Rain

Rain Cloud

Sabtu, 14 Mei 2016

FF Romance Town : Haesica (Part 4)



 Haesica: Romance Town Part 4


Tittle :  Romance Town || Author :  Sae || Main Cast :  Lee Donghae & Jessica Jung || Support Cast : Sandara Park, Choi Sooyoung, Kwon Boa, Leeteuk, Kim Taeyeon, Nana, Shindong, ect. || Genre :  Romance comedy || Part :  4 ||

Setelah turun dari taxi tepat di depan pintu masuk sebuah ressort mewah, Jessica berjalan  ke dalam tempat pesta. Sepertinya ia terlalu tegang. Kepala editor sudah mengancamnya dengan berbagai hal mulai dari menjaga sikap, ucapan, bahkan gaun yang harus ia gunakan. Alhasil sedari pagi Jessica hanya berputar-putar di depan kaca dan membongkar isi lemarinya untuk memilih gaun yang harus dipakai. Pada akhirnya pilihannya tetap saja jatuh pada gaun Dior Homme hitam selutut yang di lapisi burkat tipis.

Jessica masuk ke aula pesta dan menyadari betapa kelasnya acara tersebut setelah menemukan beberapa orang penting yang sering ia lihat di artikel bisnis dan saham. Setelah mengedarkan netranya, Jessica buru-buru menghampiri rekan wartawan yang ia kenal. Jessica menyapa beberapa senior dan kenalan dari perusahaan majalah lain sebagai perwakilan majalah A-Style. Ia hanya tersenyum canggung saat mereka mulai membicarakan kepala editor Boa yang tidak bisa hadir, padahal mereka ingin sekali bertemu dengannya. Jessica mendesah pelan, kelamaan ia tidak tertarik dengan topik obrolan mereka. Karena bosan ia berjalan menuju meja hidangan. Air liurnya terasa akan menetes melihat betapa menggodanya makanan yang disajikan. Jessica ingin mencoba setidaknya satu persatu dari semua jenis makanan yang tersedia.

Ternyata tidak selamanya berada di tengah pesta itu menyenangkan seperti yang ia bayangkan. Pada intinya, ia lebih suka menulis artikel ataupun memburu berita dibandingkan berdiri dan mengobrol seperti wanita sosialita. Jessica meneguk habis orange squass setelah mencicipi beberapa dissert yang tersedia. Ia hampir tersedak saat seseorang menepuk pundaknya. Surprise!. Jessica membulatkan matanya lebar mendapati Donghae berdiri dengan senyum mengembang. Donghae mengenakan stelan bermerek yang bercahaya karena terkena lampu.

“Apa yang kau lakukan disini?”

Donghae mengernyitkan dahinya, merasa konyol dengan pertanyaan Jessica yang asal. Tentu saja ia ada disana “Apa maksudmu? Ini kan pesta pembukaan ressort keluargaku, tentu saja aku harus berada disini.”

Jessica lagi-lagi hampir tersedak salivanya sendiri. Ia membulatkan matanya dan menyesal kenapa tidak mencari tahu lebih dulu. Jessica merutuk, harusnya ia menolak undangan yang kepala editor Boa berikan padanya. Atau jangan-jangan penyihir itu tahu ia memiliki hubungan palsu dengan pemilik pesta alias Lee Donghae sehingga sengaja mengirimnya.

Sajangnim-“ lelaki paruh baya dengan stelan kemeja yang baru datang menjeda kalimatnya setelah melihat Jessica, kemudian ia membungkuk menyapa “Oh nona tempo hari, apa kabar?”

Jessica mengulas senyum tipis dan membalas sapaan lelaki yang diingatnya sebagai sekertaris itu dengan membungkuk singkat. Sekertaris Ahn tersenyum ramah kemudian kembali pada hal yang ingin ia sampaikan. Donghae mengangguk beberapa kali setelah sekertaris Ahn membisikkan sesuatu ke telingannya.

“Saya harap nona Jung menikmati pestanya.” Ucap sekertaris Ahn sebelum akhirnya undur diri. Jessica mengernyitkan dahinya, sekertaris Ahn ternyata masih ingat namanya.

“Bagaimana kau bisa ada disini?” tanya Donghae mengalihkan fokus Jessica.

“Aku-aku datang sebagai perwakilan A-style.”

Donghae mengangguk-angguk paham “Kalau begitu nona wartawan tolong tulis artikel yang baik tentang ressortku ya.”

Jessica menggembungkan pipinya dengan sebutan ‘nona wartawan’ pada kalimat terakhir Lee Donghae “Aku ini seorang ketua editor, bukan wartawan-dan lagi aku datang untuk menikmati pesta undangan, bukan untuk menulis artikel, menambah pekerjaan saja.”

Donghae terkekeh pelan dengan omelan Jessica, bisa-bisanya wanita itu masih sempat mengomel di tengah pesta “baiklah-baiklah, kalau begitu kau harus menikmati pestanya.”

“Ngomong-ngomong, apa seluruh tamu yang datang relasi bisnismu?” Jessica mengedarkan seluruh pandangannya menyapu tamu undangan,  beberapa orang ia kenali sebagai petinggi perusahaan majalah yang hebat.

“Tentu saja, kenapa? Kau baru sadar ya kalau aku ini orang yang sangat penting?” Donghae mendecakkan lidahnya. Jessica tersenyum nyinyir dengan kepercayaan diri Donghae.

“Ya ampun, baiklah-baiklah, sajangnim~” Jessica menekankan kata sajangnim dan membuat Donghae kembali terkekeh pelan.

Tiba-tiba donghae menarik pergelangan tangan Jessica mengikuti langkahnya. Jessica yang tidak sempat menolak hanya bisa menuruti langkah Donghae. Jessica baru menyadari sudah berada disekitar orang-orang yang tadi ia tunjuk sebagai ‘orang penting’ saat Donghae melepaskan genggaman tangannya.

“Song hwejangnim, perkenalkan dia adalah salah satu ketua editor.” Donghae menyapa salah satu ketua direktur pemasaran iklan terkemuka. Jessica buru-buru memperkenalkan diri setelah Donghae memberikan kode dengan lirikan matanya.

Annyeonghasseo, nama saya Jung Jessica.” Ucap Jessica mengendalikan kegugupannya, oh tidak, ia bahkan lupa menyematkan nama A-style. Jika kepala editor Boa tahu, ia bisa langsung di cap sebagai pegawai tidak tahu diri karena tidak mau menyematkan nama perusahaannya bekerja.

“Senang bertemu denganmu, aku yakin kau pasti sudah mengenalku kan?” Song hwejangnim tertawa pelan dengan candaannya. Mau tidak mau Jessica mengiyakan dengan mengangguk semangat, lagipula siapa yang tidak mengenal Song hwejangnim. Ia adalah direktur pemasaran yang membawahi beberapa perusahaan besar-yang tentunya sangat berpengaruh bagi dunia fashion.

