Rain

Rain Cloud

Sabtu, 06 September 2014

FF Haesica : Romance Town part 1

Romance Town (part 1)

Tittle          :  Romance Town
Author         : Sae
Main Cast    :  Lee Donghae & Jessica Jung
Support Cast:  Sandara Park(2ne1), Choi Sooyoung, Kwon Boa, Leeteuk, Kim Taeyeon,  Nana (Afterschool), Shindong
Genre          :  Romance comedy
Part             :  1-end

Happy reading^^ 

Pada pertengahan bulan April, tidak ada bunga sakura di Apgujeong. Sebagai gantinya, bunga sakura buatan bermekaran menghiasi Mall Kingdom . Tampak seorang perempuan duduk bertopang dagu sambil menatap Kingdom yang mencakar langit dari café shop seberang.

Jessica menghela nafas berat. Mungkin karena matahari begitu terik, Kingdom terlihat berkilau, tidak, lebih tepatnya sebuah tas Marc Jacobs edisi baru yang diimpikanlah yang membuat silau matanya. Tapi sayangnya, Jessica hanya bisa melihat tas itu dari kejauhan, akhir bulan ini, apapun alasannya, dia bertekad harus bisa mendapatkannya. Meskipun pengeluaran bulan ini akan membengkak. Mau bagaimana lagi?.

Begitu memasuki bulan April, Jessica tidak ingin mengatakan bahwa April adalah bulan yang kejam. Namun, April kali ini berantakan seperti debu yang beterbangan karena tagihan belanja yang membengkak. Secara pribadi, April lebih kejam daripada diet ketat.
Ponselnya berdering, Jessica menghela nafas lalu menekan tombol terima. Terdengar suara berat seorang pria dari seberang sana, Jessica mengernyitkan dahi.
“eodiga(kau dimana)?” suara pria itu terdengar panik.
“wae?”
Jessica mendengarkan dengan serius, tiba-tiba Jessica bangkit berdiri dan menggebrak meja, membuat beberapa pengunjung menatapnya aneh.
“ah, mianhamnida…” Jessica meminta maaf ke sekeliling dan berjalan keluar dengan terburu-buru.
“kau, tunggu aku dikantor. Benar-benar, dasar penyihir!” umpatnya segera berlari.

>> 

Jessica bekerja di majalah fashion A-style, salah satu majalah fashion yang terkenal di Korea Selatan. Pekerjaan di majalah fashion dibagi menjadi tiga, yaitu tim fashion, tim beauty dan tim pitcher. Ditempatnnya bekerja, majalah A-style, Jessica  berada di tim fashion.

Jessica menatap sengit pada wanita yang duduk didepannya. Disebelahnya berdiri seorang laki-laki bertubuh agak tambun yang tadi meneleponnya, Shindong, rekan satu timnya. Jessica benar-benar ingin menelan Kwon Boa kepala editor hidup-hidup, penyihir itu, sampai kapan dia akan berhenti membuat hidupnya tertekan.

“kenapa harus aku? Kenapa tidak yang lain saja!” Jessica hampir berteriak kalau saja dia tidak sadar didepannya itu adalah “Kepala Editor”.
“kenapa? Tentu saja karena kau yang paling pandai merayu.”

Kwon Boa, dia adalah direktur yang membawahi fashion, beauty dan pitcher di majalah A-style. Semua junior memanggil perempuan itu dengan sebutan Kepala Editor. Kenyataan yang ada adalah dia bos yang egois dan selalu menentukan semuanya sendiri tanpa mengajari karyawannya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kantor. Bahkan, jika ada peserta magang maupun pegawai baru yang terlalu mempercayai kata-katanya, pasti tidak dapat bertahan lebih dari dua bulan dan langsung mengundurkan diri.

Hal itu membuktikan bahwa Kwon Boa bisa dibilang sosok seorang penyihir yang sempurna. Khususnya adalah ketika melihat sepatu high heels Gucci musim ini yang membuat Jessica tidak tahan.

“tapi aku bagian tim fashion! bagaimana mungkin kau menyuruhku mengerjakan tugas tim pitcher!” Jessica menatap kepala editor dengan sengit, sedangkan Shindong hanya menunduk takut.

Tim pitcher ditempat Jessica bekerja itu adalah seperti bagian budaya Koran. Diluar majalah yang ada hubungannya dengan fashion, misalnya berkaitan dengan budaya, drama, film, seni, makanan, serta gossip dan wawancara para artis.

“bukankah kau pernah melakukan wawancara.”
“aku terpaksa…”
“kali ini juga begitu.” Kepala editor Boa sama sekali tidak bergeming “kalian berdua, aku tidak mau tahu, akhir pekan ini harus dapatkan jadwal wawancara dengan aktris Choi Sooyoung.”
“Kepala Editor…” akhirnya Jessica dan Shindong hanya dapat memelas, namun tidak ada gunanya, segala hal yang dikeluarkan dari mulut Kepala Editor Boa tidak akan mungkin ditarik kembali.

Jessica keluar dari ruangan kepala editor dengan wajah masam diikuti Shindong dibelakangnya. Rekan-rekan kerja mereka sudah bisa menebak pasti tugas itu pada akhirnya jatuh ke tangan Jessica. Mau bagaimana lagi? mereka juga tidak bisa membantu, apalagi tugas ini terbilang cukup sulit. Satupun anggota tim pitcher tidak ada yang berhasil mendapatkan wawancara dengan aktris Choi Sooyoung. Bahkan mereka sudah mengirim permintaan wawancara sebanyak tiga kali, tapi tidak ada satupun yang diterima.

Jessica menghempaskan badannya dikursi kerja dengan kasar, benar-benar tidak habis pikir, pandai merayu? apa-apaan penyihir itu. Enak saja mengatainya. Pekerjaannya masih sangat banyak, dan sekarang dia memberikan tugas baru seenaknya saja.

