SPECIAL HIGH SCHOOL part 12
Title : Special
High School
Author : Sae
Main Cast : Kim Kibum Im
Yoona
Choi
Siwon Tiffany Hwang
Lee
Donghae Jessica Jung
Park
Jungsoo(Leeteuk) Kim Taeyeon
Cho
Kyuhyun Seo Hyun
Kim
Jongwoon(Yesung) Kwon Yuri
Lee Sungmin Lee Sunkyu(sunny)
Genre : Romance,Comedy(?), School life,
Friendship
Chapter : 12
Happy reading^^
Donghae mengemudikan mobilnya
dengan kecepatan tinggi, menyalip beberapa kendaraan lain dan menerobos lampu
merah. Dia menerima kabar beberapa menit yang lalu mengenai kecelakaan yang
dialami Jessica. Jantungnya berdegup kencang, pikirannya kacau, hatinya seperti
di jatuhi bongkahan es besar. Hanya dalam beberapa menit Donghae sampai di
Rumah Sakit Seoul, semakin mendekati ruang UGD jantungnya semakin berdebar.
Kakinya mendadak lemas melihat Mr. Jung dan Mrs.Jung duduk dikursi tunggu
dengan wajah khawatir dan sedih.
“Donghae-ya…” panggil Mrs.Jung
dengan suara parau. Donghae berjalan menghampiri Mrs.Jung dan memeluknya,
memberi sedikit kekuatan walaupun perasaannya sendiri terguncang.
“ahjuma, apa yang terjadi?
Jessica, bagaimana keadaannya sekarang?”
Mrs.Jung menunduk sedih menatap
ruangan UGD. Wanita yang selalu berpenampilan cantik dan anggun itu terlihat
kacau, bahkan kantung mata dan kerutan didahinya terlihat begitu jelas. Pintu
ruang operasi dibuka, beberapa perawat keluar, seorang Dokter paruh baya datang
mendekati mereka.
“bagaimana dengan operasinya,
Dok?” tanya Mr.Jung
“syukurlah, operasi berjalan
dengan lancar…” Dokter itu tersenyum tipis “tapi…”
“tapi? Tapi apa Dok?” Mr.Jung mulai
khawatir.
Wajah Dokter yang tenang itu
seketika berubah sedih, kata demi kata yang keluar dari mulut Dokter itu seperti
sebuah kabar yang datang dari langit di malam gelap dan gerimis. Donghae merasa
seperti dijatuhi bom atom kedua kalinya, tidak mungkin, dia pasti salah dengar,
perlahan dunia seperti terbalik dihadapannya.
>>
Donghae menatap sedih wajah
Jessica yang terbaring lemah. Dokter mengatakan dalam delapan jam Jessica akan
segera siuman, tapi sudah sepuluh jam yeoja itu masih enggan membuka matanya. Semalaman
penuh Donghae terjaga, sedangkan Mr dan Mrs Jung sudah pulang kerumah untuk mengurus
beberapa pekerjaan penting.
Kata-kata terakhir Dokter semalam
masih terngiang di kepala Donghae. Ballet adalah hal yang paling Jessica sukai
didunia ini. Meskipun Dokter mengatakan kaki Jessica baik-baik saja, tapi pada
kenyataannya dia tidak akan bisa menari ballet seperti semula. Perasaan Donghae
mencelos, bagaimana mungkin impian terbesar yeoja itu harus dilepaskan begitu
saja.
Donghae mengelus pelan punggung
tangan Jessica, ia ingat bahwa Jessica sangat tidak menyukai Rumah Sakit, tapi
sekarang yeoja itu justru terbaring tak berdaya disana. Tangan Jessica
bergerak, mata yeoja itu perlahan terbuka, Donghae menyambutnya dengan senyuman
hangat.
“kau sudah bangun?” ucap Donghae
dengan lembut. Wajah cantik Jessica masih terlihat pucat, matanya-pun sangat
sayu dan lemah.
“akan ku panggilkan Dokter…”
Donghae baru akan beranjak dari duduknya, tapi Jessica menahan tangannya.
“tidak perlu, tetaplah disini…”
lirih Jessica. Donghae kembali duduk, menatap yeoja itu dengan teduh.
“sudah berapa lama aku tidak
sadarkan diri?”
“sepertinya lebih dari sepuluh
jam. Kau tidur dengan lelap…” canda Donghae. Jessica menghela nafas, lalu
memandang sekitarnya.
“sudah pagi, oppa menungguiku sendirian?”
Pertanyaan Jessica membuat hati
Donghae kembali mencelos. Donghae tahu apa maksud pertanyaan itu, tentu saja,
Jessica pasti kecewa karena orang tuanya tidak ada disana, menunggunya.
“ahjumma dan ahjussi pulang
beberapa menit yang lalu, ada hal penting yang harus mereka selesaikan…”
“jangan berbohong, itu hanya
alasan oppa kan…” Jessica memalingkan wajahnya “tidak pernah sekalipun mereka
peduli padaku…”
“sica-ya…” Donghae menghela nafas
lemah, keduanya terdiam sesaat, “mereka
sangat mengkhawatirkanmu…”
“aku tahu...” sahut Jessica “aku
juga tidak peduli…”
Donghae hanya bisa tersenyum
lemah, lalu membelai rambut yeoja itu dan mengecup lembut keningnya. Jessica
tersenyum sedih, lalu memandangi kedua kakinya yang dililit dengan perban. Donghae
menyadari apa yang Jessica lihat, ia mendadak tegang dan gugup.
“apa yang terjadi?” Jessica masih
memandangi kakinya. Tenggorokan Donghae tercekat.
“apa?” Bersusah payah untuk
mengeluarkan suaranya hanya itu yang kata yang dapat Donghae keluarkan, terlihat
seperti orang bodoh.
“kakiku, baik-baik saja kan?”
sahut Jessica memastikan. Donghae berusaha keras menutupi kegugupannya dengan
mengangguk kecil.
“oh, tentu saja, ya, baik-baik
saja…”
“syukurlah…” Jessica tersenyum
puas mendengarnya.
Donghae merasa sedikit lega, tapi
kenapa hatinya justru sangat sakit, bagaimana kalau Jessica mengetahui
kenyataan yang sesungguhnya, apakah gadis itu akan tetap tersenyum seperti saat
ini? Perasaan khawatir mulai berkecamuk didadanya.
Seorang perawat datang membuyarkan
lamunan Donghae. Perawat itu menyapa dan tersenyum ramah.
“pulanglah, oppa harus pergi
kesekolah…”
Donghae melirik jam tangannya,
sudah pukul 7 pagi. Donghae kembali menatap Jessica dengan ragu, seperti ingin
mengucapkan sesuatu tapi mengurungkan niatnya.
“tidak apa-apa, ada perawat yang
akan membantuku…” Jessica menunjuk perawat yang sedang mengecek infus dengan
dagunya. Perawat itu lantas mengangguk dan tersenyum. Sesaat Donghae ragu, tapi
kemudian mengangguk kecil.
“baiklah, aku akan datang lagi nanti…”
Jessica mengangguk, Donghae lalu
tersenyum dan mengacak pelan rambut Jessica tanpa memedulikan perawat yang
sedang menyiapkan obat.
“Telepon aku kalau butuh sesuatu,
arra…” Donghae mengecup puncak kepala Jessica lalu beranjak dari duduknya “nanti
kutelepon saja, sampai jumpa…”
Donghae melenggang keluar dari
ruangan, setelah memastikan Donghae pergi, Jessica menghela nafas sedih.
Jessica benci berada di tempat yang paling tidak dia sukai, kemudian melirik
perawat yang masih saja sibuk menyiapkan obat-obatan.