“Aku rasa perlu memperkenalkannya padamu. Ngomong-ngomong dia adalah ketua editor yang masih butuh banyak bimbingan.” Donghae menambahkan deskripsi tentang Jessica dengan seenaknya, membuat Jessica menggerutu dalam hati.

“Tentu saja, nona Jung bisa meminta bantuanku jika memerlukan sesuatu.” Song hwejangnim mengembangkan senyumnya, Jessica hanya bisa tersenyum dengan canggung.

Setelah itu obrolan mereka berubah dari satu topik ke topik lain. Jessica yang merasa tidak mengetahui banyak hal memilih untuk diam dan hanya menyunggingkan senyumnya. Begitu seterusnya saat Donghae mengajaknya menyapa beberapa tamu undangan. Jessica sendiri tidak tahu alasan Donghae menyuruhnya terus menempel, tapi sisi baiknya ia mendapat banyak channel yang tentu adalah ‘orang penting’ dalam lingkup kerjanya. Hanya saja Jessica merasa tertekan karena tidak bisa dipungkiri tamu undangan yang hadir memperhatikan seorang wanita yang selalu berdiri di samping presdir muda.

*** 

Jessica sudah meneguk dua gelas minuman, tapi kerongkongannya masih terasa kering. Bukan hanya kerongkongannya tapi setiap tatapan mata yang selalu memperhatikan gerak-gerik membuatnya dua kali merasa lebih haus. Setelah mendapatkan kesempatan untuk kabur dari Donghae dan belasan tatap mata, Jessica buru-buru mencari tempat yang sepi. Ia tidak bisa bernapas dengan benar selama berada di dalam, apalagi didekat seorang Lee Donghae yang selalu menarik perhatian.

Jessica melangkahkan kakinya ke sebuah jembatan kayu di tengah taman buatan yang menghubungkan antara aula ressort dengan bangunan lainnya. Jika diperhatikan ressort itu memang dibangun dengan desain yang akan membuat siapapun berdecak kagum sekaligus merasa betah berada di dalamnya. Jessica berhenti di tengah jembatan dan memperhatikan gemericik air dari sungai buatan. Sesaat perasaannya menjadi nyaman, angin lembut yang berhembus semakin membiusnya. Saat itu, ada seseorang yang menarik lengannya.

“Aku mencarimu, ternyata disini.”

Jessica yang terkejut menolehkan kepalanya dan mendapati Donghae di sampingnya. Jessica menghela napas pelan, kalau Donghae mengajaknya berkeliling lagi ia sudah memutuskan akan menolak. “Kenapa kau menyuruhku terus menempelimu sih, aku kan jadi pusat perhatian orang.”

“Kau kan pacarku.” Ucapan enteng Donghae sukses membuat manik Jessica membulat lebar. Ah ia lupa, ia kan memang pacar ‘palsu’ Lee Donghae.

“Aku kan datang sebagai tamu!”

“Mau bagaimana lagi, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Kau menikmati pesta sekaligus membayar hutangmu dengan pura-pura menjadi pacarku. Bukankah menguntungkan?”

Jessica menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal. Benar-benar sial, ia bahkan tidak diizinkan menikmati pesta yang belum tentu bisa ia hadiri dengan perasaan tenang. Donghae mengulum senyum pelan melihat reaksi lucu Jessica.

“Oh iya aku belum sempat mengatakan ini, tapi kenapa kau pakai gaun yang norak sekali.”

Jessica mengernyitkan dahinya mendengar ucapan Donghae. Keterlaluan, bagaimana mungkin Lee Donghae mengatai gaunnya norak. “Apa? Ya ampun kau, ini gaun mahal tau! Aku mendapatkannya dengan mengumpulkan gajiku selama tiga bulan!”

“Aku bercanda, kok.” Donghae terkekeh pelan dengan wajah menyebalkan “Kau cantik, cantik, kok.”

Jessica tidak yakin apakah Donghae mengatakannya dengan serius atau hanya sebuah candaan lagi, tapi yang jelas sekarang pipinya terasa memanas. “Sudahlah, aku mau ke dalam.” Jessica mencari alasan agar wajahnya yang malu tidak ketahuan dengan berjalan menuruni jembatan kayu. Tapi langahnya terhenti saat Donghae menarik pergelangan tangannya.

“Tunggu dulu-”

“Apa yang kalian lakukan disini?” Suara lembut seseorang membuat mereka menoleh bersamaan, Sandara Park berdiri beberapa meter memperhatikan mereka. Jessica segera membungkukkan badannya menyapa Sandara, sedangkan raut muka Donghae langsung berubah total.

“Siapa yang mengizinkanmu datang?” tanya Donghae ketus pada Sandara, agaknya Jessica sudah tidak kaget lagi dengan sikap ‘kurang ajar’ Donghae meskipun ia tidak tahu hubungan buruk seperti apa yang sebenarnya terjadi antara anak dan Ibu tiri tersebut.

“Aku datang bersama komisaris Lee.” Sandara menjawab dengan tenang.

“Tapi aku tidak merasa mengundangmu datang.”

“Lee Donghae!” untuk pertama kalinya Sandara menaikan dua oktaf nada suaranya. Jessica maupun Donghae sendiri agak terkejut. Berbeda dengan Jessica yang berhasil menutupi keterkejutannya, Donghae justru tersenyum sinis. Tidak biasanya sifat asli Sandara mulai terlihat.

“Maaf nona Jung, bisakah kau tinggalkan kami berdua?” Sandara dengan cepat menguasai emosinya dan meminta Jessica pergi dengan sopan. Jessica mengangguk, tapi Donghae menahan pergelangan tangannya.

“Siapa kau? Berani sekali menyuruhnya untuk pergi.” ucap Donghae sinis, Jessica menatap Donghae dengan tatapan memelas tapi tidak membuat Donghae sedikitpun melepaskan genggaman tangannya.

“Ada yang ingin aku katakan-”

“Kalau begitu katakan sekarang.” Potong Donghae “Jangan khawatir, pacarku ini orang yang bisa dipercaya.”

Jessica menggigit bibir bawahnya. Tidak tahu situasi yang sebenarnya, sekarang ia harus masuk ke dalam permasalahan yang lebih rumit lagi dan membuat kepalanya semakin sakit. Sandara menghela napas lemah, kemudian menyunggingkan senyum simpul. Diam-diam Jessica mengagumi bagaimana ekpresi wajah Sandara yang cepat berubah seperti bunglon.

“Baiklah, komisaris sudah melihat kalian selalu bersama sepanjang pesta. Sepertinya ia ingin mengundang Jessica-si untuk makan malam.”