“aigoo, bagaimana ini? Kau harus semangat ya…” Nana salah satu anggota tim pitcher menghampiri Jessica.
“jangan berpura-pura, aku tahu awalnya ini tugasmu kan?” cibir Jessica. Ya, mereka memang sudah terkenal punya hubungan buruk di kantor, bahkan mereka salah satu yang paling sering beradu pendapat di meja rapat.

Di antara orang-orang yang bekerja di tim pitcher, tidak ada seorangpun yang menyukai Nana. Dia adalah orang yang egois dan sok. Dia juga keras kepala, bahkan bisa dibilang hampir sama dengan Kepala Editor.

“kenapa bicaramu seperti itu? aku hanya meminta bantuan Kepala Editor karena deadline beritaku, kau tahu kan aku sedang sibuk mengerjakan artikel kuliner…”
“cihh, bilang saja kau gagal mendapatkan jadwal wawancara dengan Choi Sooyoung kan?”
“mwo?! Kau pikir kau akan berhasil?” cibir Nana
“tentu saja…” berhadapan dengan wanita itu membuat Jessica percaya diri “sudahlah, lebih baik kau kerjakan artikel kulinermu dengan benar, jangan sampai kepala editor menolak mentah-mentah konsepmu untuk yang ketiga kalinya…” Jessica tersenyum menang lalu berjalan pergi membawa setumpuk berkasnya.
“yak kauuuu!!” teriak Nana dengan kesal.

>> 

Tidak bisa dihitung sudah beberapa kali Jessica membalik setumpuk kertas dimejanya, dia hanya geleng-geleng kepala melihat Shindong asik menikmati Burger super besarnya. Kadang terlintas dibenak Jessica, bagaimana mungkin rekannya itu masih bisa menikmati makanan sedangkan setumpuk pekerjaan siap menghabisi mereka. Jessica meneguk coffe latte-nya, di umur yang ke dua puluh enam tahun ini, kenapa hidupnya jadi semakin sulit. Apa sebaiknya menerima tawaran dari Ibunya saja, berhenti bekerja dan pulang kerumah. Tidak perlu pusing memikirkan bagaimana membeli tas atau baju edisi terbaru, cukup belajar memasak lalu menikah.

Ah tidak tidak, Jessica mengusir jauh-jauh pikiran konyol itu. Sejak awal inilah pilihannya, mengerjakan seuatu yang dia sukai dan tidak ingin selamanya bergantung pada orang tua. Meskipun terlihat sedikit lebih sulit tapi toh selama ini dia menikmatinya.

“hey hey, jadi bagaimana?” suara berat Shindong membuyarkan lamunan Jessica. “kau yakin kita bisa mendapatkan jadwal wawancara dengan Choi Sooyoung?”
“molla…” tiba-tiba Jessica merasa optimis setelah melihat usaha rekan sebelumnya yang selalu tidak membuahkan hasil “bagaimana kalau kita coba cara yang lain?”
“cara lain?” Shindong mengerutkan keningnya.
“ya, kita temui langsung Choi Sooyoung ke lokasi syutingnya atau ke rumahnya.”
“hah? Yang benar saja…” cibir Shindong “Man Oh dan Yeon Yi bahkan sudah mencobanya tiga kali, tapi Choi Sooyoung selalu menolak dengan banyak alasan.”

Kalau dipikir-pikir, itu aneh juga. Jessica bahkan sudah mencari tahu beberapa majalah yang berhasil melakukan wawancara dengan Choi Sooyoung.
“kau yakin permintaan wawancara itu langsung diberikan pada Choi Sooyoung?”
“apa maksudnya?”
“selama ini majalah kita selalu mengirim permintaan wawancara melalui agensi Choi Sooyoung, tentu saja pihak agensi yang akan memilih majalah apa saja yang bisa mewawancarainya…” jelas Jessica “kita sendiri tidak tahu apa Choi Sooyoung menerima atau menolak.”
“benar sekali!” puji Shindong “kenapa tidak terfikirkan olehku.” wajah Shindong berubah sedikit lebih cerah.
“kalau begitu kita bagi tugas, aku mencari langsung di lokasi syuting dan kau cari di agensinya. Sekarang kita berpencar, fighting!” Jessica berdiri dengan semangat.

Jessica bertekad akan sesegera mungkin menyelesaikan pekerjaan ini, dengan begitu kepala editor Boa tidak akan mengusiknya lagi sampai artikel fashion yang selama ini ia tunda kerjakan akan selesai. Kalau sampai tidak bisa melakukan wawancara dengan Choi Sooyoung, mungkin hidupnya akan dibuat tidak tenang. Bahkan majalah Mode dan majalah Big saja bisa melakukannya, jadi tidak ada kata tidak mungkin. Itulah sebabnya Jessica dijuluki sebagai “ratu penyelesaian masalah” di kantornya.

>> 

Seteleh menyelesaikan rapat mengenai proyek baru di Jeju, Lee Donghae mengecek kembali pergerakan saham perusahaannya. LEAD grup merupakan perusahaan elektronik di Korea Selatan. Selain bidang elektronik sebagai fokus utama, LEAD grup juga melebarkan sayap pada bidang desain pembangunan dan fashion.
Setelah memastikan pergerakan saham yang normal, Donghae melirik jam tangannya, sudah pukul tujuh malam. Donghae melemparkan tasnya ke kursi, lalu memakai headset yang tergantung di dasbor mobilnya. Ponselnya berdering, bisa di tebak itu pasti telepon dari Baek Jonggu sekertaris Ayahnya.

“aku tahu, aku akan datang…” jawab Donghae singkat lalu menutup teleponnya. Donghae menyalakan mobilnya dan mulai menembus jalanan kota Seoul.

