That Person I Love
Tittle :
That Person I Love
Author :
Sae
Cast :
Seohyun dan Jung Yonghwa
Genre : Romance,
Sadness
Type :
Oneshoot
“Kadang
Tuhan hanya mempertemukan, tapi tidak mempersatukan”
Semi, mungkin akan segera berakhir. Daun yang mulai
menghijau, lalu yang gugur tersapu angin. Kemudian tinggal sebagian perasaan
tumbuh, ada juga yang hilang bahkan terkubur bersama hangatnya sinar matahari.
Tapi satu yang pasti, bahwa ia memutuskan untuk mencintai dalam sunyi, dalam
diam, dan dalam jarak sejauh mimpi. Sampai tidak ada yang pernah menyadari.
Ia menyebut dirinya musim semi, lantas menyebut seseorang
itu hujan di musim semi. Tapi apakah seseorang tahu hal paling spesial dari
hujan? Hujan tak pernah jera turun kembali meskipun jatuh berkali-kali ke bumi.
Sejak pertemuan pertama ia selalu menunggu hujan. Mungkin
setiap hari. Pertemuan pertama kali di musim semi. Lalu ia jatuh cinta, dan pada akhirnya menyadari
seseorang itu sudah pergi.
Gadis berambut gelap itu menikmati hujan dari balik
jendela dalam sunyi. Gitarnya tergeletak, ia sedang tidak ingin menyanyi. Tapi
ia sedang ingin menikmati hujan yang mengingatkannya pada musim semi, yang
telah lalu.
#Flashback#
Sore itu, setelah menyanyikan sebuah lagu, tepuk tangan
dari gadis-gadis kecil menggema di sudut taman. Bibir Seohyun tidak berhenti
tersenyum, matanya bersinar membentuk simpul bulan sabit, sesekali tertawa
bahagia. Beberapa gadis kecil ikut menyanyi saat Seohyun mulai memetik gitar.
Suaranya yang lembut mengiringi desau angin di musim semi.
Ditempat yang berbeda, hanya berjarak beberapa kaki,
Yonghwa membidik objek kameranya. Setelah bunyi “klik” berkali-kali, ia
tersenyum puas melihat hasil potretannya. Beberapa foto anak-anak yang
tersenyum bahagia, dan juga seorang gadis yang memetik gitarnya.
Setelah lagu terakhir selesai, anak-anak berdiri
mengucapkan salam dan pergi. Seohyun
meletakkan gitar, mengecek beberapa pesan yang masuk ke ponsel, kemudian
meletakkan kembali. Ia menarik nafas panjang, ia suka bau musim semi sampai
tidak menyadari seseorang sudah berdiri disebelahnya.
“Permainan gitarmu bagus sekali.”
Seohyun tersenyum simpul, ia mengamati laki-laki yang
kemudian duduk di sampingnya tanpa canggung.
“Kau suka anak-anak?”
Seohyun hanya mengangguk, masih enggan menimpali. Yonghwa
menarik nafas panjang, lalu menghembuskan perlahan, sangat menikmati. Tanpa
sadar Seohyun mengamati, lalu tergagap saat Yonghwa menyadari.
“Kau suka musim semi?”
Yonghwa mengerjap beberapa kali, lalu tersenyum
menampakkan deretan giginya yang rapi.
“Tentu saja, bagaimana denganmu?”
“Ya, tentu!” Seohyun terlihat malu saat menyadari ia
berseru dengan semangat.
Yonghwa tersenyum lebar menanggapi, lalu mengulurkan
tangan kanan untuk berjabat tangan. Seohyun menerima uluran tangan Yonghwa
dengan senang hati.
“Yonghwa, Jung Yonghwa.”
“Seohyun.”
Saat kedua tangan mereka bersentuhan, itulah awal dimana
Seohyun merasa ada ribuan kupu-kupu terbang. Ia tak pernah menyadari, itu
adalah awal dari sebuah cerita cinta yang sunyi.
#Flashback End#
Seohyun menghela nafas pelan, sudah beberapa musim
berlalu tapi ingatan itu masih membekas sekali. Semua sudah berakhir, tapi
hatinya tetap tak mau berhenti meskipun ia benar-benar sudah tersakiti.