Raut wajah Jessica berubah menjadi tegang. Itu artinya komisaris melihatnya sepanjang pesta menempel pada Donghae. Donghae menghela napas pelan. Hal yang sudah lama ia tunggu akhirnya datang.

“Tentu saja, aku akan memperkenalkannya secara resmi.” Donghae melemparkan senyum simpul pada Jessica “Ayo pergi, aku akan mengantarmu pulang.” Donghae menarik tangan Jessica mengikuti langkah kakinya meninggalkan Sandara yang masih berdiri diam di tempatnya.

*** 

Sunbae! Itu kan hair treatment, bukan pasta gigi.” Hyoji salah satu tim feature yang merupakan junior Jessica langsung memandang seniornya dengan panik. Hyoji mendecak pelan melihat Jessica yang berdiri di depan wastafel serbaguna di dalam kantor. “Bentuknya sama seperti pasta gigi, pantas saja sunbae salah ambil.”

Sambil menahan tawa Jessica melempar benda itu ke atas meja dengan suara keras. Otaknya pasti sangat kacau karena memikirkan bagaimana ia menerima undangan makan malam Komisaris Lee. Shindong tidak berani memandang wajah Jessica dan langsung menunduk di atas meja. Ia tertawa sampai bahunya terguncang-guncang. Mungkin orang lain akan mengira ia sedang menangis. Selalu ada hari ketika terjadi sesuatu yang tidak beres. Apapun penyebabnya pada hari semacam itu hal terbaik yang yang dilakukan adalah istirahat. Jessica kehilangan nafsunya melakukan pekerjaan apapun dan memilih duduk di meja kerjanya. Tiba-tiba muncul kepala editor Boa, satu tangannya membawa sikat gigi.

“Sekarang adalah waktu sibuk, jangan duduk bersantai-santai!”

Sial! Jessica mengumpat dalam hati. Ia baru duduk sepersekian detik yang lalu. Sejak pagi ia sudah mengerjakan pekerjaannya, tapi kenapa kepala editor datang saat ia sedang duduk santai.

Kepala editor Boa membuka rak dan melemparkan sikat giginya sambil menatap layar monitor. Ia membereskan laporan-laporan yang sudah ditulis. Jessica memandangi kepala editor dan jadi bertanya-tanya bagaimana penyihir itu bisa sangat betah sekali berada di kantor. Kepala editor Boa selalu lembur di kantor. Kadang Jessica menganggap bahwa penyihir itu tidak suka pulang ke rumah. Orang seperti kepala editor itu sudah sangat keterlaluan, terlihat tidak memiliki satupun masalah dengan kehidupannya.

“Kenapa berdiam diri? Hari ini kau harus ke Ode restaurant untuk membuat perjanjian tentang artikel di edisi berikutnya.” Tegas kepala editor.

Jessica hanya memutar bola matanya, ia sudah tahu dan tidak perlu diberitahu. Lagipula ia sudah membuat perjanjian dengan Ode reastaurant untuk datang besok pagi. “Tenang saja, aku sudah membereskannya.”

Kepala editor mengangguk-angguk, kemudian ia mengingat sesuatu dan kembali mendongakkan kepalanya. “Oh ya, apa yang kau dapat dari pesta semalam?”

Jessica hampir menjatuhkan tumpukan artikel ditangannya. Uh! Kenapa kepala editor harus menanyakan hal tersebut. Tidak mungkin jika ia harus bercerita yang sebenarnya, akhirnya Jessica hanya menghela napas ringan dan menjawab asal. “Aku menikmati makanan yang lezat.”

Kepala editor Boa mendecakkan lidahnya, mungkin berpikir kalau hoobaenya ini sudah menyia-nyiakan kesempatan emas untuk menambah relasi kerja karena hanya tertarik soal makanan.

“Kepala editor-“ Jessica nampak ragu untuk melanjutkan kalimatnya, sedangkan kepala editor kembali mendongak dan menautkan kedua alisnya. “Apa aku boleh meminjam beberapa gaun?”

*** 

Jessica mendesah pelan, ia sudah menerima lima balasan pesan sekaligus dari Lee Donghae. Jessica gugup dan jantungnya berdetak dengan cepat. Bagaimana kalau ia ketahuan hanya sebagai pacar ‘palsu’ Lee Donghae? Tapi lelaki itu sudah berkali-kali mengatakan untuk tidak khawatir dan menyerahkan semua padanya. Tepat pukul enam malam mobil Donghae menepi didepan Jessica yang sudah berdiri di trotoar jalan.

Jessica tidak mengganti pakaiannya, ia tetap mengunakan pakaian yang sama sejak tadi pagi. Dan juga-rencana meminjam gaun perusahaan ditolak mentah-mentah kepala editor Boa. Donghae yang baru turun dari kemudi memandangnya dari ujung kaki sampai ujung kepala.

“Kau serius akan menemui Ayahku dengan pakaian seperti ini?”

Jessica mendesah pelan-lagi. Ia tidak tahu, ia bingung dan juga belum mempersiakan apapun. Donghae mendecak pelan dan menarik Jessica masuk ke dalam mobilnya. Ia membawa Jessica ke sebuah butik di kawasan Gangnam.

Sejak keluar masuk keruang ganti beberapa waktu lalu Jessica tidak mengucapkan sepatah kata pun. Terlihat jelas raut tegang di wajahnya. Donghae tersenyum tipis dan menepuk pundak Jessica pelan untuk meyakinkan. “Jangan pasang wajah seperti itu.” protes Donghae.

Jessica menggembungkan pipinya. Lalu mengutat tubuhnya yang memantul dari cermin. Sepersekian detik berikutnya ia baru sadar telah memakai gaun manis rancangan Tex Saverio. Jessica mendadak tersenyum lebar, sudah lama ia menginginkan gaun tersebut tapi jumlahnya sangat terbatas.

“Aku rasa ini paling cocok.” Donghae mengangguk puas lalu mengatakan ok pada salah satu pelayan. Jessica membulatkan matanya tidak percaya, seorang Lee Donghae benar-benar hebat. Setelah itu Jessica digiring ke sebuah ruangan yang berisikan macam-macam alat rias. Selama hampir lima belas menit akhirnya Jessica keluar dan mendapati senyum Donghae yang semakin melebar.

“Apa seperti ini tidak terlalu berlebihan?” Jessica berdehem pelan, sebenarnya ia sendiri sangat menyukai penampilannya terutama gaun yang ia kenakan. Donghae hanya tersenyum simpul dan mengapit lengan Jessica masuk kedalam mobilnya.