“haruskah aku meminumnya?” ekor
mata Jessica menunjuk obat yang sudah rapi di meja. Perawat itu menoleh, lalu mengangguk
mantap.
“ya, tentu saja…”
Jessica hanya bisa menghela nafas
berat melihat perawat yang menyahut dengan begitu singkat dan jelas. Tidak
bisakah sedikit berbasa-basi pada pasien yang sangat tidak suka minum obat?, pekik
Jessica dalam hati.
>>
Donghae duduk dikursinya dengan
lemas, wajahnya sangat kelelahan dan kantung matanya sangat tebal karena tidak
tidur semalaman. Semuanya terlihat khawatir dan bergegas menghampiri Donghae.
“bagaimana keadaan Jessica? Dia
sudah sadar?” tanya Taeyeon, Donghae hanya mengangguk lemah.
“ah, eotteohke? Aku benar-benar
sedih mendengarnya…” timpal Tiffany.
“kau sudah makan?” tanya Siwon
khawatir, Donghae menggeleng pelan.
“aku tidak selera makan…”
Bagi Donghae sekarang makan
bukanlah hal yang terpenting, percuma saja karena apapun yang akan masuk ke
mulutnya terasa hambar.
“oppa, kau bisa sakit kalau tidak
makan…” tegur Yoona, yang lain mengangguk setuju.
“tunggu sebentar…” Seohyun
berlari mengambil sesuatu di tasnya, lalu kembali dengan sebuah kotak bekal
“ini adalah sushi dan makarrel sauce, oppa harus sarapan…”
Jongwoon membuka kotak bekal
Seohyun dan berbinar-binar melihat isinya, Sunny bergegas merebut kotak makan
itu dan memberikannya pada Donghae. Donghae tersenyum melihat teman-temannya
yang begitu peduli padanya.
“makanlah hyung, kau tidak boleh
sakit…” kali ini Kyuhyun angkat bicara, semuanya menatap Kyuhyun curiga. Aneh,
beberapa hari ini Kyuhyun yang sangat evil itu berubah baik hati.
“wae? Kenapa melihatku seperti
itu…” tanya Kyuhyun dengan sebal. Semuanya mengedikkan bahu, merasa heran lalu
tertawa bersamaan. Meskipun terasa berat, tapi setidaknya Donghae tahu bahwa
teman-temannya masih berdiri memberinya kekuatan.
>>
Sunny berjalan ke taman belakang
SM High School, seorang yeoja sudah menunggu disana. Sunny mendekati yeoja itu
dengan langkah malas, beberapa menit lalu Min Ah mengirim pesan meminta bertemu
untuk membicarakan sesuatu. Sebenarnya Sunny bisa menebak, tapi setelah dipikir
tidak ada alasan untuk tidak menemui rubah licik itu, lagipula dia punya kartu
AS yang dapat digunakan kalau-kalau yeoja itu menyerang.
“ada apa? Kau mau mencari masalah
lagi?” tanya Sunny dengan dingin.
“ayo buat kesepakatan…” sahut Min
Ah tanpa basa-basi. Sunny benar-benar tidak mengerti dengan apa yang yeoja itu
bicarakan.
“kesepakatan?”
“Ne, kita buat kesepakatan. Jika
kau merahasiakan semua foto yang kau dapat dari Sungmin oppa, aku akan
memberikan apapun yang kau minta…” tawar Min Ah.
“wow, benarkah?” tanya Sunny
berpura-pura tertarik “tapi, bagaimana jika aku tidak mau?”
“kita buat semuanya menjadi
mudah. Lagipula, percuma kalau kau mengatakan semuanya pada Sungmin oppa, dia
tidak akan mempercayaimu…” cibir Min Ah.
“ah, benar juga…” sahut Sunny
“tapi, kenapa kau ingin membuat kesepakatan ? Bukankah kau takut jika Sungmin
oppa tahu yang sebenarnya…”
“hahaha…” Min Ah tertawa sinis “asal
kau tahu, Sungmin oppa lebih mempercayaiku karena dia bodoh, apa kau tahu kalau
cinta itu bisa membuat seseorang menjadi bodoh…” ejeknya.
Sunny berusaha menahan amarahnya,
yeoja itu benar-benar membuatnya geram. Bagaimana mungkin dia bisa mengatakan
kekasihnya itu bodoh? Dasar nappeun yeoja. Semua sumpah serapah hampir saja
keluar dari mulut Sunny.
“ternyata kau benar-benar seekor
rubah. Berpura-pura manis dan polos, tapi hatimu sebenarnya busuk. Apa kau ini
gumiho? Ah tidak-tidak, gumiho jauh lebih baik darimu, kau ini, rubah yang
sangat menakutkan!”
Seketika itu juga wajah Min Ah
memerah menahan marahnya, yeoja itu sudah bersiap untuk menampar Sunny ketika
seseorang tiba-tiba menahan tangannya. Sunny maupun Min Ah sama-sama menoleh,
mereka terkejut melihat orang itu adalah Sungmin.
“oppa…se- se-jak…kapan oppa
disini?” tanya Min Ah terbata-bata.
Sungmin menghempaskan tangan Min
Ah dengan kasar, lalu menatap yeoja itu seperti singa yang akan menikam
mangsanya. Untuk pertama kalinya Sunny melihat mata Sungmin yang sangat
menakutkan, perlahan Sunny mundur beberapa langkah. Habislah kau rubah licik!,
gumam Sunny dalam hati.
“oppa, oppa aku bisa jelaskan
semuanya…” Min Ah berusaha menjelaskan pada Sungmin, tapi namja itu malah
tertawa sinis mendengarnya.
“pabo, tadi kau mengatakan aku pabo?”
“oppa…itu…aku…bukan seperti itu
yang…”
Belum selesai Min Ah berbicara,
Sungmin sudah memotong kata-katanya.
“benar, aku sangat bodoh karena mempercayaimu
selama ini!” sahut Sungmin dengan tajam “aku bahkan tidak menyadari kalau kau
ini yeoja murahan…”
“opppaaa…” Min Ah berusaha meraih
tangan Sungmin, tapi di tepis.
“aku sudah mengetahui semuanya, sekarang
semua sudah berakhir. Jangan muncul lagi dihadapanku!” Sungmin menarik tangan Sunny
pergi dari tempat itu, sedangkan Min Ah hanya bisa menatap mereka tidak percaya
dan mulai menangis histeris.
Setelah berjalan cukup jauh,
Sunny menghentikan langkahnya dan melepaskan tangannya dari genggaman Sungmin.
Suasana mendadak canggung.
“ah, mianhae…” ucap Sungmin “mianhae,
karena selama ini tidak mempercayaimu…”
“oppa sudah mengetahui semuanya?”
sebenarnya, sejak awal Sunny merasa heran bagaimana Sungmin bisa tahu semua
kebohongan Min Ah, padahal dia tidak membicarakan perihal itu sedikitpun.
Sungmin mengernyitkan dahi “Mwoya?”
“tentang Min Ah…” sahut Sunny
ragu. Sungmin tersenyum dan mengangguk. Sunny sedikit terkejut, bagaimana
mungkin Sungmin tahu semuanya.
“Taeyeon…” Sungmin seakan tahu
apa yang sedang Sunny pikirkan. Sunny membelalakan matanya, Apa? Jadi Taeyeon?
Kim Taeyeon teman tercintanya itu yang menceritakan semuanya.
“ne, beberapa hari yang lalu
Taeyeon mengirim email berisi foto-foto mesra Min Ah dengan namja lain padaku. Awalnya
aku tidak percaya, tapi akhirnya aku percaya setelah menyelidikinya sendiri…”
Mereka terdiam beberapa saat,
tenggelem dalam pikiran masing-masing.
“mianhae, selama ini aku tidak
mempercayaimu…” lirih Sungmin.