Seohyun membuka bukunya, beberapa foto di halaman pertama
terdapat Ayah-Ibu. Lalu halaman berikutnya bunga-bunga musim semi. Dan membalik
halaman berikutnya, ia tersenyum kecut. Beberapa foto anak-anak dan gambar
dirinya yang sedang tersenyum lepas.
#Flashback#
Seohyun bersembunyi di balik pintu mencoba mengintip
seseorang yang sedang asyik bersenandung dan memotret objek pemandangan.
Setelah pertemuan tidak di sengaja kemarin, entah kenapa ia sangat ingin
melihat lagi laki-laki itu. Setelah bertanya pada ibu panti, ia baru tahu kalau Yonghwa mengunjungi
panti asuhan setiap tahun. Berbeda dengannya yang baru enam bulan lalu mulai
berkunjung ke panti asuhan.
“Nuna.” Suara Hebin mengejutkan Seohyun, tangannya yang
kecil menepuk pelan pundaknya.
“Oh Hebin-ah”
“Kenapa nuna bersembunyi?” Tanya Hebin polos.
Seohyun yang ketahuan sedang mengintip dengan malu-malu
berusaha mencari alasan.
“Ah anio, nuna hanya sedang, em sedang melihat semut, iya
semut.”
Hebin tertawa kecil mendengar alasan Seohyun. Meskipun baru
berusia tujuh tahun tapi Hebin adalah anak yang sangat peka. Hebin lalu menarik
tangan Seohyun berjalan mengikutinya. Seohyun menjadi salah tingkah saat tahu
Hebin menuntunnya menghampiri Yonghwa.
“Ah Hyebin-ah Chankaman-”
“Hyung.” Hebin memotong ucapan Seohyun.
Yonghwa menoleh kearah mereka dan tersenyum. Ia berjalan
menghampiri Hebin dan mengacak rambutnya dengan sayang. Seohyun hanya bisa
salah tingkah didepan mereka.
“Hallo, kita bertemu lagi.” Sapa Seohyun canggung.
“Oh hallo Seohyun-shi.”
“Hyung, ayo kita dengarkan nyanyian nuna bersama-sama.”
Seohyun amat terkejut dengan ajakan Hebin pada Yonghwa
yang tiba-tiba. Bukan bernyanyi dengan anak-anak seperti biasanya, melainkan
bernyanyi bersama Yonghwa membuat detak jantungnya berdegup cepat.
“Oh, benarkah aku boleh bergabung?” tanya Yonghwa
antusias.
Melihat Hebin yang mengangguk mantap dan ekspresi gembira
Yonghwa membuat Seohyun mau tidak mau menyetujuinya. Tapi yang menjadi masalah
adalah ia jadi tidak yakin apakah bisa menyelesaikan satu lagu jika jantungnya
berdegup begitu cepat. Seohyun merasa seperti ingin melakukan pertunjukkan
spesial.
#Flashback End#
Hujan masih turun dengan lembut, angin membawa aroma
harum tanah. Seohyun tersenyum kecut mengingat lagi kejadian itu. ia lantas
mengambil gitar dan menyanyikan sebuah lagu. Suara hujan yang lembut dan
petikan gitarnya beradu menjadi satu, menciptakan sebuah harmoni tentang rindu.
#Flashback#
Seohyun berjalan dengan riang, beberapa hari lalu Yonghwa
mengajaknya untuk menemani melihat pemandangan. Sejak pertemuan kedua, Seohyun
jadi lebih dekat dengan Yonghwa. Mereka bahkan sering berpapasan lalu mengobrol
banyak hal walau hanya sebentar. Setelah menuruni anak tangga terakhir, Seohyun
dapat melihat Yonghwa melambaikan tangan padanya. Lantas Seohyun berlarian
kecil dan menyapa dengan gembira.
“Aku dengar bunga musim semi yang tumbuh di sekitar sini
sangat indah.” Ucap Yonghwa saat mereka dalam perjalanan.
“Ya, aku dengar begitu.” Seohyun tidak bisa
menyembunyikan senyuman.
“Apa yang paling kau sukai dari musim semi?”