Tidak butuh waktu yang lama, mobil Donghae menepi disebuah rumah bergaya klasik modern. Donghae berjalan dengan malas, perasaannya selalu berubah 90 derajat saat masuk ke dalam rumah yang pernah menyimpan banyak kenangan bersama mendiang Ibunya.

“kau tidak memberi salam?” tegur Komisaris Lee pada putranya yang sudah duduk dikursinya.
“aku tidak punya banyak waktu, jadi katakan saja apa tujuanmu menyuruhku datang?” ucap Donghae datar, ia dengan santai menikmati makanannya.
“kau ini benar-benar!!”
“yeobo(suamiku)…” ucap Sandara lembut menenangkan suaminya.

Donghae tersenyum sinis mendengarnya. Jelas itu bukan pemandangan yang pertama baginya, tapi entah kenapa rasanya sangat muak mendengar dan melihat apapun yang ada dirumah itu.

“kalau saja tidak karena Eommamu, aku tidak akan bersabar menghadapi sikap kurang ajarmu itu.”

Donghae meletakan senndoknya dan menatap dingin komisaris Lee.

“Eomma? Apa mendiang Eomma yang Abeoji maksud?” sindir Donghae, ia sama sekali tidak memperdulikan tatapan marah Komisaris Lee.
“Lee Donghae!!” komisaris Lee bangkit dari duduknya dan berteriak marah,
“tenanglah yeobo, sudah lama kita tidak makan malam bersama Donghae…” Sandara berdiri menenangkan suaminya.

Park Sandara resmi menjadi istri komisaris Lee sejak tujuh tahun silam. Sebelumnya Sandara adalah sekertaris yang membantu komisaris Lee selama menjabat sebagai CEO LEAD grup sebelum akhirnya jabatan itu resmi diberikan pada Lee Donghae.

Donghae meneguk minumannya tanpa memedulikan tatapan Ayahnya. Dengus marah Komisaris Lee terlihat pada embun yang terbentuk di gelas air dihadapannya. Sementara itu Donghae masih terlihat tenang ditempatnya.

“benarkah Abeoji mengalihkan nama Resort di Jeju?”
“benar.” komisaris Lee mengangguk dan tersenyum simpul “aku mengalihkan nama kepemilikan menjadi milik Sandara, lagipula Resort itu sudah lama terbengkalai.”
“tapi itu milik mendiang Eomma!” Donghae berseru. Giliran komisaris Lee meneguk minumannya dengan tenang dan menatap tajam Lee Donghae.
“berhentilah menyebut-nyebut mendiang Eommamu, sudah aku katakan sekarang Sandara-lah Eommamu!”
“jangan berharap banyak. Aku tidak akan membiarkan dia mewarisi sedikitpun harta keluarga ini.” Donghae bangkit berdiri dari duduknya dan berjalan keluar dari ruangan itu.

Sandara hanya diam mendengar sindiran Donghae yang ditujukan untuknya, sedangkan Komisaris Lee yang geram berteriak memanggil putranya.

>> 

Donghae meneguk gelas kelima wine-nya. Memutuskan minum adalah salah satu pelarian dari kepenatan otaknya. Tapi, seberapapun ingin mabuk itu adalah hal yang sulit baginya. Beberapa gadis datang menghampiri Donghae bergelayut manja dilengannya. Baginya wanita juga salah satu jenis hiburan saat merasa jenuh. Itulah sebabnya Donghae dikenal sebagai seorang playboy. Tentu saja, dengan wajah tampan dan status CEO muda, mustahil ada wanita yang akan menolaknya.

Seorang yeoja berperawakan tinggi dengan hoddie yang menutupi kepalanya berjalan mendekati meja Donghae. Dia menatap tajam pada wanita-wanita yang masih bergelayutan manja. Hanya dengan ekor matanya, dia berhasil menyingkirkan wanita-wanita itu dari sisi Donghae.

“John, beri aku orange jus…” ucapnya pada bartender yang sedang sibuk memutar botol kaca. Hanya dalam sekejap bartender yang dipannggil John itu dengan cekatan menyajikan pesanannya.

Donghae menoleh dan tersenyum mendapati Choi Sooyoung yang duduk disebelahnya itu asik menikmati orange jus-nya.

“tidak minum?”

Sooyoung menggelengkan kepalanya, lalu melirik botol wine milik Donghae yang isinya tinggal separuh.

“aku tahu oppa datang tanpa driver, jadi salah satu dari kita tidak boleh mabuk…”

Donghae terkekeh pelan mendengar jawaban Choi Sooyoung.

“pasti hari ini bertemu dengannya lagi…”
“siapa?” tanya Donghae
“mau sampai kapan seperti itu? Oppa masih saja tidak bisa mengendalikan perasaan saat bertemu dengannya.”

Donghae menatap lurus kedalam isi gelasnya. Apa yang dikatakan Sooyoung sedikit membenarkan perasaannya, bahkan sudah berlalu sejak lama tapi ia masih tidak bisa mengendalikan perasaannya sendiri.

“apa menurutmu aku perlu berkencan?”

Sooyoung mendecak mendengar pertanyaan Donghae. Sudah tidak terhitung berapa kali Donghae berkencan, bahkan hampir seluruh wanita tahu dia itu seorang playboy.

“seriuslah berkencan, jangan main-main lagi.” ucap Sooyoung “satu lagi, jangan dekati yeoja-yeoja tadi…”

Donghae tersenyum geli lalu mengacak rambut Sooyoung dengan gemas. Meskipun ucapan Sooyoung kadang terdengar menyebalkan, tapi seperti itulah bentuk perhatian yang gadis itu tunjukkan.

>> 

Jessica terbaring di atas tempat tidurnya seperti mayat yang mati karena kelelahan padahal matahari pagi sudah menelusup masuk jendela kamarnya. Kemarin dia harus lembur sampai pukul satu dini hari hanya untuk menyelesaikan beberapa artikel.