Sunny menunduk lemah,
kejadian-kejadian yang membuatnya kecewa seperti sebuah pita kaset yang diputar
ulang. Entahlah, kekecewaan itu sepertinya sudah menumpuk dan menenggelamkan
dirinya.
“gwaenchana…” sahut Sunny “aku
tahu oppa tidak bermaksud seperti itu. Aku juga tahu oppa menyayangiku seperti
seorang dongsaeng…”
Kata-kata Sunny membuat hati
Sungmin sedih, tapi tidak ada sepatah katapun yang mampu Sungmin ucapkan.
“aku merasa lega akhirnya oppa
tahu siapa Min Ah yang sebenarnya…” Sunny tersenyum getir “mulai sekarang, oppa
harus lebih hati-hati memilih yeojachingu ya…” candanya.
Sungmin menatap mata Sunny dalam,
mencoba mencari sesuatu yang sepertinya hilang selama ini, tapi tidak ada yang ia
temukan selain sinar mata Sunny yang sayu.
“aku harus segera pergi karena bel
masuk sudah berbunyi…” ucap Sunny “sampai jumpa…” Sunny memberi salam lalu
pergi meninggalkan Sungmin yang masih berdiri mematung melihat punggung yeoja
itu yang semakin menghilang.
>>
Jessica menerawang langit-langit
kamar inapnya dengan bosan. Terdengar ketukan pintu, Jessica memejamkan mata
berpura-pura tidur. Mrs Jung masuk membawa sebuket mawar putih kesukaan Jessica
dan tersenyum simpul, lalu mengecup lembut dahi putrinya. Jessica dapat
merasakan tangan Eommanya membelai lembut rambutnya. Entahlah sudah berapa lama
Jessica tidak merasakan kehangatan seperti itu.
Pintu ruangan kembali terbuka,
seseorang masuk dan mengajak Mrs Jung untuk membicarakan sesuatu diluar.
Meskipun mata Jessica terpejam, tapi dia tahu kalau suara berat itu milik Appanya.
Karena penasaran Jessica membuka matanya berjalan dengan tongkatnya menuju pintu.
Jessica merasa heran saat tidak menemukan Appa maupun Eommanya diluar, dengan
hati-hati Jessica menyusuri lorong rumah sakit.
“apa yang Dokter katakan?” tanya
Mrs Jung cemas.
“tidak ada yang bisa kita
lakukan…” Mr Jung memegangi kepalanya yang terasa sedikit pusing.
“lakukan apapun itu, suamiku. Cepat
lakukan sesuatu! Berapapun biaya yang mereka butuhkan, aku akan memberikannya…”
Jessica mengernyitkan dahi
menguping pembicaraan Appa dan Eommanya. Dia semakin mendekat dan memasang
telinganya lebar-lebar.
“percuma, ini bukan masalah uang!”
“kalau begitu lakukan sesuatu!
Apa kau akan diam saja?” suara Mrs Jung mulai meninggi “jelas kau tahu ballet
adalah impian Jessica, bagaimana mungkin kita bisa memberitahunya? Bagaimana
mungkin dia harus berhenti menari ballet?!”
“kecilkan suaramu!” tegur Mr Jung
“jadi kau tidak peduli?! Ini
semua salahmu, ini semua salahmu!” tuduh Mrs Jung “jika bukan karena kau,
Jessica tidak mungkin kecelakaan dan harus berhenti menari ballet!”
Prangggg!!!
Jessica menjatuhkan tongkatnya
kelantai, Mr dan Mrs Jung menoleh dan sangat terkejut melihat Jessica berdiri
tidak jauh dari mereka.
“apa yang Eomma katakan?” suara
Jessica bergetar
“sayang…ke…kenapa kau bisa ada
disini?”
“benarkah? Benarkah apa yang
Eomma katakan?” mata Jessica mulai berkaca-kaca “benarkah aku tidak bisa lagi
menari ballet?” tanya Jessica tidak percaya.
Mrs Jung tidak mampu berkata
apapun, seketika itu juga tubuh Jessica terasa lemas dan jatuh kelantai. Mrs
Jung berlari mendekati putrinya yang menangis terisak.
“tidak…tidak! Tidak mungkin…!!!” Jessica
menangis putus asa, Mrs Jung segera memeluk putrinya dan ikut menangis.
>>
Sudah seharian penuh Jessica
menangis, dia menolak semua obat dan makanan. Beberapa kali Mrs Jung membujuk
tapi Jessica tetap memejamkan matanya. Jessica menolak menemui siapapun dan
hanya berbaring di tempat tidur.
Setelah jam sekolah berakhir,
Donghae bergegas pergi ke Rumah Sakit. Donghae bahkan membolos dari latihan
basketnya setelah Mrs Jung menelepon menceritakan semua yang terjadi. Hanya
dalam beberapa menit Donghae sampai, nafasnya tersengal-sengal karena berlari
di sepanjang koridor. Dari balik kaca pintu, Donghae bisa melihat Jessica duduk
menghadap jendela. Donghae menarik nafas dalam-dalam, lalu membuka pintu dan
masuk kedalam ruangan.
“kau tidak tidur?” sapa Donghae
seakan-akan tidak terjadi apapun. Donghae berjalan mendekati Jessica.
“jangan mendekat…” ucap Jessica
dengan suara parau “aku mohon jangan mendekat…”
“sica-ya…”
“tidak, aku tidak mau oppa
melihatku menyedihkan seperti ini…” lirih Jessica “aku…aku…” tubuh Jessica
bergetar hebat.
Donghae yang sudah tidak tahan
melihatnya segera mendekat dan memeluk Jessica dengan erat.
“eotteoke? Oppa, eotteoke…”
Jessica semakin terisak dipelukan Donghae.
“gwaenchana, gwaenchana…” Donghae
menepuk-nepuk punggung Jessica. Tanpa disadari air matanya juga ikut menetes,
hatinya terasa begitu sakit. Jika mungkin, Donghae benar-benar ingin
menggantikan semua luka yang saat ini Jessica rasakan.
“aku…aku tidak akan bisa menari
ballet lagi…” tangis Jessica “oppa, apa yang harus aku lakukan? Aku benar-benar
menyukai ballet. Aku sangat menyukai ballet, tapi, kenapa aku tidak bisa menari
ballet lagi, kenapa? lalu apa yang harus aku lakukan…”
Jessica menumpahkan semua
perasaannya, semua air mata, semua kesedihan yang ia rasakan.
“kau hanya perlu berada
disampingku...” Donghae melepas pelukannya dan menatap mata Jessica
dalam-dalam.
“kau bisa lakukan hal-hal yang
kau kusukai…” Donghae tersenyum lembut.
“oppa…”
“ssstt…” Donghae mmenghapus air
mata Jessica “jangan khawatir, semua akan baik-baik saja…”
Donghae membelai rambut Jessica
dengan lembut, lalu menarik yeoja itu ke dalam pelukannya, lebih erat dari
sebelumnya seakan memberikan semua kekuatannya.
>>
Jessica menatap kedua kakinya
putus asa. Ballet, haruskah ia kehilangan sesuatu yang paling ia sukai,
bagaimana mungkin ia dapat melepaskan impiannya. Jessica menghapus air mata
yang terus menetes dipipinya sampai tidak menyadari seseorang mengetuk pintu
ruangannya.
Sooyoung membuka pintu dengan
hati-hati dan masuk kedalam. Sooyoung tersenyum kecil melihat Jessica yang berpura-pura
tidur.
“jangan pura-pura tidur…”
Sooyoung mendekat”cepat bangun!”
Saat mendengar siapa yang datang
Jessica segera membuka matanya dan duduk menyender diranjangnya. Sooyoung
tersenyum simpul, lalu duduk didekat Jessica.
