu yang selalu rajin^^ authoenim jadi makin semangat hehe
HapusWah akhirnya di post juga udah lama nunggunya .....kapan part 5 nya... jangan lama ya kak
BalasHapusWah akhirnya di post juga udah lama nunggunya .....kapan part 5 nya... jangan lama ya kak
BalasHapusIya makasih komennya^^
HapusSemoga part selanjutnya gag makan waktu lama soalnya masih proses hehe
Makin penasaran sama ceritanya, moga aja part lanjutannya gag lama updatenya ya authornim
BalasHapusMakasih van komennya, jangan bosen-bosen mampir dan update ff baru ya^^
HapusTetep semangat buat ff icefishy biarin itu gag real ya...kita tetep akan jadi icefishy kok..*tibatibasedih*hehe*semangat
HapusIya jangan bosan loh baca ff icefoshy. Mereka emang bukan real, tapi authornim sendiri tetep cinta pairing Haesica. Biarkan haesica tetap di hati kita hehe /mewek//abaikan/
Hapusomg finally ff yg ditunggu update jugaaa.... makasih ya thor!! Keep writing :)
BalasHapusterima kasih kembali, jangan bosen mampir ya^^
Hapuswaaaahhh tambah rame
BalasHapusjangan lama lama upload part selanjutnya Thor
pleaseeee
Makasih komennya^^
HapusTunggu terus part selanjutnya yang masih dalam proses,semoga bisa cepat diupdate hehe
Kak kok lama jali udah kangen sama ceritanya ni :-[ tanggal berapa emangnya dipost
BalasHapusSalam kenal author cantik^^
BalasHapusPark ah ra imnida, aku reader baru disini
Seneng banget deh rasanya masih ada FF dengan cast haesica, apalagi bahasanya enak dan dikemas apik spt ini.
Cepetan dilanjut yahh eonni part 5 nya, sudah penasaran akut hehe. Semangat! ��
Huuaaaaa...finally romance town nongol lagi stelah lama nunggunya,next chapter cpetan ye thor,ane udh g sabar nih.ah iya banyakin adegan haesica juga
BalasHapusKaakk pleaseee lanjut lagi dong ff nya
BalasHapusUdahhh nunggu nihhh ๐๐
Casinos Near Casinos Near Casinos and Resorts in Michigan
BalasHapusA map showing casinos and other ์ํฅ ์ถ์ฅ๋ง์ฌ์ง gaming facilities located near casinos and ์ธ์ฒ๊ด์ญ ์ถ์ฅ์๋ง resorts in Michigan, located in ์์ฐ ์ถ์ฅ๋ง์ฌ์ง Rock ๋จ์์ฃผ ์ถ์ฅ์๋ง Creek at ๊ด๋ช ์ถ์ฅ์๋ง Casino Creek in Michigan,