Jessica sedikit mengumpat saat suara dering ponselnya memekakkan telinga. Dia merentangkan kedua kakinya, berusaha menarik ponsel dengan ujung kakinya. Namun, hal itu tidaklah mudah sehingga pada akhirnya Jessica terpaksa bangun dengan mata yang masih terpejam.

“nuguya(siapa)?” Jessica menjawab masih dengan setengah sadar.
“ini Eomma.” Terdengar suara Ibunya dari dalam ponselnya.

Jessica bangun dan duduk bersandar, dia bergerak kekanan dan kiri untuk meregangkan punggungnya.

“ada apa Eomma menelepon di pagi buta seperti ini?”
“cepat bangun jangan malas, anak gadis harus bangun pagi agar rejekinya tidak di patuk ayam!”

Jessica memutar kedua bola matanya dengan malas, Ibunya yang dibesarkan dengan didikan wanita zaman kuno memang sangat mengagumkan. Terkadang Jessica heran kenapa sifat Ibunya bisa seperti seorang bangsawan, dan lebih mengherankan baginya adalah kenapa sifat anggun Ibunya sama sekali tidak menurun padanya.

“baiklah aku tahu, memang ada apa?”
“kau ingat Hong Ahjussi teman Abeoji itu? Dia punya seorang keponakan laki-laki. Eomma sudah melihat fotonya, selain tampan dia juga seorang pengacara. Nanti malam pukul tujuh, datanglah untuk bertemu dengannya ya…”
“maksud Eomma, Eomma menyuruhku untuk datang kencan buta dengan namja itu? Tidak mau, pokoknya tidak mau. Sudah aku katakan aku belum ingin menikah.” Seketika mata Jessica membulat sempurna saat meneriaki Ibunya dengan wajah cemberut.
“dasar anak ini! Eomma sudah bilang, umur 26 tahun adalah umur yang paling tepat untuk menikah…” semprot Nyonya Jung dari seberang sana “setidaknya, kau seriuslah pacaran.”
“Eomma…”
“pokoknya kau harus datang, nanti Eomma beritahu tempatnya. Kalau tidak datang, Eomma akan menjadi sangat kesal setiap melihatmu.” Ancam Nyonya Jung

Tuk—

Nyonya Jung memutus sambungan telepon secara sepihak sebelum putrinya sempat protes. Jessica seketika berdiri, tapi kakinya tersangkut syal hingga dia langsung terhuyung-huyung dan jatuh ke lantai. Jessica mengumpat dan membuang syal itu kesembarang tempat dengan wajah ditekuk. Karena bunyi perutnya yang keroncongan, Jessica memutuskan lebih baik mengisi perutnya sebelum melewati hari ini yang mungkin akan berat baginya.

Jessica membuka kulkas, dari dalam kotak buah tercium bau busuk dari apel dan strawberry yang sangat pekat. Satu minggu yang lalu dia berniat mencoba membuat California roll seperti yang dilihatnya di majalah. Tapi sepertinya sekarang buah dan sayur busuknya harus segera dibuang.

“tidak ada satupun yang bisa dimakan.” Keluh Jessica memegangi perutnya. Mau tidak mau hari ini harus sarapan di kedai kopi atau cafĂ© terdekat.

>>

Shindoong berlari menghampiri Jessica yang sudah menunggu di coffe shop dekat kantornya. Dengan wajah cerah meskipun tubuh tambunnya itu terengah-engah seperti baru mengikuti lomba marathon, dengan semangat Shindong menyerahkan sebuah amplop coklat pada Jessica.

“ige mwoya(apa ini)?”
“tangkapan yang bagus!” jawab Shindong dengan semangat, lalu menyuruh rekannya itu melihat isinya.
“foto? Foto siapa ini?” Jessica mengamati beberapa lembar foto dari dalam amplop.
“kemarin aku mengikuti Choi Sooyoung seharian penuh, dan kau tahu? Aku melihatnya bersama seorang pria di sebuah Bar!” Shindong terlihat sangat bersemangat saat menceritakan kronologi penemuan hebatnya itu. “kau tahu, ini adalah hot news! Hot news! Choi Sooyoung artis yang dicintai negeri ini berkencan dengan seorang pria.”
“apa sekarang kau beralih profesi menjadi paparazy?” dengus Jessica meletakkan kembali foto-foto itu “yang kita butuhkan adalah mendapatkan wawancara, bukan gossip seperti itu.”

Shindong menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Benar juga, yang mereka butuhkan adalah mendapat wawancara minggu ini dan sekarang hanya tersisa beberapa hari saja sampai deadline  itu tiba.

“jadi sekarang bagaimana? Aku sudah berusaha menghubungi agensi, tapi mereka bilang akan membicarakannya lagi dengan Choi Sooyoung.”
“berikan semua info kontak Choi Sooyoung padaku, aku akan mendatanginya sendiri.”

Shindong membereskan lagi foto-foto dan menyimpan amplop ke dalam tasnya lalu memberikan secarik kertas pada Jessica.

“kita tidak punya bannyak waktu, ayo semangat!” Jessica bangkit dari duduknya lalu berjalan meninggalkan caffe shop.

>> 

Choi Sooyoung masuk ke sebuah butik mewah, karena baru saja melakukan syuting untuk drama baru yang membuatnya mati bosan di lokasi. Dan satu-satunya hal yang paling dia sukai saat waktu senggang adalah berbelanja.

“Choi Sooyoung…”

Sooyoung menoleh dan sedikit terkejut. Dia memberi salam dengan canggung pada Sandara.