“omo, kenapa wajahmu jadi tirus
seperti itu?” Sooyoung memasang ekspresi terkejut “memang sudah berapa lama kau
disini? Kenapa jadi kurus sekali. Apa mereka tidak memberimu makan?” ucapnya
dengan gaya khas. Jessica hanya tersenyum tipis.
Sooyoung menatap Jessica dengan
sendu, lalu membelai wajah Jessica dengan lembut. Tanpa disadari air mata menetes
dipipinya.
“ya ampun, bagaimana ini…” Sooyoung
menghapus air matanya “padahal aku sudah berlatih agar tidak menangis, tapi
kenapa tidak berhasil…” isaknya diselingi tawa kecil.
“anak nakal, kenapa kau tidak
pernah mendengarkanku? Aku bilang jangan terluka, tapi kau ini senang sekali
membantah…” omel Sooyoung “beritahu bagian mana
yang sakit, aku akan menggantikannya untukmu…”
“songsaenim…” panggil Jessica parau
“apa yang harus aku lakukan sekarang…” Jessica menunduk dan mulai menangis, dia
tidak bisa meneruskan kata-katanya. Sooyoung memeluk Jessica dengan erat.
“gwaenchana, gwaenchana…” ucapnya
menahan air mata. Sooyoung tersenyum hangat dan menghapus air mata Jessica.
“dengarkan baik-baik, didunia
ini, ada hal-hal paling kita inginkan yang tidak bisa kita miliki, tapi, kau
akan dapatkan sesuatu yang lebih berharga…” ucap Sooyoung dengan lembut.
“kau bisa menari ballet seperti
semula atau tidak, itu bukan masalah. Bagiku, kau tetap yang terbaik, kau
adalah ballerina yang paling berbakat…”
“mianhae songsaenim…” lirih
Jessica. Sooyoung menggeleng pelan dan tersenyum.
“itu bukan salahmu…” Sooyoung kembali
memeluk Jessica. Hangatnya pelukan yang Sooyoung berikan, setidaknya membuat
Jessica merasa sedikit lebih baik.
>>
Jungsoo berdiri didepan lemari
dimana abu Kang Soora disemayamkan. Jungsoo menatap lekat foto Kang Soora yang
diletakkan disana, senyum wanitanya bahkan masih terlihat nyata dan hangat.
“aku datang…” Jungsoo meletakkan
setangkai lili putih kesukaan Kang Soora.
“Soora-ya…” gumam Jungsoo “aku
bertemu dengan seorang yeoja yang sangat mirip denganmu…”
“dia menyukai banyak hal yang
sama denganmu. Dia selalu bersemangat, ceria dan tidak mudah menyerah. Aku,
bahkan seperti melihat bayanganmu padanya…” ucapnya tersenyum simpul.
“aku tidak tahu kenapa gadis itu
selalu muncul dipikiranku dan selalu membayangiku. Aku merasa senang saat
melihatnya dan merasa khawatiir jika tidak melihatnya…” Jungsoo menghela nafas
pelan, lalu menunduk.
“mianhae…” lanjutnya lirih “jeongmal
mianhae…kau pasti membenciku karena mengatakan semua ini, tapi, apa yang harus
aku lakukan sekarang? Aku benar-benar takut menyakitinya, tapi aku juga
benar-benar menyukainya…”
“aku takut melakkukan kesalahan
yang sama…” lirih Jungsoo. sesaat dia memejamkan mata dan merasakan semilir
angin berhembus, menerpa lembut wajahnya, seperti sebuah tangan seseorang
membelai wajahnya. Jungsoo membuka matanya dan tersenyum lembut.
“mianhanda, saranghanda, Kang
Soora…”
>>
Kibum menatap setumpuk berkas
yang ada di meja belajarnya. Sudah beberapa malam terakhir ia menghabiskan jam
tidurnya untuk membaca dokumen-dokumen penting. K-one perusahaan Appanya yang
berbasis di Amerika mengalami krisis keuangan dan berpotensi mengalami akuisisi
perusahaan lain. Jika dalam beberapa bulan kedepan keuangan K-one tidak kembali
normal, dipastikan separuh saham K-one akan dijual pada perusahaan lain.
Kibum berusaha keras mencari dan
mengumpulkan cara agar K-one cabang Amerika tidak di akuisisi perusahaan lain.
Tidak ada pilihan lain bagi Kibum, ditambah lagi Haraboji sudah mendesaknya
untuk maju menggantikan posisi Direktur karena sangat tidak mungkin jika
Appanya harus mengurus dua cabang perusahaan sekaligus.
Kata-kata Harabojinya selalu
terngiang, tidak ada lagi celah baginya untuk menolak. Ribuan nasib karyawan berada
di tangannya, hanya tingggal menentukan mana yang akan dia pilih, membiarkan
hampir separuh karyawan dipecat atau memilih untuk maju sebagai pimpinan baru.
Kibum memijat kepalanya yang
mulai berputar, beberapa hari ini dia tidak berselera makan, bahkan hanya tidur
satu atau dua jam sehari. Seseorang masuk keruangannya, sekertaris Jun membawa
beberapa tumpuk berkas ditangannya. Kibum menghela nafas pelan.
“aku membawa data yang kau
minta…” sekertaris Jun meletakkan berkas itu dimeja. “kau tidak apa-apa kan?”
Kibum menyenderkan badannya
kepunggung kursi, lalu bergumam pelan.
“apa masih tidak ada
perkembangan?”
Sekertaris Jun menggeleng pelan, sesaat
merasa kasihan, ia tidak bisa membayangkan beban sebesar itu harus dipikul oleh
seorang anak SMA.
“belajarlah sedikit demi sedikit,
aku yakin Sajangnim(direktur) menunjukmu karena kau sudah cukup siap
menggantikannya…”
“tapi, aku belum tertarik dengan
perusahaan…”
“tidak ada pilihan lain, saat ini,
kau yang memegang tombol bertahan atau hancur…” Sekertaris Jun menepuk-nepuk
lengan Kibum
“aku percaya kau akan melakukan
yang yang terbaik…” ucapnya lalu meninggalkan ruangan.
Kibum menatap langit-langit
kamarnya, sempat ia berpikir bisa lari dari bayang-bayang Appa dan Harabojinya,
tapi waktu selalu selangkah lebih cepat, tidak ada lagi jalan keluar dari garis
yang bahkan sejak awal sudah ditentukan. Kemungkinan terbesar saat ini adalah
berangkat ke Amerika.
>>
Semua berkumpul di ruang diskusi
saat istirahat siang itu. Tidak ada hal special yang mereka kerjakan, bahkan
Kibum dan Donghae hari ini tidak masuk kesekolah. Semua yang ada diruangan
menghela nafas bersamaan, harusnya mereka sibuk menyiapkan festival musim semi
tahun ini, tapi masalah bertubi-tubi datang, membuat mereka pesimis tahun ini
bisa memenangkan piala terbaik lagi.
“aku rasa inilah yang disebut
dengan fase cobaan menuju kedewasaan…” ujar Taeyeon membuka pembicaraan.
“ya, aku tidak bisa berfikir
karena terlalu banyak masalah yang kita hadapi…” timpal Sunny.
“kita harus semangat! Kita sudah
menang dua kali, tidak apa-apa jika tahun ini tidak menang, yang penting kita
sudah bekerja keras!” Tiffany mencoba menyemangati rekan-rekannya.
“kau sudah bisa menghubungi
Kibum?” tanya Siwon pada Yoona, pembicaraanpun beralih sembilan puluh derajat
dari topik sebelumnya.
Yoona menggeleng pelan, sudah beberapa
hari ini Kibum sulit dihubungi. Belakangan ini Kibum jarang masuk, sekalipun
datang dia hanya menghabiskan waktu dengan setumpuk kertas dimanapun berada.