*** 

Donghae dan Jessica digiring masuk ke dalam sebuah ruangan bergaya klasik-tradisional. Berkali-kali Jessica berdecak kagum dengan interior serta bangunan yang Donghae sebut sebagai rumah utamanya. Jessica sering melihat rumah mewah seperti itu di dalam drama dan film. Ternyata dalam kehidupan nyata memang ada. Lee Donghae benar-benar seorang chaebol rupanya.

Mereka berhenti sejenak sebelum masuk ke ruang makan, Jessica mengatur napasnya beberapa kali membuat Donghae tersenyum tipis. Setelah Jessica mengangguk sebagai kode telah siap, Donghae menuntunnya masuk. Kedua orang duduk di meja yang sama. Jessica mengenali satu wanita yang duduk itu adalah Sandara dan satu lagi lelaki paruh baya-pasti Ayah Lee Donghae. Dengan gugup Jessica membungkuk dan memperkenalkan diri.

Annyeonghasseo, nama saya Jung Jessica.”

Berbeda dengan Jessica yang sangat sopan, Donghae hanya menunduk sekilas pada Ayahnya. Komisaris Lee yang melihat putranya datang bersama seorang wanita hanya menanggapi salam mereka dengan mengangguk kecil.

“Silahkan, kemari dan duduklah.” Sandara menyambut mereka dengan senyum lebar dan mempersilahkan untuk bergabung di meja makan. Dengan langkah hati-hati Jessica duduk di samping Donghae.

“Namamu Jung Jessica bukan? Aku sudah mendengar tentangmu dari Istriku.” Komisaris Lee memulai percakapan ditengah suasana cangung makan malam, memecah keheningan antara bunyi sendok dan garpu yang saling beradu. Jessica mengangguk kecil mengiyakan.

Abeoji pasti mendengar banyak cerita darinya.” Donghae mengatakan dengan ekspresi datar tapi tetap terdengar seperti sebuah sindiran yang ditujukan pada Sandara. Apalagi ia hanya menyebut Sandara dengan embel-embel ‘nya’.

“Seharusnya kau memberitahu sudah memiliki kekasih, jadi Ibumu tidak perlu repot-repot menyiapkan kencan.”

Jessica meneguk salivanya dengan pelan, ia yakin bahkan deru napasnya akan terdengar keras jika tidak hati-hati. Donghae tersenyum sinis menanggapi ucapan Ayahnya, ia paling benci mendengar kata ‘ibu’ setiap kali melihat Sandara.

“Sudah berapa lama kalian menjadi pasangan kekasih?” tanya Sandara dengan sopan.

“Sudah lama.” Jawab Donghae dengan singkat. Sandara hanya mengulas senyum simpul sebagai tanda paham. sedangkan Jessica hanya diam, ia ingat perintah Donghae untuk tidak menjawab apapun pertanyaan Ayahnya. Donghae yang akan membereskan semuanya.

“Apa pekerjaanmu?” Komisaris Lee mulai melayangkan pertanyaannya pada Jessica.

“Dia salah satu pegawai di perusahaan fashion.” Donghae menjawab dengan cepat. Jessica mendesah dalam hati, dia ini seorang ketua editor, pegawai perusahaan fashion apanya! Jessica ingin sekali memukul kepala Lee Donghae padahal mulutnya sudah gatal untuk menjawab sendiri pertanyaan-pertanyaan itu. Ia bukan seorang tunawicara.

“Apa pekerjaan orang tuamu?” 

Abeoji-“

“Kenapa kau yang terus menjawab! Aku bertanya pada nona Jessica-si.” Potong komisaris Lee berhasil membuat Donghae mendesah kesal. Jessica meremas jemari tangannya dan melirik Donghae sekilas. Akhirnya ia memutuskan untuk melanggar peraturan Donghae untuk tidak mengatakan apapun pada Ayahnya.

Uri Abeoji-adalah seorang polisi.” Jawab Jessica hati-hati. Komisaris Lee mengangguk puas dengan jawaban Jessica. Donghae justru menjadi orang yang sebenarnya terkejut karena Jessica tidak pernah membahas tentang keluarga sebelumnya.

“Apa jabatannya dan dimana ia bertugas?”

Jessica merasa seperti sedang diinterogasi. Ah, ia ingat pernah menonton adegan yang mirip di dalam drama. Ia sedikit menyesal dan takjub ternyata mengalami hal yang selama ini ia kira hanya khayalan. Uh! Jessica mengumpat dirinya sendiri karena masih sempat membayangkan adegan drama.
Uri Abeoji adalah seorang kepala polisi district Suwon.”

Donghae melirik Jessica, antara terkejut dan tidak percaya. Jangan-jangan wanita di sebelahnya ini sedang mengarang cerita. Tapi dari raut wajah, sepertinya Jessica tidak sedang bercanda.

“Apa pekerjaan Ibumu-“

Abeoji!” Donghae memotong kalimat komisaris Lee. Donghae sudah tahu apa alasan Ayahnya mengundang Jessica makan malam, tentu saja. Ia harus segera menghentikannya sebelum Jessica merasa tidak nyaman. Tapi di luar dugaan, Jessica terlihat biasa saja dan justru mengulas senyum tipis.

Uri Emmonim hanya ibu rumah tangga. Beliau menggurus anak-anaknya dirumah.” Jawab Jessica enteng “Oh ya, saya juga memiliki seorang kakak laki-laki yang umurnya dua tahun lebih tua. Ia adalah seorang jaksa di daerah Incheon.”

Komisaris Lee mengangguk samar dengan jawaban bertubi-tubi yang Jessica lontarkan. Diam-diam Donghae menyembunyikan senyum puas melihat reaksi Sandara dan Ayahnya. Ternyata Jessica jauh lebih baik dari yang dibayangkan, wanita itu bisa menutupi kegugupannya dengan sangat apik.

“Tapi-dibagian apa kau bekerja?” Sandara termasuk wanita yang selalu berada di barisan depan dalam hal koneksi dan dunia bisnis. Sebelumnya ia bahkan pernah menjadi salah satu ketua asosiasi pengusaha wanita. Tidak heran jika dunia fashion merupakan salah satu yang ia geluti.

Donghae baru akan mengeluarkan sepatah huruf tapi sudah terpotong oleh jawaban Jessica. “Aku bekerja sebagai ketua editor di majalah mode. Tapi sedikit banyak aku memahami dunia fashion.”

“Aku rasa tidak perlu menjelaskan lebih rinci lagi. Abeoji sudah mendapat banyak informasi, kan?” Donghae berdiri dari duduknya, lalu menarik tangan Jessica untuk bangkit. “kami harus segera pergi, selamat malam.” Tanpa komando Donghae menarik Jessica mengikuti langkahnya. Jessica yang diseret Donghae hanya sempat membungkuk dan mengucapkan terima kasih.

Jessica memaksa menghentikan langkah Donghae saat berada di halaman. Pergelangan tangannya jadi sakit karena Donghae mengenggamnya dengan erat. Donghae melepaskan gengamannya setelah menyadari bahwa Jessica meringis kesakitan.