“sudah lama tidak bertemu…” Sandara tersenyum simpul “aku dengar kau sedang syuting drama baru?”
“benar. Sudah lama tidak bertemu eonni terlihat semakin muda…” Sooyoung mengambil salah satu gaun dan berlenggak-lenggok di depan kaca “aku dengar unnie mengambil alih Resort di Jeju? Pasti sangat menyenangkan bisa memimpin.”
“aku masih harus belajar banyak tentang Resort itu.”
“mendiang ahjumma mendirikan Resort Jeju dengan kerja kerasnya, aku berharap tidak akan ada yang berubah setelah eonni mengambil alih.”
“Sooyoung-ah, panggilan eonni…” pinta Sandara.
“apa eonni khawatir jika ada yang mendengar?” sindir Sooyoung “sebagai pihak yang mengetahui hubunganmu dengan Donghae oppa di masa lalu, apa kau masih berharap aku memanggilmu dengan sebutan ahjumma?” ucap Sooyoung sinis.
“itu bukanlah hal yang pantas diungkit.” Sandara menatap tajam Sooyoung.

Sooyoung tersenyum sinis, lalu membalas tatapan tajam Sandara, sama sekali tidak ada rasa takut di matanya.

“tetaplah bersikap baik di hadapan ahjjussi, tapi tidak perlu melakukannya di depanku.” Sooyoung tersenyum dan merapikan beberapa helai rambutnya, lalu berjalan meninggalkan Sandara yang berdiri mematung disana.

>> 

Jessica mendengarkan celotehan laki-laki yang duduk didepannya dengan malas. Sejak tiga puluh menit yang lalu ia harus mendengarkan laki-laki itu membanggakan diri dan keluarganya. Salah satu dari sekian banyak jenis pria yang paling tidak Jessica sukai, beromong besar dan mementingkan penampilan fisik sebagai kesan pertama. Kalau bukan karena ancaman Ibunya, ia tidak akan pernah datang menemui pria itu.

Karena merasa akan gila jika tetap ada disana, Jessica pamit pergi ke toilet. Ia akan segera memikirkan cara untuk melarikan diri. Entah karena seharian ini tidak makan atau gara-gara celotehan lelaki tadi, kepala Jessica terasa sedikit pusing. Jessica berjalan mendekati toilet dengan langkah terhuyung-huyung. Tiba-tiba seorang ahjuma bertubuh besar berjalan tergesa-gesa dan menabraknya.

Braakkkk

Jessica terdorong dan masuk kedalam salah satu ruangan, kesialan tidak berhenti sampai disana, ia menabrak seorang pelayan yang sedang menyajikan teh sehingga pelayan itu menumpahkan minumannya pada baju salah satu tamu.

“apa-apan ini!” seru Dongahe mengibas-ngibaskan air teh yang membasahi kemeja putihnya.
Pelayan itu meminta maaf berkali-kali dan berusaha membersihkan noda di kemeja Donghae. Jessica yang sangat terkejut hanya bisa memandangi mereka dalam posisi jatuh terduduk.
“nona, apa yang kau lakukan!” bentak pelayan itu menyadarkan Jessica.

Jessica segera bangkit berdiri dan membungkuk meminta maaf. Benar-benar sangat memalukan. Sangat memalukan! Umpat Jessica dalam hati.

Hampir setengah jam Jessica berdiri mengabaikan harga dirinya didepan toilet pria, beberapa pengunjung laki-laki memandangnya dengan tatapan aneh. Dia sudah memutuskan akan bertanggung jawab dengan kejadian tadi. Donghae keluar dari dalam toilet dan menatap tajam pada Jessica, noda teh di kemejanya sama sekali tidak bisa hilang.

“jeongmal mianhamnida.” Jessica menundukkan kepalanya “aku pasti akan mengganti biaya laundry baju anda.”

Donghae menatap Jessica dari ujung kepala sampai ujung kaki, ia tersenyum sinis dan berjalan begitu saja meninggalkan Jessica.

“tuan tunggu, aku benar-benar akan mengganti biayanya.” seru Jessica, akan tetapi Donghae mengabaikannya dan tetap berjalan pergi.
“huhh, benar-benar tidak sopan!” Jessica menghela nafas kesal melihat Donghae pergi begitu saja.

>> 

Ada pepatah yang berbunyi : sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Jessica menganggap pepatah itu sangat cocok untuk menggambarkan dirinya seharian ini. Setelah lepas dengan aman dari kejadian tadi, Jessica justru merasa perutnya semakin tidak karuan. Dia merasa benar-benar akan jatuh sakit.

Jessica yang sudah tidak tahan lagi menahan mual diperutnya mulai melihat ke sekelilingnya dengan panik. Pasti tidak akan bisa ditahan sekalipun berlari ke toilet. Mau tidak mau Jessica berlari ke arah sebuah mobil yang terparkir di sekitar sana. Seolah menemukan tempat di peta harta karun, Jessica berjongkok disamping ban mobil berpelek putih. Dia memijat-mijat lehernya perlahan agar bisa mengeluarkan isi perutnya.

Setelah memastikan bahwa isi yang membuat perutnya mual keluar, Jessica berjalan sambil membersihkan tangan dan mengeluarkan tisu dari tasnya untuk menyeka mulutnya. Saat baru beberapa langkah, tampak seseorang yang sedang menatap Jessica dan mobilnya dengan wajah kaku dan tatapan tidak percaya.

“kau…apa-apaan ini?” Donghae menghampiri Jessica dan menatapnya dengan wajah terkejut.
“ma ma maaf, saya terpaksa…”

Sial, Jessica mengumpat dalam hati. Kenapa sejak tadi dirinya selalu bermasalah dengan pria itu. Jessica rasanya ingin segera menghilang dari sana. Sayangnya, ia sama sekali tidak punya kekuatan ajaib seperti itu. Donghae memandangi wajah Jessica dengan ekspresi tercengang.

“maaf, akan aku bersihkan…sebentar saja…” Jessica membungkuk 180 derajat meminta maaf.

Donghae menatap Jessica dengan tajam, dia kemudian berjalan menghampiri Jessica. Jessica menjadi sedikit panik dan melangkah mundur sampai badanya benar-benar menempel kemobil Donghae.