“aku dengar K-one Amerika akan
diakuisisi, kemungkinan terjadi penjualan saham besar-besaran…” Jongwoon
menambahkan “itulah sebabnya aku tidak suka dunia bisnis..”
“itu karena kau memang tidak
pandai berbisnis, hyung” ejek Kyuhyun, Jongwoon melotot kesal.
“jika diakuisisi, apa yang akan
terjadi dengan perusahaan?” tanya Taeyeon.
“hanya ada dua hal…” sahut
Kyuhyun.
“tetap bertahan atau melakukan
pergantian pimpinan…” timpal Siwon.
Semua mennghela nafas lemah,
dunia bisnis memang sangat rumit. Terlebih lagi bagi Taeyeon, ia sama sekali
tidak punya gambaran karena orangtuanya bukanlah pebisnis.
“lalu bagaimana dengan Donghae
oppa?” tanya Seohyun, kini topik pembicaraan kembali berubah sembilan puluh
derajat dari sebelumnya.
“aku benar-benar sedih dengan
kejadian yang menimpa Jessica…” sahut Sunny “aku rasa itu adalah pukulan
terbesar bagi Donghae oppa…”
Mereka semua mengangguk lemah, mereka
semua hanya bisa memberikan doa untuk kesembuhan Jessica dan berharap semua
hal-hal sulit yang mereka alami satu persatu akan terselesaikan.
>>
Jongwoon berjalan mondar-mandir menatap
ponselnya. Sudah dua pekan ini dia jarang melihat Yuri, entah kenapa
perasaannya jadi aneh. Terkadang dengan sengaja dia berjalan melewati ruang
latihan kelas dance atau bahkan berpura-pura menemui Hyoyeon dikelas, tapi Yuri
sama sekali tidak terlihat.
Gosip yang menyebutkan kalau Yuri
dicampakan olehnya-pun semakin membuat Jongwoon merasa bersalah. Yeoja itu
pasti sangat kesal karena kabar yang tak berdasar itu. Jongwoon mengacak
rambutnya frustasi, semua masalah ini berakar dari satu orang. Ya benar, Kim
Hyoyeon, sepupunya itu sudah membuat semua jadi kacau.
“Jongwoon-ah…” Hyoyeon menerobos
masuk kedalam kamar tanpa izin dan duduk di sofa. Jongwoon menghela nafas lemah
melihat kelakuan sepupunya itu.
“mwo?” sahutnya datar. Hyoyeon
tertawa kecil melihat wajah kesal Jongwoon.
“wae gurae(ada apa)? Sejak tadi aku lihat kau
hanya mondar-mandir menatap ponsel…”
Jongwoon buru-buru meletakkan
ponselnya di meja dan menggeleng pelan. Bisa kacau urusannya jika ketahuan dia
sedang memikirkan Yuri.
“hey, tidak apa-apa. Katakan
saja, aku tidak akan memberi tahu siapapun…” ucap Hyoyeon melakukan gerakan
seperti menutup mulutnya dan mengunci rapat.
“sudahlah, kau hanya akan
membuatku semakin pusing saja…” tolak Jongwoon. Hyoyeon terlihat sedikit kecewa
mendengarnya, tapi kemudian dia tersenyum penuh arti, seakan tahu sesuatu.
“tentang Kwon Yuri, sebenarnya
kalian ini saling menyukai kan?”
Jongwoon yang sedang meminum
jusnya-pun tersedak. Hyoyeon meringis melihat sepupunya yang sangat mudah
ditebak itu.
“jangan asal bicara…” sahut Jongwoon
dengan tenang. Hyoyeon bergumam lirih, jelas-jelas sudah ketahuan, tapi masih
saja menyangkal.
“jangan berbohong, kita sudah
hidup sebagai saudara selama 18 tahun, kau pikir aku tidak bisa menebaknya? Aku
ini sangat memahamimu…” ucap Hyoyeon “hanya dengan melihatnya saja aku sudah
tahu kau sangat menyukai Kwon Yuri…”
“sudahlah, kau ini cerewet
sekali…” Jongwoon bangkit dari duduknya dan akan beranjak pergi.
“sebenarnya Kwon Yuri juga
menyukaimu…” ucapan hyoyeon sukses membuat Jongwoon berhenti. Hyoyeon tersenyum
melihat respon yang ditunjukkan Jongwoon.
“kenapa kalian tidak serius
pacaran saja. Aku lihat Kwon Yuri juga menyukaimu. Kenapa tidak coba serius
menyatakan perasaanmu padanya?” kali ini Hyoyeon berkata dengan serius.
Jongwoon memijat-mijat tengkuknya yang tiba-tiba pegal.
“itu…”
“aku benar-benar gemas melihat
kalian yang terus saja kucing-kucingan. Selama ini aku mengaku menjadi
yeojachingumu karena aku ingin tahu seperti apa reaksi Kwon Yuri…” lanjut
Hyoyeon. Jongwoon menahan nafas menunggu ucapan Hyoyeon selanjutnya.
“dan bingo! Aku rasa dia tertarik
padamu…” ucap Hyoyeon lirih lalu tertawa kecil “tapi dia malu untuk
mengakuinya…”
Jongwoon membulatkan matanya tidak
percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Perasaannya tiba-tiba seperti ditaburi
bunga mawar lima kilogram.
“kau tidak sedang bercanda kan?”
“tentu saja tidak.” Jawab Hyoyeon
dengan tegas “mau aku bantu?”
“bantu apa?” Jongwoon
mengernyitkan dahinya.
Hyoyeon hanya tersenyum penuh
arti. Ada banyak sekali ide yang muncul di otaknya. Kali ini, sudah waktunya
Hyoyeon turun tangan untuk menyatukan dua orang itu.
>>
Tiffany menarik nafas
sejenak sebelum akhirnya masuk ke sebuah
ruangan. Jessica yang sedang duduk dengan bosan sedikit terkejut melihat
Tiffany datang.
“kau…”
“annyeong…” sapa Tiffany
ceria “ya ampun, lihatlah betapa
berantakannya ruangan ini…” ucapnya sambil berdecak lidah.
“kau datang hanya untuk mengejek ruangan
ini berantakan ya?”
“tentu saja tidak. Aku datang
sebagai mantan temanmu…”
Jessica mengangkat sebelah
alisnya, sama sekali tidak mengerti maksud ucapan Tiffany.
“yak kau sudah lupa ya? Aku kan
sudah bilang, aku datang sebagai mantan temanmu…” Tiffany mengulangi ucapannya,
tapi Jessica terlihat masih tidak mengerti dengan ucapannya.
“ya ampun kau payah sekali…”
keluh Tiffany “kau masih ingat, waktu itu aku memintamu datang ke pestaku. Tapi
kau tidak datang dan malah sakit seperti ini membuatku kecewa, jadi aku
memutuskan untuk marah padamu…”
“memangnya sejak kapan kita
berteman?” sahut Jessica.
Mendengar itu Tiffany sukses
memberikan jitakan dan membuat Jessica mengaduh kesakitan.
“hey, kau tidak boleh menganiaya
pasien rumah sakit!” protes Jessica.
“pasien menyebalkan sepertimu ini
memang pantas dipukul…”
“hah? Kau ini benar- benar…”
Sebelum Jessica menyelesaikan
kkaya-katanya, tiba-tiba saja Tiffany memeluknya.
“kau tidak apa-apa kan?” suara
Tiffany terdengar parau “kau tahu aku ini juga sangat khawatir padamu, walau
bagaimanapun juga kita ini teman…” tanpa Jessica ketahui Tiffany meneteskan air
matanya.
Jessica terdiam sesaat, kemudian
tersenyum tipis “kau lihat, aku kan tidak apa-apa…”
Tiffany segera mengusap air mata
dan melepaskan pelukannya.