“Apa tidak apa-apa pergi begitu saja? Kau ini tidak sopan sekali.” gumam Jessica meniup-niup pergelangan tangannya yang memerah. Donghae meraih pergelangan tangan Jessica dan memeriksa apakah terluka.

“Kau menutupi kegugupanmu dengan baik.” Donghae mengulas senyum tipis mengingat bagaimana Jessica menjawab setiap pertanyaan dari Ayahnya dengan tenang. Pipi Jessica seketika memerah saat Donghae meniup pergelangan tangannya dengan pelan. “Apakah masih terasa sakit?”

Jessica menggelengkan kepalanya dan membuang muka karena malu. Ia tidak sanggup kalau harus bertatapan langsung dengan mata Lee Donghae. Jantungnya sudah berdetak tak karuan. Bagaimana kalau Donghae menyadari wajahnya memerah. “Sudah tidak apa-apa.”

Donghae melepaskan tangan Jessica dan menepuk pelan bahunya. “Ayo, aku akan mengantarmu pulang.”

“Bagaimana dengan gaunnya?” Jessica masih bergeming dan menunjuk gaun yang ia pakai. Donghae tersenyum samar dan berjalan mendekati Jessica. Tiba-tiba ia meraih pinggang Jessica dan memeluknya.

“Untukmu saja.” Ucap Donghae dengan nada menggoda tepat disamping daun telinga Jessica.

***

Hubungan seperti Tom and Jerry antara presdir Lee Donghae dan direktur Park Chanyeol sudah diketahui oleh orang-orang yang bekerja di perusahaan LEAD grup. Kasarnya hal itu sudah menjadi rahasia umum. Komisaris Lee mengakui kemampuan Park Chanyeol sebagai direktur dan menjadikannya sebagai pihak yang dipercaya. Akan tetapi hubungannya dengan Lee Donghae sama sekali berbeda. Mereka berada di umur yang sama, hanya saja keduanya sangat kompetitif dan bertolak belakang dalam segala hal yang menyangkut perusahaan.

“Presdir Lee, kalau anda tidak keberatan saya ingin bertanya. Kenapa anda melakukan merger dengan perusahaan lemah seperti itu?”

Lee Donghae seketika mengangkat alisnya saat mendengar kata ‘lemah’. Direktur Park bertanya dengan sinis padahal rapat sudah hampir selesai. Peserta rapat lainnya seketika diam dan gugup menyaksikan ketegangan mereka.

“Tujuan? Bisa kau jelaskan lagi pertanyaanmu?” Donghae mengetuk-ngetukkan bolpoinnya di meja.

“Kenapa kita harus membuang-buang uang untuk perusahaan yang tidak jelas? Perusahaan fashion kecil seperti itu bisa bangkrut kapan saja.”

Meskipun rapat sudah selesai, pertanyaan direktur Park terdengar seperti tantangan bagi Donghae. Apalagi sebenarnya jika mau Park Chanyeol bisa membicarakannya secara pribadi. Park Chanyeol seperti sengaja bertanya di tengah rapat.

“Benar sekali. Menurutmu, apa kau bisa menemukan orang lain yang perhitungan bisnisnya sangat baik sepertiku?” Donghae sengaja mengatakannya dengan ekspresi percaya diri membuat sekertaris Ahn yang awalnya tegang tersenyum lebar.

Ucapan Donghae membuat karyawan lain di dalam ruang rapat ikut terkejut. Tidak ada yang bisa memungkiri kemampuan dan bakat berbisnis presdir Lee Donghae. Belum lagi ia memiliki reputasi sebagai pemegang otoritas terbesar perusahaan. Direktur Park Chanyeol hanya tersenyum sinis dengan jawaban Lee Donghae.

“Apa masih ada yang ingin kau bicarakan? Kalau tidak ada, saya pergi dulu. Jika kau ingin mengetahui lebih lanjut, silahkan ketuk ruanganku.” Donghae berdiri dari duduknya dan melenggang pergi dengan santai.

Setiap kata yang diucapkan Lee Donghae dengan penuh kesombongan itu sukses membuat darah Park Chanyeol mendidih. Direktur Park sudah bekerja keras sejak awal kariernya dari bawah mendampingi komisaris Lee saat masih menjabat sebagai presdir. Posisi yang diraihnya dengan cepat karena ia cerdas dalam memainkan strateginya. Akan tetapi sejak posisi CEO digantikan Lee Donghae hawa perusahaan mulai berubah. Lee Donghae memecah dan menata ulang piramida kekuasaan yang komisaris Lee bangun dengan caranya.

“Dia seperti serigala. Karakternya tajam sekali.” bisik beberapa pegawai setelah Lee Donghae keluar dari ruang rapat. Lee Donghae memang dikenal dengan tangan dinginnya jika sudah menyangkut perusahaan, tapi dengan kemampuannya itu saham perusahaan justru selalu naik dalam hal penjualan dan lainnya.

Begitu keluar dari ruang rapat, dengan cepat sekertaris Ahn mengejar Donghae dan memberikan tatapan kagum. Sekertaris Ahn lebih dari sekadar sekertaris, ia adalah orang yang paling bisa memahami Lee Donghae. Dan kelebihannya adalah pintar mengatasi berbagai macam masalah. Mungkin Donghae akan memilih sekertaris Ahn sebagai orang yang paling bisa dipercayainya di antara orang-orang lain di dunia, termasuk Ayahnya.

*** 

Donghae tiba disebuah restaurant yang menyajikan makanan tradisional Korea. Donghae tidak tahu kenapa Sandara memilih restaurant itu agar mereka bisa makan bersama atau bisa bertemu secara rahasia dan kemungkinan lainnya. Yang jelas restaurant tersebut terlihat mahal dan sepertinya hanya dikunjungi kalangan atas yang sanggup mengeluarkan uang banyak hanya untuk sekadar makan.

Perasaan Donghae agak aneh saat masuk dan mendapati Sandara sudah duduk di seberang meja, ia masih mengenali dengan jelas bau parfum kesukaan wanita itu. Makanan disajikan secara teratur di meja bergantian. Satu persatu piring diletakkan di meja dan dalam waktu singkat seluruh makanan sudah terhidang dengan rapi  dan siap disantap.

“Berapa uang yang kau butuhkan?” Donghae membuka percakapan di antara keheningan mereka.

Sebuah pertanyaan yang tidak terduga keluar dari mulut Lee Donghae membuat Sandara terkejut. Donghae tidak memperdulikan ekspresi terluka Sandara dan hanya ingin tahu seberapa serakah wanita itu. Donghae tidak yakin apakah yang dimilikinya saat ini lebih berharga dibandingkan nilai yang bisa didapatkannya dengan memiliki hati wanita itu.