“kau…wanita yang tadi kan?” Donghae mengeluarkan ponselnya.

Cekret cekret!

Bunyi ponsel beberapa kali, Donghae mengambil gambar Jessica. Jessica sangat terkejut dengan apa yang dilakukan pria didepannya itu.

“apa yang kau lakukan?” tanya Jessica.
“aku mengambil gambarmu untuk diaporkan ke kantor polisi.” Ucap Donghae tajam dan beranjak pergi dari sana, tetapi Jessica berhasil menahannya.
“tunggu, tunggu. Jangan begitu…aku sungguh minta maaf. Aku benar-benar akan mengganti semua biayanya. Laundry bajumu dan juga cuci mobilmu.” pinta Jessica memelas
“tapi tolong jangan laporkan polisi. Kita selesaikan secara damai.” Bujuk Jessica.
“apa? Huh, aku justru curiga kalau kau ini seorang penguntit!” Donghae membuka pintu mobilnya.

Tidak disangka Jessica menahan langkah Donghae dengan kakinya,dia meloncat dan berhasil mengambil ponsel pria itu. Donghae sangat terkejut, terjadilah aksi saling tarik menarik. Dengan sisa tenaga, Jessica berusaha menghapus fotonya, sedangkan Donghae berusaha mengambil kembali ponselnya.

“hey kau, cepat kembalikan!” teriak Donghae
“tolong jangan laporkan aku. aduh, dimana fotonya, kenapa tidak ketemu-ketemu…”

Karena kekuatan keduanya saling tarik menarik, tanpa disangka ponsel itu terlempar melayang ke tengah jalanan. Sebuah mobil melintas dan melindas ponsel Donghae menjadi hancur. Donghae maupun Jessica sama-sama tercengang melihatnya.

“kau!!” Donghae menatap tajam ke arah Jessica.

>> 

Angin musim semi di malam hari biasanya terasa menyejukkan, tapi malam ini terasa sangat dingin seperti pertengahan bulan Desember. Jessica berdiri menunduk dengan takut karena Donghae menatapnya tajam.

Donghae mengusap-usap wajahnya dengan kesal. Tulang belakangnya terasa kaku, rasa kesalnya bahkan sudah menjalar ke dalam tulang-tulangnya. Akhirnya dia hanya menghela nafas dalam melihat wanita didepannya itu.

“maaf, aku sungguh minta maaf…” lirih Jessica “aku akan mengganti semuanya, iya semuanya, sungguh.”

Donghae melipat tangannya didada, lalu mengamati Jessica dari ujung kepala sampai ujung sepatu.

“mana ponselmu?”
“apa?” Jessica sama sekali tidak mengerti, tapi akhirnya mengeluarkan ponselnya dari dalam tas.

Donghae mengambil ponsel Jessica. Jessica yang bingung tidak sempat protes. Dia melihat Donghae menekan beberapa digit angka, sepertinya akan menghubungi seseorang.

“yeoboseo, sekertaris Kim, ini aku. ya. Mobilku ada didepan Restaurant Victoria. Bawa dan bersihkan. Ya.”

 Tuk— Donghae menutup telepon dan mengembalikan ponsel Jessica.

“jadi bagaimana?”
“tentu saja kau harus ganti rugi semuanya. Dilihat dari penampilanmu, kau tidak akan kesulitan membayar uang ganti rugi kan? Berikan kartu namamu, aku khawatir kau melarikan diri.”

Jessica hanya bisa menghela nafas kesal, lalu mengambil kartu namanya dan menyerahkannya pada Donghae. Pria itu mengambilnya dan membaca sekilas, menatap Jessica sekilas lalu memasukkan kekantong jasnya.

“baiklah nona Jung, kalau semua sudah selesai, aku akan segera menghubungimu.” Donghae tersenyum jail “sampai jumpa.” Donghae melenggang pergi meninggalkan Jessica.

Jessica memandangi punggung Donghae yang masuk ke  dalam taksi dengan muka cemberut. Pria itu menghubungi seseorang dan menyebut sekertaris. Dilihat dari mobilnya, lalu ponselnya, lalu penampilannya, pria itu pasti orang kaya. Jessica mendadak jadi khawatir, pasti biaya ganti ruginya mahal. Jessica mengacak-acak rambutnya frustasi.

>> 

Demi melakukan wawancara dengan aktris Choi Sooyoung, sudah setengah hari ini Jessica berada di lokasi syuting. Ia rela menunggu berjam-jam agar dapat langsung menemui Sooyoung. Subuh tadi Jessica segera datang setelah mengetahui hari ini Choi Sooyoung syuting drama didaerah Gangnam.

Saat Jessica datang, manajer Oh sedang makan bersama para staff di tempat syuting. Dia langsung berdiri dan memanggil Jessica dengan sebutan yang begitu kampungan, “stalker”. Itu karena beberapa hari ini Jessica selalu menghubungi dan mengikuti Manajer Oh.
Berhubungan dengan para artis bagi wartawan itu seperti sebuah misi 007 James Bond. Demi mendapat informasi mengenai artis, para wartawan mulai berhubungan baik dengan para manajer artis dan rumah produksi. Kalau hal itu masih belum berhasil, biasanya mereka akan pergi ke salon yang sering di kunjungi artis atau orang yang memiliki hubungan dekat dengan artis tersebut.

Jessica pernah melakukan itu sebelumnya, saat ia mendapatkan tugas yang sama tahun lalu mewawancarai artis Goo Hyun Jung. Tapi perbedaannya, artis Goo Hyun Jung adalah artis yang mudah ditemui.

“aku memiliki berita baik dan buruk, anda mau dengar yang mana dulu?” ucap manajer Oh.
“mulai dari kabar baik dulu saja…”
“Choi Sooyoung mau di wawancarai…”

 Jessica seperti ingin bersorak gembira kalau saja ia tidak sadar dengan orang-orang sekelilingnya.