“benar juga…” Tiffany menepuk
pelan bahu Jessica “yeoja sepertimu ini tidak perlu dikhawatirkan…” lanjutnya sedikit
tertawa geli “jangan dipikirkan, semuanya akan baik-baik saja. Apapun yang
terjadi aku akan tetap berteman denganmu…”
“kau bilang tadi kita tidak
berteman…” protes Jessica.
“itu kan tadi, sekarang kita
sudah berteman lagi…” sahut Tiffany “aku putuskan mulai sekarang kau temanku,
jadi jangan berani-berani terluka lagi seperti ini dan membuat semua orang
khawatir atau aku akan…”
“berisik…” Jessica menyumpalkan
potongan buah apel kemulut Tiffany membuat yeoja itu mendelik kesal.
“kunyah dengan benar…” perintah
Jessica, lalu keduanya tertawa bersama memecah dinginnya ruangan menjadi
sedikit lebih hangat.
>>
Kibum bangkit dari duduknya dan
menatap tajam pada Harabojinya, wajahnya merah padam menahan marah.
“jadi, setelah memaksaku masuk ke
perusahaan, sekarang kakek juga berusaha mengendalikan hidupku?”
“aku tidak memaksa, itu semua
pilihanmu…” jawab Haraboji dengan tenang, wajahnya tidak bergeming sedikitpun.
Kibum meringis kecil, tidak ada
yang lebih buruk dari ini, sekarang bahkan Harabojinya mengatur kencan untuknya
dengan salah satu putri dari perusahaan yang akan bekerja sama dengan KOne
Amerika.
“jangan terlalu berrharap. Aku
hanya masuk perusahaan, tapi bukan berarti aku membiarkan Haraboji mengatur
hidupku seperti Haraboji mengatur hidup Appa…”
“kau benar-benar…” wajah Haraboji
memerah, tersinggung dengan ucapan Kibum, beliau bersiap mengangkat tongkatnya
hendak memukul, tapi sekertaris Jang berusaha menahannya.
“semua terserah padamu, aku hanya
memberikan pilihan. Kau tahu kan sebesar apa pengaruh perusahaan keluarga Yoo
di Amerika. Jika kita menjalin hubungan baik dengan mereka, bisa dipastikan
akan membantu KOne…” setelah amarahnya mereda, Haraboji kembali duduk dan
berkata dengan tenang.
“ini hanya tahap awal, kalian perlu
saling mengenal lebih dulu. Lagipula, putri keluarga Yoo itu cantik dan
pintar…”
Kibum menyeringai mendengarnya,
semua yang harabojinya katakan itu hanya masuk telinga kanan dan keluar dari
telingan kiri. Kibum akan beranjak pergi meninggalkan ruangan itu, tapi
perkataan Haraboji membuatnya berhenti melangkah.
“ingatlah bahwa keputusanmu
menentukan nasib ratusan ribu pekerja KOne…”
“jadi sekarang Haraboji
mengancamku?” Kibum sama sekali tidak berbalik.
“aku sudah mengatur pertemuan
hari ini, sekeretaris Jang akan mengantarmu. Datanglah dan jangan membuatnya
menunggu lama…”
Kibum tersenyum pahit
mendengarnya, ternyata Haraboji benar-benar bergerak lebih cepat untuk
mengendalikan hidupnya.
“tentu saja. Tapi, aku harus
pastikan Haraboji tidak akan menyesal memaksaku datang.”
Kibum keluar dari ruangan Haraboji
diikuti sekertaris Jang dibelakangnnya.
“saya akan antar tuan muda…”
“tidak perlu, berikan kunci mobil
dan sebutkan tempatnya.”
Sekertaris Jang mengangguk mengerti
dan menyebutkan salah satu restaurant di daerah Gangnam. Setelah itu Kibum
masuk ke dalam mobil dan melesat dengan kecepatan penuh. Hanya dalam sepuluh
menit dia sampai di sebuah restaurant Italia. Kibum masuk dan melihat ke nomer meja
yang sekertaris Jang sebutkan tadi. Ada seorang yeoja yang sudah duduk dengan
manis disana. Meskipun belum pernah bertemu, anehnya yeoja itu tersenyum
gembira saat melihat Kibum datang.
“Annyeonnghasseo…” sapa yeoja itu
dengan ramah. Kibum duduk dengan malas di kursinya.
“maaf aku datang terlambat…”
ucapnya basa-basi.
“anio, aku juga baru datang…”
yeoja itu tersenyum manis “oh ya, kita belum pernah bertemu sebelumnya, namaku
Yoo See mi…”
“aku rasa kau sudah tahu namaku
kan?” tanya Kibum dengan dingin, yeoja itu tersenyum canggung.
“ah benar. Aku juga sudah
mendengar banyak tentangmu…”
“baguslah kalau begitu, jadi kau
juga sudah tahu kan kalau aku bukan orang yang suka berbasa-basi?”
“apa?” meski terlihat bingung
tapi yeoja terus berusaha menunjukkan ketertarikannya.
“aku akan beritahhu sedikit,
sebenarnya aku tidak suka yeoja yang menghabiskan seharian penuh di salon…”
Yeoja itu terlihat semakin
bingung dan tersenyum canggung “ah benar sekali, aku juga tidak suka
berlama-lama berada disalon…”
Hanya dari penampilannya saja
Kibum tahu yeoja itu bahkan bisa menghabiskan seharian penuh di salon, Kibum
mendecak dalam hati.
“aku juga tidak suka yeoja yang
tampil berlebihan…”
“apa?” yeoja yang bernama Yoo See
mi itu masih berusaha mencerna kata-kata Kibum.
“oh ya, aku juga tidak suka yeoja
dengan hak sepatu yang bisa merusak rumput di rumahku…”
Merasa sudah mulai tersinggung,
Yoo Seemi masih berusaha tersenyum meskipun wajahnya terlihat kesal.
“aku tidak suka yeoja dengan
lipstick yang tebal, pakaian yang mencolok dan sibuk membeli tas bermerk…”
Kibum menyeruput cappucinonya dengan tenang.
Yoo Seemi yang merasa tersindir
itupun hanya bisa menghembuskan nafas dengan sebal. Awalnya Yoo Seemi tertarik
dengan penampilan Kibum, tapi ternyata namja yang ada didepannya itu jauh lebih
dingin dari penampilannya.
“sepertinya kita ini sangat tidak
cocok ya…” Yoo Seemi berusaha menahan amarahnya dengan meneguk jusnya “ternyata
kau jauh lebih dingin dari yang aku bayangkan…”
“benar, jadi sekarang kita
selesaikan semuanya dengan cepat…”
Yoo seemi mengangkat sebelah
alisnya, namja didepannya itu tidak bisa berbasa-basi sedikitpun.
“katakan pada Appamu bahwa
kerjasama tetap berjalan seperti semula. Katakan saja kau tidak menyukaiku,
atau aku terlalu menyebalkan. Aku rasa mereka tidak akan keberatan… “ Kibum tersenyum
kecil dan mengangkat bahu.
“bagaimana jika aku katakan aku
menyukaimu?”
“tentu saja, itu tidak masalah.
Tapi, sepertinya aku akan membuatmu tertekan…” meskipun terdengar santai, tapi
Kibum mengatakannya dengan penuh penekanan, bahkan tatapan matanya seperti
mengintimidasi.
Yoo Seemi menelan ludahnya, merasa
kesal dia bangkit dari duduknya dan menarik tas “bermerk-nya” dengan kasar.
“akan aku pertimbangkan, lain
kali kita bertemu lagi. Sampai jumpa…” Yoo Seemi berjalan dengan langkah cepat
meninggalkan restaurant. Kibum tersenyum puas melihat yeoja itu pergi dengan
kesal.