“Apa maksudmu? Bagaimana mungkin kau bisa mengatakan hal seperti itu.”

“Lepaskan ressort di Jeju, sebagai gantinya aku akan memberikan uang dengan jumlah yang kau inginkan.” Donghae tidak peduli, ia tidak akan membiarkan Sandara mencampuri kehidupannya dan semua kenangan tentang Ibunya ditempat itu.

“Apa kau akan memberikan berapapun yang aku inginkan jika melepaskan ressort itu?” Sandara berkata dengan santai dan mulai menyendok makanannya seolah bisa membaca pikiran Donghae.

Donghae tersenyum sinis, berada dihadapan Sandara merupakan hal yang paling membuatnya tidak nyaman. Ia merasa kedamaiannya terusik jika melihat wanita itu.
“Berapa yang kau inginkan?”

“Semua yang kau miliki, termasuk dirimu. Itu saja.” 

Selain senyum simpul yang terukir di wajah Sandara, tidak ada ekspresi lain yang bisa Donghae baca. Benar-benar diluar dugaan, Donghae tidak berhasil membaca ekspresi Sandara. Tetapi wanita itu tidak memalingkan wajahnya dari tatapan tajam Donghae. Donghae terkekeh pelan menyadari benteng pertahan Sandara yang tidak terduga, sekarang giliran Sandara yang tidak bisa membaca ekspresi dari tawa renyah Donghae.

“Aku ini orang sibuk. Jadi tidak memiliki waktu untuk bermain-main dengan wanita sepertimu.” Donghae menanggapi dengan santai Sandara yang menatapnya dengan serius. “Dan lagi-bukankah aku sudah pernah memperingatimu untuk lari sejauh mungkin? Aku ini orang yang sangat pendendam.”

Donghae kembali sukses membuat Sandara bungkam. Sesuai dengan perkiraan Donghae, Sandara memiliki minat yang sangat besar terhadap uang. Sandara yang sekarang memang sudah berbeda dengan yang dulu. Memikirkan ketertarikan Sandara terhadap uang dan kekuasaan membuat Donghae tersenyum sinis.

“Kau pikir dunia bisnis itu taman bermain? Kau pikir bisa masuk dan melakukan apapun yang kau suka?” Donghae kembali memperingati Sandara.

“Aku menggunakan tubuhku untuk masuk ke dalam lingkaran itu dan mencampakan seseorang yang benar-benar mencintaiku. Aku merasa egois selama ini, tapi aku tidak memiliki pilihan lain. Bukankah alasan itu sudah cukup?”

Donghae nampak tidak senang dengan jawaban Sandara yang semakin terang-terangan. Apalagi ucapan tentang mencampakan seseorang itu dipertegas dengan tatapan matanya. Donghae mencoba menemukan sedikit keraguan atau rasa gelisah dari mata Sandara, tetapi yang ia lihat justru sinar mata yang tidak berubah.

“Benar, kau bahkan bangga menjadi dirimu yang semakin serakah.” Ucap Donghae lirih dan penuh penekanan, lalu bangkit dari duduknya.

“Perasaanku padamu tidak pernah berubah.” Langkah Donghae terhenti dengan pernyataan mengejutkan yang dilontarkan Sandara.

“Tapi perasaanku padamu sudah berubah.” Donghae tidak membalikkan tubuhnya sedikitpun, setelah mengucapkan kalimat tajam, Donghae pergi meninggalkan Sandara yang masih duduk berdiam diri dengan tatapan hampa.

*** 

Donghae menghempaskan tubuhnya ke sofa ketika sampai di apartemen. Ia teringat kembali apa yang terjadi hari ini. Lebih tepatnya apa saja yang terjadi mulai dari rapat sampai pertemuannya dengan Sandara. Donghae memutar-mutar keningnya yang berdenyut.

“Sial! Sial...!” Donghae terus mengumpat sambil memukul punggung sofa. Donghae merasa marah, lebih tepatnya membodohi dirinya sendiri. Donghae adalah tipe manusia yang lebih benci kalah daripada mati. Donghae kembali teringat percakapannya dengan Sandara. Terlalu banyak hal yang tidak bisa di jelaskan dengan kata-kata sampai tubuhnya terasa terbakar karena amarah. Donghae berjalan masuk ke dalam bak mandi dan merendam dirinya. Berharap amarahnya juga ikut meredam.

Donghae keheranan dan memiringkan kepalanya. Tidak tahu sudah berapa lama ia tertidur di bak mandi sampai suhu air yang tadinya hangat menjadi dingin. Setelah melirik jam digital dari dinding kamar mandinya, Donghae baru sadar sudah berendam selama empat jam sampai jari tangannya berkerut. Donghae memakai mantel handuknya dan berjalan menuju dapur. Langit sangat gelap karena sudah larut malam. Beberapa ruang apartemennya masih terang karena lampu belum dipadamkan. Donghae meneguk air dari dalam botol. Ia kemudian berjalan menuju sofa dan mengambil ponsel yang tergeletak. Dari semua pesan sekertaris Ahn yang masuk, ada salah satu pesan yang menarik perhatiannya.

Kapan sih hutangku bisa lunas?

Donghae terkekeh pelan setelah membaca deretan frasa singkat yang Jessica kirim padanya. Setelah makan malam di rumah utama, ia sama sekali belum menghubungi Jessica. Tiba-tiba Donghae ingin melihat raut wajah Jessica saat mengirim pesan itu padanya.

*** 

Jessica tidak sempat bermimpi dan tidak minum obat sakit kepala. Saat bangun tidur hal pertama yang dilakukan adalah berharap harinya berjalan baik. Jessica mengoleskan lipstik yang baru dibeli beberapa hari lalu. Kemudian memakai jaket tipis dan memasukkan MP3 ke dalam tas. Hal terakhir adalah menyemprotkan minyak wangi  ke bawah telinga. Parfum Frederic Malle yang Jessica beli ketika melakukan perjalanan tugas ke Paris.

Menurut peraturan, seminggu lima hari kerja. Besok adalah akhir pekan dan Jessica sudah memiliki rencana untuk pulang ke Suwon. Hari ini jadwalnya sudah tidak menumpuk seperti kemarin. Ia hanya perlu datang ke Ode restaurant untuk mengambil beberapa gambar menu akhir pekan untuk kembali menulis artikelnya.

Setelah sampai Jessica melihat ke sekeliling restaurant. Hanya ada dapur dan hall yang sepi, kasir, dan pelayan yang mondar-mandir kesana kemari. Tidak ada pengunjung yang datang. restaurant itu semakin diamati semakin indah tertata baik. Disisi tembok sebelah kanan ada papan tulis yang didalamnya terdapat dasi-dasi berwarna putih kecil sebagai hiasan dan menu makanan yang selalu disesuaikan dengan bahan-bahan segar yang baru di beli.