“kemarin aku membawa artikel nona Jung mengenai wawancara yang nantinya akan dimuat di majalah A-Style. Dia bilang menarik dan menyukainya.”

Jessica tersenyum senang mendengarnya.

“tapi kabar buruknya, dia ingin agar halaman wawancaranya lebih banyak. Lebih dari 30 halaman.”

Bukan tiga halaman melainkan tiga puluh halaman? Jessica menatap manajer Oh tidak percaya. Manajer Oh hanya angkat bahu dan menggeleng-geleng kepala.

“bicaralah sendiri dengannya, sebentar lagi selesai syuting untuk adegannnya.” Manajer Oh bangkit dari duduknya dan meninggalkan Jessica yang masih terkejut.

>> 

Akhirnya Jessica dapat bertemu dengan Sooyoung secara langsung. Sejak Sooyoung tiba dan duduk di depannya, Jessica tidak berhenti memerhatikannya. Jessica merasa perempuan itu memiliki aura yang memancar. Kaki jenjangnya, wajah cantiknya, kulit putih dan mulusnya, semua pria pasti akan mengimpikannya. Akhirnya Jessica tahu kenapa Sooyoung dijuluki sebagai “national dream girl”.

Jessica memperkenalkan diri sebagai wartawan dari majalah A-style. Sooyoung yang sudah mengetahuinya malah menyuruh Jessica langsung bicara ke intinya. Jessica memaksakan seulas senyum. Karena sudah banyak mendengar tentang artis ini, dia sudah mempersiapkan mental.

“saya sudah dengar dari manajer Oh, katanya anda tertarik konsep majalah kami…”
“ya, lumayan…” jawab Sooyoung “tapi, sudah dengar persyaratan yang aku ajukan dari manajer Oh kan?”
“ya, untuk persyaratan anda itu…apa tidak bisa dipertimbangkan lagi?” tanya Jessica hati-hati “edisi itu bukan untuk pictorial book atau edisi khusus, jadi tidak mungkin halamannya sebanyak itu…”
“kenapa? Masa tidak bisa, majalah Big bahkan menempatkan lebih dari 30 halaman khusus untuk Jun Ji hyun…”
“tapi kami A-Style.”
“aku tidak peduli berbeda atau tidak, yang terpenting adalah halaman wawancaraku harus lebih dari tiga puluh!” jawab Sooyoung enteng “kalau tidak memenuhi syaratnya, aku tidak mau diwawancarai.”

Jessica menghela nafas, memang tidak mudah untuk melakukan wawancara dengan artis. Kalau mudah, pasti ada sesuatu yang terjadi di tempat syuting, misalnya ingin syuting filmnya berjalan lancar atau yang lainnya.

“dan juga untuk fotografer, stylist, hair stylist, make up, dan semuanya, tolong diperhatikan. Aku mau semuanya tenaga professional.”
“masalah halaman sekarang saya belum bisa pastikan, saya harus diskusikan dengan tim. Tolong pertimbangkan lagi…” pinta Jessica “kalau untuk masalah lain, anda tidak perlu khawatir karena majalah kami diurus tim professional.”

Choi Sooyoung tersenyum dengan puas, lalu bangkit dari duduknya.

“baguslah, atur saja jadwalnya dengan manajer Oh. Soal halaman, kabari aku secepatnya.”

Jessica mengangguk. Setelah mengucapkan salam, Sooyoung beranjak untuk bersiap syuting lagi. Setelah memastikan Sooyoung pergi, Jessica menghela nafas. Ini jelas belum berakhir, tapi kepalanya sudah mulai pusing.

>> 

Di dalam mobil, Donghae duduk di kemudinya. Dia berhenti saat lampu lalu lintas berwarna merah, tiba-tiba dia teringat sesuatu. Donghae segera mencari sesuatu di dalam laci mobilnya, dia tersenyum lebar saat menemukan sebuah kartu nama. Donghae mengambil ponselnya, menekan beberapa angka lalu terdengar nada sambung dari ujung sana.

Jessica berjalan dengan lemas kembali ke kantornya, saat jam istirahat seperti inipun dia sama sekali tidak berselera makan. Yang penting baginya sekarang adalah bagaimana menjelaskan pada kepala editor Boa. Kepala editor pasti akan mengatakan “apa kau gila” atau “tidak bisa!” lalu menceramahinya. Ponsel Jessica bergetar, panggilan masuk dari nomor tidak di kenal.

“yeobosseo”
“Jung Jessica-shi…” suara seseorang pria dari dalam telepon.
“maaf, ini siapa?”
“kau tidak melarikan diri kan? Aku mau menagih hutang.”
“hutang?”  Jessica masih mengingat-ngat, dia sama sekali tidak punya hutang selain tunggakan sewa rumah yang sudah dibayar kemarin. Cukup lama menunggu, suara pria ditelepon jadi tidak sabar.
“biaya laundry, cuci mobil dan ponsel baru.”

Jessica menepuk dahi saat mengingat semuanya. Benar, sudah dua hari berlalu. Karena terlalu sibuk dia sampai tidak ingat. Disaat seperti ini, Jessica membatin kenapa pria itu harus menghubunginya, membuat kepalanya semakin pusing.

“oh iya tentu saja. maaf…”
“kita bertemu di Restaurant Green dekat stasiun Gangnam sekarang juga.”
“tapi, tunggu…” Jessica belum sempat berbicara, Donghae memutus sambungan teleponnya.

Jessica menatap ponselnya dan menggerutu sendiri. Orang itu menyuruh-nyuruh seenaknya saja. Karena tidak terlalu jauh, akhirnya Jessica berlari menuju kesana.

Syukurlah, Jessica tidak tahu mengapa dia harus bersyukur, tapi dia tiba di restaurant itu hanya dalam waktu lima menit. Jessica segera masuk kedalam, pria yang tadi menghubunginya itu sudah menunggu di salah satu meja dekat jendela.