“Oh, semua.” Jawab Seohyun “Tapi, aku sangat suka angin
di musim semi, begitu lembut dan hangat. Bagaimana denganmu?”
“Hujan.”
Seohyun menautkan kedua alisnya, ia masih belum mengerti
dengan alasan yang diberikan Yonghwa. Menurutnya itu sedikit aneh, kebanyakan
orang menyukai bunga yang mekar di musim semi.
“Hujan?”
Yonghwa hanya mengangguk. Lalu sepanjang perjalanan
mereka bercerita banyak hal. Tentang apapun, termasuk musim semi. Dibawah pohon
sakura yang mekar, perasaan Seohyun pun semakin mekar. Itulah puncak dimana ia
baru menyadari tentang sebuah perasaan yang disebut dengan cinta.
#Flashback End#
Bait terakhir lagu yang Seohyun nyanyikan berakhir,
begitu pula dengan petikan gitarnya. Diluar hujan masih belum berhenti. Ia menyesap
coklat panasnya dengan hati-hati, lalu meletakkan cangkirnya kembali. Manis,
ucapnya lirih.
#Flashback#
Satu minggu sudah berlalu sejak bertemu laki-laki itu. Seohyun
menyelinap dari kerumunan anak-anak yang sedang bermain. Ia berjalan menyusuri
beberapa bangunan panti asuhan, lalu berhenti di depan sebuah aula pertunjukkan
kecil dan menemukan orang yang sejak tadi ia cari. Yonghwa terlihat sedang
berbicara dengan Ibu panti asuhan, Seohyun tersenyum simpul. Lalu menempelkan
kepalanya ke sela-sela pintu yang terbuka.
“Oh benarkah?” tanya Ibu panti asuhan di sela-sela
percakapan.
Seohyun menelengkan kepalanya, lalu mendorong kepalanya
lebih dekat. Suara dari dalam menjadi sedikit lebih jelas.
“Aigoo, kenapa tidak bilang dari awal. Aku benar-benar
bahagia mendengarnya.”
“Ne, gomapseumnida.” Ucap Yonghwa sopan.
“Lain kali ajak calon istrimu kemari, aku benar-benar
senang mendengarnya.” Ibu panti asuhan tersenyum dan menepuk pundak Yonghwa
dengan lembut.
“Aku akan mengajaknya lain kali.” Yonghwa tersenyum
bahagia mengatakkannya.
Seohyun mematung dengan apa yang baru saja ia dengar. Kakinya
mendadak lemas, tangannya mulai gemetar. Ia bahkan tidak bisa berfikir
sedikitpun tentang apa yang baru saja didengarnya. Ia berusaha melangkahkan
kakinya, tapi karena gemetar ia justru mendorong tubuhnya sampai terdengar
bunyi “kriiitt” karena pintu terbuka.
Yonghwa dan Ibu panti asuhan menoleh dan mendapati
Seohyun berdiri dengan canggung. Seohyun buru-buru membungkuk dan meminta maaf
pada Ibu panti asuhan dengan kaku.
“Ah mianhamnida, aku tidak bermaksud mengganggu.”
Ibu panti asuhan tersenyum dan justru menyuruh Seohyun mendekat.
Mau tak mau Seohyun berjalan menghampiri mereka dengan ekspresi yang sama
kakunya.
“Kebetulan kau juga disini. Kemarilah ayo ucapkan selamat
pada Yonghwa, dia bilang akan menikah akhir bulan ini.”
Seohyun merasa seperti sebuah bongkahan batu besar masuk
ke hatinya. Kerongkongannya terasa kering, ia berusaha mengeluarkan suara dan
tersenyum setulus mungkin.
“Ah benarkah, ah Chukkae Yonghwa-shi.”
“Ya terima kasih.” Ucap Yonghwa dan menepuk pelan puncak
kepala Seohyun seperti yang sering ia lakukan.
Seohyun menahan sekuat mungkin agar air matanya tidak
keluar. Bahkan hangatnya tangan Yonghwa masih begitu terasa. Sampai ia
benar-benar tidak bisa menahan dinding pertahanannya.
“Chukkae Yonghwa-shi, Chukkae. Semoga kau bahagia.” Seohyun
tersenyum dan menghapus air matanya.