Lonceng kecil yang terpasang di pintu kedatangan berbunyi, Jessica menoleh. Astaga! Ia mengerjap beberapa kali karena wanita cantik yang berjalan masuk itu adalah Choi Sooyoung. Jessica bergumam pelan. Seoul sangat luas tapi kenapa ia harus bertemu dengan Choi Sooyoung di sana, Jessica sudah bersiap-siap kemungkinan mood-nya memburuk. 

Choi Sooyung terpaksa tersenyum pada para pelayan yang mengenalinya. Ia bagaikan ‘tuan putri’ yang dicintai seluruh Korea. Sooyoung mengenakan sunglasses-nya dan berjalan sambil tersenyum ramah menuju meja di mana Jessica duduk disana. Untung saja tidak ada karyawan restaurant yang berani meminta tanda tangan padanya.

“Ketua tim Jung, apa kabar?” Sooyoung duduk di depan Jessica, tidak ada manager yang mengikuti Sooyoung kemanapun seperti biasa.

Jessica memandangnya dengan sebal. Ruangan tersebut rasanya mendadak lebih cerah karena senyuman berlebihan khas wanita itu, tapi wajah Jessica semakin bertambah serius. Hanya Jessica yang mampu meremehkan wanita yang diidolakan seluruh penjuru negeri.

“Apa yang nona Sooyoung-si lakukan disini?” Jessica hanya sedang berbasa-basi. Bagaimanapun juga Sooyoung adalah aktris yang diidolakan dimana-mana dan sekarang duduk dihadapannya.

“Aku baru pulang liburan dan sedang free jadwal. Jadi aku jalan-jalan untuk mencari makanan enak.” 

“Sendirian?” Jessica tidak percaya aktris sekelas Choi Sooyoung berani berkeliaran sendirian, bukankah tindakan tidak menyenangkan seperti serangan antifans bisa saja terjadi.

“Menurutmu? Sudah jelas aku datang sendirian.” Cibir Sooyoung tanpa mempedulikan raut muka Jessica yang mulai sebal. “Kau sendiri?”

“Aku sedang bekerja.” Jessica balas dendam dengan jawaban singkatnya dan hanya ditanggapi Sooyoung dengan anggukan sekilas.

“Kau ingin pesan sesuatu?”

“Tidak terima kasih. Aku harus segera pergi.” Jessica beranjak dari duduknya, baru beberapa menit berbicara dengan Sooyoung, kerutan di dahinya mungkin sudah bertambah.

“Tunggu dulu, aku ingin berbicara denganmu.” Sooyoung menahan langkah Jessica dengan memberikan kode untuk kembali duduk melalui matanya. Jessica menghela napas pelan dan duduk kembali di kursinya.

“Maaf, apa yang ingin Sooyoung-si bicarakan denganku? Bukankah urusan kita sudah selesai?” Jessica memasang wajah serius, urusan pemotretan dan wawancara telah selesai. Ia merasa hubungannya dengan aktris cantik itu juga tidak akrab. Obrolan mereka terhenti beberapa saat setelah pelayan mengajikan air putih.

“Apa hubunganmu dengan Lee Donghae?” Jessica hampir menumpahkan kembali air ke gelas dari dalam mulutnya. Choi Sooyoung hanya mengeluarkan smirk-nya melihat keterkejutan Jessica.

“Bagaimana kau tahu-“ Jessica kembali mengingat. Benar! Wanita yang ada di klub malam bersama Lee Donghae itu sudah pasti Choi Sooyoung. Jessica menggigit ujung bibirnya karena bingung apa yang harus ia jelaskan pada Sooyoung tentang hubungannya dengan Donghae. “Itu-aku-“

“Kau berkencan dengannya?”

“Tidak-tidak tolong jangan salah paham-“ potong Jessica cepat sambil menggerakkan kedua tangannya sebagai tanda penolakan. “Tolong percaya hubungan kami tidak seperti itu.”

“Lalu?” Sooyoung menautkan kedua alisnya, membuat Jessica terdiam sejenak. Berpikirlah dengan keras, Jess!.

“Aku tahu kau sedang berkencan dengan Lee Donghae, tapi percayalah tidak ada apa-apa di anatara kami berdua.“ tegas Jessica meyakinkan. Sooyoung mengernyitkan dahinya, kini giliran ia yang harus mencerna dengan keras ucapan Jessica, beberapa saat kemudian Sooyoung tertawa geli dan sukses membuat Jessica terkejut.

“Aku? Berkencan dengan Lee Donghae? Yang benar saja.” Sooyoung menatap Jessica dengan tidak percaya setelah menyelesaikan tawanya. “Jangan bercanda ketua tim, mana mungkin aku berkencan dengan Donghae oppa.”

Jessica menautkan kedua alisnya, Ia sudah sangat yakin kalau Sooyoung berkencan dengan Lee Donghae. Tapi kenapa reaksi Sooyoung justru seperti sedang mengejeknya. “Tapi-aku melihat kalian kencan di klub malam bersama.”

“Ya ampun, ketua tim sangat lucu-“ ucapan Sooyoung terdengar seperti sebuah ejekan ditelinga Jessica. Sooyoung lalu memajukkan sedikit badannya dan berkata dengan pelan seperti orang yang berbisik. “Jangan katakan pada siapapun, aku dan Donghae oppa saudara sepupu, loh.”

Jessica membelalakan matanya tidak percaya. Jadi, selama ini ia sudah termakan kabar burung yang beredar dan mempercayai kalau Choi Sooyoung kekasih Lee Donghae. Dan lebih mengejutkan dari itu bahwa kenyataannya Sooyoung adalah sepupu Donghae. Sepertinya semua yang ada didunia ini sangat mengejutkan, betapa tidak tahu apapun ia di dunia ini.

*** 

Suasana hati Sooyoung benar-benar buruk seharian itu. ia menyadari bahwa kurang tdur dan stress berakibat tidak baik bagi kulit. Akan tetapi ada hal yang lebih menganggu Sooyoung semalaman suntuk. Kenapa harus Jung Jessica? Setelah pulang dari liburan mendadak ia mendengar kabar dari beberapa staff ‘setia’ di perusahaan. Gossip memang selalu menyebar lebih cepat dari rambat sinar matahri. Bagaimanapun ia tidak mengerti karena hal tersebut tidak akan pernah logis di otaknya.

“Kenapa kau melihatku dengan tatapan seperti itu?”

Donghae memandang Sooyoung dengan sunguh-sungguh. Sooyoung mengajukan pertanyaan yang sama dengan pertanyaan yang dilontarkan pada Jessica satu jam lalu.