>>
Taeyeon berjalan was-was melewati
gerombolan pemuda yang sedang duduk di gang yang gelap. Jam sudah menunjukkan
pukul sepuluh malam, karena ada sedikit masalah ditempat kursus membuat Taeyeon
terpaksa pulang larut malam. Taeyeon memberanikan diri melewati segerombolan
pemuda itu karena tidak ada jalan lain atau dia harus berputar dua kali lebih
jauh untuk sampai rumahnya.
“wahh nona cantik ini mau
kemana?” tiba-tiba gerombolan pemuda itu menghadang Taeyeon.
“maaf, saya harus segera pulang…”
Taeyeon merinding melihat seringaian mereka yang mengerikan itu.
“kau anak SMA ya? Kenapa baru
pulang…” goda salah satu dari mereka.
Taeyeon mundur satu langkah,
kakinya sudah mulai gemetar.
“permisi ahjussi, saya harus
lewat…” ucap Taeyeon gelagapan. Segerombolan pemuda itu tertawa geli melihat
Taeyeon yang gemetaran.
“ahjussi? Kenapa kau memanggil
kami ahjussi? Panggil saja kami oppa…” mereka berjalan mendekati Taeyeon, salah
satu pemuda menarik tangannya membuat Taeyeon reflek melayangkan tinjunya dan
mengenai wajah. Pemuda itu meringis kesakitan.
“apa-apaan ini, berani sekali
bocah sepertimu memukulku!” gertak pemuda itu.
“mianhamnida, sa-saya tidak sengaja…”
Taeyeon semakin tersudut.
Pemuda-pemuda itu tertawa licik, mereka
semakin mendekat seperti ingin menangkap Taeyeon, karena sudah merasa bahaya
dalam hitungan detik Taeyeon berlari kencang.
“hey!!!!” teriak pemuda-pemuda
itu dan langsung berlari secepat kilat mengejar Taeyeon. Meskipun Taeyeon sudah
berlari sekencang-kencanngnya, tapi para pemuda itu ternyata lebih cepat
darinya, dalam hitungan detik mereka berhasil menangkap Taeyeon.
“tolong ahjussi, tolong lepaskan
saya…” Taeyeon memohon sambil berusaha melepaskan pergelangan tangannya.
“hahaha, tenaga yeoja ini
ternyata lumayan juga…” mereka meringis dan menyeret Taeyeon.
Taeyeon sudah menangis ketakutan
dan putus asa. Taeyeon meronta-ronta, tapi kakinya sudah lemas, dia sudah tidak
bisa membayangkan apa yang akan terjadi. Saat memikirkan berbagai hal-hal buruk
yang akan terjadi, Taeyeon mendengar seseorang berteriak dari arah belakang dan
memukul beberapa pemuda itu. Karena air mata yang menggenang membuat mata
Taeyeon tidak bisa melihat dengan jelas. Perkelahian tak terelakkan.
Taeyeon sangat
terkejut karena ternyata orang yang menolongnya itu adalah Park Jungsoo, kakinya
semakin terasa lemas.
Park Jungsoo berkelahi seorang
diri melawan lima orang. Meskipun kemampuannya cukup, tetapi mustahil dia bisa
mengalahkan lima orang sendirian. Jungsoo-pun akhirnya kewalahan menghadapi mereka. Mereka memukuli
Jungsoo dengan brutal membuat Taeyeon berteriak histeris. Dengan tangan
gemetaran Taeyeon berusaha menghubungi polisi.
Dalam beberapa menit saja,
terdengar sirine yang menandakan polisi datang. Polisi berusaha mengejar
pemuda-pemuda yang melarikan diri itu, dengan langkah gemetar Taeyeon
menghampiri Jungsoo yang sudah terkapar dengan wajah penuh luka dan darah.
“songsaenim…songsaenim…” Taeyeon
terus menangis, dengan separuh kesadarannya Jungsoo tersenyum dan menghapus air
mata Taeyeon.
“uljima(jangan menangis), aku
tidak apa-apa…” ucapnya lirih.
“ayo kita kerumah sakit, kita
harus ke rumah sakit…” Sebelum Taeyeon
sempat berdiri, Jungsoo menghentikannya terlebih dahulu.
“tidak, tidak perlu. Aku tidak
suka ke rumah sakit…”
“tapi, tapi songsaenim terluka…”
“ini hanya luka kecil, jadi
jangan khawatir…”
Jungsoo berusaha berdiri, tapi
langkahnya sedikit sempoyongan sehingga Taeyeon dengan sigap memegangi bahunya
agar tidak jatuh.
“songsaenim…” lirih Taeyeon
dengan khawatir.
Jungsoo tetap bersikeras tidak
ingin pergi kerumah sakit, akhirnya Taeyeon mengantar Jungsoo pulang. Beberapa
menit kemudian mereka sampai, Taeyeon membantu Jungsoo berjalan dan masuk
kerumahnya.
Taeyeon sedikit gugup karena ini
pertama kalinya dia masuk kerumah Jungsoo, tidak, lebih tepatnya kerumah
seorang namja. Setelah membaringkan Jungsoo, Taeyeon berlari ke dapur mangambil
air hangat dan kotak obat. Dengan cekatan Taeyeon membersihkan sedikit demi
sedikit luka Jungsoo dan mengolesinya dengan obat.
“kau tidak apa-apa kan?” tanya
Jungsoo sambil menahan perih karena lukanya.
“ne, aku tidak apa-apa…” lirih
Taeyeon “mianhamnida… songsaenim jadi terluka seperti ini karena menolongku…”
Taeyeon menunduk dalam-dalam, menyembunyikan kesedihannya.
Meskipun matanya lebam dan
wajahnya yang penuh luka, Jungsoo masih mengelak dan mengatakan baik-baik saja.
“syukurlah kau baik-baik saja.
Jangan terlalu khawatir, ini hanya luka kecil…”
“ghamsahamnida songsaenim sudah
menolongku…”
Jungsoo tersenyum samar-samar,
meskipun matanya tidak bisa sepenuhnya terbuka tapi dia bisa melihat bahwa
Taeyeon sangat tulus saat mengucapkannya. Taeyeon membereskan kotak obat dan
beranjak berdiri, tapi Jungsoo menahannya dengan memegangi tangannya.
“jangan pergi, tetaplah disini…”
lirih Jungsoo “tetaplah disampingku, sebentar saja, sebentar saja…”
Jungsoo menggenggam erat tangan
Taeyeon dan memejamkan matanya. Taeyeon akhirnya kembali duduk, entah kenapa
perasaannya bahagia karena Jungsoo menggenggam erat tangannya, seolah tidak
ingin dilepaskan, Taeyeon ikut mempererat genggamannya. Hanya untuk kali ini,
Taeyeon akan mengikuti kata hatinya.
“gomawo, gomawo oppa…” lirih
Taeyeon setelah memastikan Jungsoo sudah tertidur. Akhirnya Taeyeon ikut
tertidur di samping Jungsoo.
Matahari bersinar terang, Jungsoo
mengerjapkan matanya. Sekujur tubuhnya terasa remuk, Jungsoo melirik jam di
mejanya, sudah pukul delapan pagi, dengan susah payah dia bangun dan berjalan
ke dapur. Jungsoo menghampiri meja makannya, disana sudah tersedia bubur dan
beberapa lauk. Jungsoo mengambil selembar note yang tertempel di mangkuk bubur
dan membacanya.
___
Selamat pagi songsaenim…
Hari ini sangat cerah jadi aku
bangun lebih pagi. Mungkin saat songsaenim membaca pesan ini aku sudah belajar
di kelas. Maaf aku tidak berpamitan, tapi aku sudah membuatkan bubur untukmu,
meskipun sederhana tapi aku membuatkannya dengan sepenuh hati…tolong sarapanlah
dengan bahagia. Sampai jumpa lagi^^
Taeyeon.