“Kalau begitu aku pergi dulu, anak-anak pasti sudah
menunggu.”
Setelah memberi salam pada Ibu panti asuhan, Seohyun berbalik
dan segera keluar dari aula. Kini air mata yang sudah ia bendung mengalir
dengan deras dipipinya. Seohyun tidak tahu harus kemana tapi ia tetap berlari
kecil. Yang ia tahu sekarang adalah menjauh segera mungkin dari sana.
#Flashback End#
Hujan di luar sudah mulai reda, hanya tersisa rintiknya. Seohyun
menghela nafas pelan. dibuka kembali bukunya, beberapa kata tertulis di sebuah
kertas kecil berwarna biru. Ia tersenyum simpul lalu membalik halaman
berikutnya. Tiga buah foto: ia yang sedang tertawa lepas ditengah hamparan
bunga, sakura yang mekar, dan rintik hujan. Lalu ia mengucapkan dengan lirih
kata dihalaman sebelumnya.
“Berbahagialah di musim semi, karena kau adalah musim
semi yang paling indah.”
Tanpa disadari, Seohyun menangis dan tersenyum dalam
waktu yang bersamaan.
#Flashback#
Sejak terakhir kali bertemu Yonghwa dan Ibu panti asuhan
di aula, hampir satu minggu lamanya Seohyun tidak datang berkunjung. Bukan,
bukan karena ia tidak ingin. Tapi lebih takut dengan perasaannya. Saat ia
datang kembali ke panti asuhan, Yonghwa benar-benar sudah tidak ada. Ibu panti
asuhan mengatakan Yonghwa kembali tiga hari sebelumnya dan menitipkan sesuatu
untuknya.
Seohyun duduk di bawah pohon, tempat dimana ia selalu
bernyanyi bersama anak-anak. Dengan hati-hati ia membuka sebuah surat berwarna
biru muda. Tertulis dibagian belakangnya: Untuk musim semi, Seohyun.
Seohyun tersenyum kecut membacanya, lantas mulai
mengeluarkan isi surat tersebut. tiga buah foto dan selembar kertas kecil
berwarna biru. Foto yang pertama adalah ia yang tengah tertawa lepas ditengah
hamparan bunga, foto kedua adalah bunga sakura yang mekar, dan foto ketiga
adalah rintik hujan. Lalu ia membaca selembar kertas berwarna biru.
__
Kenapa hujan?
Karena hujan di musim semi menghangatkan. Bau tanah dan
bunga yang mekar, sangat harum.
Berbahagialah di musim semi, karena kau adalah musim semi
yang paling indah.
-Yonghwa
__
Seohyun memutar kembali memorinya, saat itu dalam
perjalanan melihat pemandangan ia pernah bertanya kenapa Yonghwa menyukai hujan
di musim semi. Lalu tiga foto yang diberikannya, yang pertama adalah saat
mereka sedang melihat bunga, yang kedua adalah perjalanan bersama dibawah bunga
sakura, dan yang terakhir adalah hujan musim semi yang pertama kali mereka
lihat di musim semi. Tanpa sadar air mata mengalir dipipinya.
#Flashback End#
Hujan sudah benar-benar berhenti diluar sana. Matahari perlahan
menyinari jendela kaca yang berembun. Seohyun menutup halaman terakhir bukunya,
mengambil dan mulai memetik gitarnya. Suara lembut mengalun dari senar-senar
gitarnya. Bau tanah, bunga yang mekar dan hujan yang turun. Perlahan Seohyun
tersenyum, musim semi adalah dirinya. Ia menyukai musim semi dan cinta
pertamanya di musim semi.
The End
Annyeonghasseo~
Lama tidak jumpa readers, senang sekali kali bisa update lagi setelah hampir setengah abad(maksudnya beberapa bulan :D) hengkang..haha. Kali ini Sae bawa ff baru oneshoot. FF ini sebenarnya terinspirasi saat Sae sedang mendengar sebuah lagu mellow dari Sung Si Kyung. FF kali ini bergenre sadstory, jadi siap tisu ya readers~
Sekian dari Sae, selamat membaca jangan lupa jejaknya.
Gomapseumnida~
*bow