“Berani sekali kau menggandeng tangan wanita lain di pesta, kau bahkan sudah berani memamerkannya di hadapan pegawai perusahaan.”

Donghae pura-pura tidak mendengar ucapan Sooyoung dan segera berdiri menyambut sepupunya dengan wajah tanpa bersalah. “Hmm... pasti liburanmu menyenangkan. Kulitmu juga berubah jadi sedikit lebih gelap.”

“Oppa!” Sooyoung dengan gemas mencubit pinggang Donghae yang kemudian meringis kesakitan. Donghae justru terkekeh pelan melihat raut muka Sooyoung yang sudah tidak sabaran ‘menghabisinya’.

“Oppa, kau benar-benar berkencan dengan ketua tim Jung?” Sooyoung melepaskan tangannya  dari tangan Donghae yang menuntunnya duduk di sofa. 

“Sepertinya kalian sangat akrab.”

“Jangan mempermainkan ketua tim Jung! Kau kan tahu dia reporter, bagaimana kalau menulis berita buruk tentangmu?” kali ini ucapan Sooyoung memang benar. Jung Jessica bisa di katakan reporter meskipun tittle pekerjaannya adalah ketua editor. Tidak menutup kemungkinan baginya untuk menulis hal-hal buruk tentang Donghae yang akan menggemparkan publik.

“Oh ya ampun, adikku ini perhatian sekali.” Donghae bergurau dengan hati-hati sambil memperhatikan reaksi Sooyoung. Tapi wanita itu malah semakin mendesis sebal. “baiklah-baiklah, sudah jangan khawatir. Jessica-si bukan orang seperti itu, kok.”

“Meskipun aku masih tidak terlalu senang, kali ini aku memaafkanmu.” Sooyoung menghela napas pelan “Tapi tetap saja, gossip presdir Lee dan seorang wanita sudah menyebar di kantor. Bagaimana kalau Ahjussi dengar?”

Abeoji bahkan sudah bertemu dengannya.”

“Waahh daebak!” seru Sooyoung tidak percaya. Sungguh sulit dipercaya memang, Sooyoung orang yang paling tahu tentang kondisi Donghae selama ini. Sejak hubungan ‘penghianatan’ yang Sandara lakukan pada Donghae, tidak sekalipun sepupunya itu serius dalam menjalin cinta. Tapi sekarang lihatlah, Donghae bahkan sudah membawa Jessica betemu Ayahnya. “Oppa tidak sedang bercanda, kan?”

Donghae hanya mengulas senyum tipis sebagai jawaban pertanyaan Sooyoung bahwa apa yang baru saja ia katakan itu sungguh-sungguh. Baiklah, Sooyoung sudah terlihat dapat menerima dengan logikanya. Tapi tetap ada secuil perasaan khawatir yang mengusik hatinya, kenyataan bahwa luka yang tertoreh di hati Donghae sangat dalam dan parah-dan selama ini belum ada yang bisa mengobatinya.

“Apa kau benar-benar menyukainya?”

Donghae sesaat mengernyit mendengar pertanyaan Sooyoung yang dilontarkan dengan raut muka serius. Ada sesuatu yang berkecamuk di dalam dadanya, tapi Donghae tidak tahu perasaan apa. Donghae menghela napas pelan dan menyenderkan punggungnya ke sofa. “Aku tidak yakin.”

Donghae kembali bergumam pelan. Sooyoung tidak tahu apakah ucapan Donghae hanya untuk membuatnya tenang atau memang pendapat jujur dari hatinya yang paling dalam. Namun Sooyoung tidak dapat menebak dengan jelas mana yang benar diantara keduanya.

 To be continued

Baca Juga :  part 1 part 2 part 3

Note:
Akhirnya! part 4 bisa di posting sesuai dengan rencana. Semoga kedepannya terus lancar ya. Dan masih dengan peraturan yang sama, part selanjutnya hanya akan diposting jika komentar dan respon memenuhi kriteria. So, jangan lupa komen ya readersnim~

20 komentar :

  1. Finally haesica mncul lgi.. Serruuuu crta ny, part slnjut nya harus lbih serru ya author, ksi msalah yg lbih mnegangkn dan mnyedihkn biar mkinn jleep ke hati.. Hehee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih atas komennya^^
      Iya ditunggu aja ya cerita part selanjutnya yang lebih seru hehe

      Hapus
  2. Wah udah keluar aja haesica..semoga cepet lanjut ya eon, biar gag lama nunggu cerita lanjutannya. Fighting eon :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih ya komenmu yang selalu rajin^^ authoenim jadi makin semangat hehe

      Hapus
  3. Wah akhirnya di post juga udah lama nunggunya .....kapan part 5 nya... jangan lama ya kak

    BalasHapus
  4. Wah akhirnya di post juga udah lama nunggunya .....kapan part 5 nya... jangan lama ya kak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya makasih komennya^^
      Semoga part selanjutnya gag makan waktu lama soalnya masih proses hehe

      Hapus
  5. Makin penasaran sama ceritanya, moga aja part lanjutannya gag lama updatenya ya authornim

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih van komennya, jangan bosen-bosen mampir dan update ff baru ya^^

      Hapus
    2. Tetep semangat buat ff icefishy biarin itu gag real ya...kita tetep akan jadi icefishy kok..*tibatibasedih*hehe*semangat

      Hapus
    3. Iya jangan bosan loh baca ff icefoshy. Mereka emang bukan real, tapi authornim sendiri tetep cinta pairing Haesica. Biarkan haesica tetap di hati kita hehe /mewek//abaikan/

      Hapus
  6. omg finally ff yg ditunggu update jugaaa.... makasih ya thor!! Keep writing :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih kembali, jangan bosen mampir ya^^

      Hapus
  7. waaaahhh tambah rame
    jangan lama lama upload part selanjutnya Thor
    pleaseeee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih komennya^^
      Tunggu terus part selanjutnya yang masih dalam proses,semoga bisa cepat diupdate hehe

      Hapus
  8. Kak kok lama jali udah kangen sama ceritanya ni :-[ tanggal berapa emangnya dipost

    BalasHapus
  9. Salam kenal author cantik^^
    Park ah ra imnida, aku reader baru disini
    Seneng banget deh rasanya masih ada FF dengan cast haesica, apalagi bahasanya enak dan dikemas apik spt ini.
    Cepetan dilanjut yahh eonni part 5 nya, sudah penasaran akut hehe. Semangat! ��

    BalasHapus
  10. Huuaaaaa...finally romance town nongol lagi stelah lama nunggunya,next chapter cpetan ye thor,ane udh g sabar nih.ah iya banyakin adegan haesica juga

    BalasHapus
  11. Kaakk pleaseee lanjut lagi dong ff nya
    Udahhh nunggu nihhh ๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚

    BalasHapus