___
Jungsoo tersenyum membacanya,
lalu duduk menikmati sarapannya. Meskipun badannya masih terasa ngilu dan
pipinya terasa nyeri, entah kenapa hatinya merasa bahagia, perasaan yang bahkan
tidak bisa dijelaskan.
“mashita(enak)…” gumamnya lalu
tersenyum.
>>
Sunny berjalan dengan hati-hati
sambil bergumam pelan. Dia membawa tumpukan buku yang bahkan jauh lebih tinggi
dari badannya. Sebenarnya hari ini jadwal piketnya bersama Yoona, tapi karena
Yoona belum datang jadi Sunny harus rela menyiapkan buku dari perpustakaan
sendirian.
Beberapa siswi berlari
terburu-buru dan menyerempet Sunny, akhirnnya semua buku yang dia bawa jatuh.
Sunny berteriak kesal pada siswi-siswi itu, tapi mereka sudah melarikan diri
dan tidak minta maaf. Saat sedang membereskan buku-bukunya, Seseorang
menghampiri untuk membantunya.
“kenapa kau membawa buku sebanyak
ini sendirian?” Sungmin menumpuk buku-buku yang jatuh berserakan.
Sunny terdiam sesaat, lalu
membereskan bukunya lagi tanpa menjawab sepatah katapun. Setelah semua bukunya
beres, Sunny menumpuknya menjadi satu dan hendak membawanya sendiri, tapi
Sungmin buru-buru mengambil separuhnya.
“tidak perlu, tidak apa-apa…”
ucap Sunny sopan mengambil kembali bukunya, tapi Sungmin menahan tangannya.
“kenapa kau menjauhiku?”
“kenapa oppa berfikir seperti
itu, aku sama sekali tidak menjauhimu…”
“sekarang kau bahkan menggunakan
bahasa formal padaku…” keluh Sungmin.
“bukankah seorang dongsaeng
memang harus menggunakan bahasa formal pada oppanya…” Sunny tersenyum pahit,
perasaan kecewanya belum benar-benar sembuh.
“Sunny-ah…” Sungmin menghela
nafas lemah “kau benar-benar berubah…”
Sungmin merasa beberapa hari ini
Sunny sengaja menjauhinya dan menjaga jarak dengannya.
“bukan aku, tapi oppa. Oppa-lah
yang sudah berubah…”
“sunny-ah itu…”
“sudahlah oppa, aku tidak ingin
membicarakannya…” potong Sunny.
Merekapun terdiam, pada saat
bersamaan Yoona berlari tergesa-gesa dari arah belakang membuat Sunny segera
memanggilnya. Akhirnya Yoona datang menghampiri mereka.
“maaf eonni aku terlambat…” Yoona
mengatur nafasnya yang terengah-engah, tapi Yoona baru menyadari keadaan yang
sebenarnya.
“ah, ya ampun… ah, annyeonghasseo
Sungmin-shi…” sapa Yoona canggung, Sungmin membalasnya dengan tersenyum.
“Yoongie, tolong bawakan
bukunya…” Sunny melirik tumpukan buku yang ada ditangan Sungmin, dengan segera
Yoona menurutinya.
“kalau begitu kami kembali kekelas,
sampai jumpa…” ucap Sunny dan berjalan mendahului Yoona yang masih berdiri
canggung.
“ah ya ampun, kadangkala eonni
memang seperti itu…” Yoona menggaruk kepalanya yang tidak gatal
“kalau begitu aku juga harus segera pergi,
sampai jumpa Sungmin-si…” Yoona menunduk sopan “eonni tungguuuu…” teriak Yoona
mengejar Sunny.
Sungmin melihat mereka dan hanya
bisa menghela nafas pelan.
>>
Setelah melewati jam pembelajaran
yang panjang, bel pulang akhirnya berbunyi. Mereka semua membereskan
perlengkapan di meja masing-masing. Dibanding yang lain Taeyeon membereskan
alat tulisnnya lebih cepat. Tiffany sampai terkekeh geli melihat tingkah
Taeyeon yang serba terburu-buru hari ini.
“kau mau kemana? Kenapa
terburu-buru seperti itu…” Sunny masih membereskan alat tulisnya.
“maaf, sepertinya aku tidak bisa
membantu kalian hari ini…” ucap Taeyeon penuh penyesalan.
“kenapa? Apa ada masalah
dirumahmu?” tanya Siwon membuat yang lain ikut khawatir. Taeyeon buru-buru
menggeleng dengan cepat.
“ah tidak, tidak ada apa-apa. Aku
hanya ada urusan yang sangat penting. Aku benar-benar minta maaf tidak bisa
ikut dengan kalian…”
Sebenarnya hari ini mereka semua
akan membantu Donghae untuk memberi kejutan pada Jessica nanti malam. Tapi
dengan sangat menyesal Taeyeon tidak bisa ikut karena dia ingin segera pulang
dan melihat kondisi Jungsoo.
“syukurlah kalau tidak ada
apa-apa…” timpal Yoona “gwaenchana, eooni jangan khawatir…”
“iya, tidak apa-apa. Pergilah…”
jawab Jongwoon diikuti anggukan kepala yang lain.
“baiklah, terima kasih…” Taeyeon
tersenyum lega “oh ya, Donghae-ah tolong sampaikan salamku pada Jessica…”
Donghae mengangguk dan tersenyum
kecil. Setelah mengucapkan salam, Taeyeon segera berlari keluar, tapi dia
berbalik saat berada di pintu kelas.
“oh iya, semoga kejutannya
sukses. Fighting!” teriak Taeyeon dengan semangat sebelum akhirnya benar-benar
tidak terlihat.
Dihalaman sekolah Taeyeon berjalan
dengan sangat bersemangat sampai tidak menyadari seseorang memanggilnya
beberapa kali. Baekhyun berusaha mengejar Taeyeon dan terus memangggilnya sampai
akhirnya Taeyeon berbalik.
“oh, ya ampun, ternyata kau yang
memanggilku…” Taeyeon meringis kecil.
“aduh, kenapa nuna berjalan cepat
sekali…” keluh Baekhyun sambil mengatur nafasnya yang terengah-engah.
“maaf aku tadi tidak mendengarmu
memanggilku…” ucap Taeyeon “oh ya, ada apa?”
“apa hari ini nuna sibuk? Aku
mendapat tiket gratis nonton film, bagaimana kalau hari ini kita nonton film?”
tanya Baekhyun antusias.
“mmm sebenarnya aku ingin, tapi
sepertinya tidak bisa. Aku benar-benar ada urusan yang sangat penting…” jawab
Taeyeon dengan menyesal.
“oh begitu ya…” Baekhyun terlihat
sedikit kecewa tapi beberapa detik kemudian wajahnya berubah ceria lagi “kalau
begitu tidak apa-apa, kita pergi nonton lain kali saja…”
“jeongmal mianhae, lain kali biar
aku yang mentraktirmu, arra…”
“iya, tidak apa-apa…” Baekhyun mengangguk
semangat, setelah itu Taeyeon buru-buru mengucapkan salam dan berjalan pergi.
Baekhyun hanya bisa menatap
punggung Taeyeon yang semakin jauh lalu menghela nafas lemah.
>> Annyeonghasseo^^, akhirnya part 12 selesai juga...lama author vakum dan sangat senang bisa menyelesaikan part 12. Di part ini aku sengaja bikin panjang kali lebar, hitung" hadiah buat para readers yang sudah setia menunggu^^
pokoknya author sangat berterima kasih pada readers" setia...jangan bosan" tunggu part selanjutnya ya...Ghamsahaeyeo^^
Jangan lupa ya jejaknya! :)