“annyenghasseo.” Sapa Jessica lalu duduk di depan Donghae.

Donghae menatap Jessica dengan wajah datar.

“cepat sekali kau datang.”

Jessica terlihat kebingungan menjawab, dia sendiri juga terkejut karena tiba dalam waktu singkat, sampai baru menyadari sudah berlari dengan memakai high heels. Melihat wajah bingung Jessica yang lucu itu membuat Donghae mengulas senyum di wajah tampannya.

“jangan dipikirkan. Datang cepat lebih bagus, aku sendiri tidak suka menunggu.”

Jessica tersenyum dengan canggung. Sejak pertama kali bertemu, dia sudah berprasangka buruk dengan sifat pria didepannya, tapi melihat dari caranya tersenyum, ternyata Donghae tidak terlalu buruk.

“apa boleh lihat tagihan biayanya?”
“tidak mau pesan sesuatu dulu?” Donghae masih sibuk melihat buku menunya. Menyadari Jessica hanya diam dan menatapnya, Donghae menutup buku menunya. Dia mengeluarkan selembar bon dari saku jasnya, lalu memberikannya pada Jessica.

Jessica menerima lembaran kertas itu, matanya membulat sempurna melihat beberapa angka yang tercetak disana. Jelas itu jumlah yang sangat besar, tidak masuk akal dikeluarkan hanya untuk laundry kemeja, cuci mobil dan ponsel baru. Bahkan, dengan jumlah itu dia bisa mendapatkan kemeja baru Hedi Slimane dari brand Channel.

“maaf, tapi bagaimana bisa biayanya sebesar ini?”

Donghae hanya mengangkat kedua bahunya. Tapi Jessica masih tidak bisa percaya dengan apa yang dilihatnya itu.

“anda tidak sedang memeras saya kan?” tuduhnya.
“apa aku terlihat seperti penjahat? Aku tidak menambah atau mengurangi, itu sudah sesuai dengan yang aku keluarkan.” ucap Donghae dengan tenang “kau sendiri yang berjanji akan menggantinya kan?”
“benar, tapi itu…”

Jessica hampir saja menangis, untuk pertama kalinya dia merasa sangat menyesal dengan ucapannya sendiri. Gaji bulan ini bahkan sudah hampir habis, lalu bagaimana mungkin dia bisa membayar ganti rugi sebesar itu.

“maaf, tapi, apa aku boleh menyicilnya? Aku berjanji akan melunasinya. Tapi, tapi tidak bisa sekaligus.”
“maaf Jessica-ssi, tapi aku tidak menerima cicilan.”

Suara Donghae yang tenang itu bahkan terdengar menusuk di telinga Jessica.

 “dilihat dari penampilanmu, aku rasa kau mampu membayarnya.” Donghae melirik tas Prada milik Jessica “ah, atau jangan-jangan itu produk palsu?”
“ini asli!” jawab Jessica dengan kesal.

Memang jika dilihat dari penampilannya, Jessica termasuk wanita dengan selera fashion yang tinggi. Mulai dari tas sampai high heels yang dia gunakan adalah produk dari brand  ternama, akan tetapi itu semua dibeli dari gaji setiap bulan yang dia kumpulkan.

“lalu apa masalahnya? Kau tidak akan bangkrut hanya dengan membayar sejumlah itu kan.” Donghae menyesap Americano-nya dengan tenang, sedangkan Jessica masih terdiam menggigit ujung kukunya.
“bukan begitu, tapi masalahnya bulan ini aku sudah tidak punya sisa uang lagi. Aku baru saja membayar sewa rumah, aku bisa tidak makan sampai bulan depan kalau harus membayarnya sekarang.”

Donghae hampir saja tertawa mendengar jawaban tidak terduga dari Jessica. Dia sama sekali tidak mengira wanita didepannya itu sangat terang-terangan menceritakan keadaannya pada pria yang bahkan baru pertama kali ditemuinya. Donghae merasa Jessica wanita yang sangat menarik. Tiba-tiba terlintas sebuah ide di kepala Donghae, sepertinya akan sangat menyenangkan.

“kalau begitu bayar saja dengan tenagamu.”
“apa?”
“kau bisa mengemudi kan?”
Jessica yang tidak tahu apapun maksud Donghae itu hanya menganggukkan kepala.
“kebetulan tiga hari kedepan supirku sedang cuti, kau yang gantikan dia.”
Mata Jessica membulat sempurna. Apa yang dia dengar barusan sama sekali tidak masuk akal. Bagaimana mungkin pria didepannya itu bisa seenaknya saja.
“hah, apa kau sedang bercanda! Aku juga harus bekerja.”
“kau hanya perlu datang saat aku menelepon.” Jawab Donghae “aku beri waktu 24 jam, kau putuskan sendiri menerima tawaran itu atau membayar ganti ruginya.”

Donghae mengambil beberapa note pelanggan di atas meja dan menuliskan nomor teleponnya, lalu menyerahkannya pada Jessica.

“hubungi aku kalau sudah memutuskan.” Dia kemudian berdiri dan beranjak pergi.

Jessica menatap kertas itu dengan putus asa. Kenapa jadi begini, dosa apa yang dia buat sampai harus menerima cobaan seperti itu. Dengan tidak berdaya, Jessica hanya bisa menelungkupkan kepalanya di meja.
>> 

Annyeonghasseo...Wahhh...author balik lagi dengan ff terbaru. Haesica shipper mana suaranya.....!! Ini proyek ff terbaru aku untuk semester ini. Aku sengaja pakai cast Donghae dan Jessica karena menurutku karakter mereka paling pas dengan ff ini..hehee.
Pokoknya selamat membaca ya readers...jangan lupa jejaknya, saya sangat mengharapkan saran atau kritik demi menyempurnakan cerita selanjutnya. Gomaweo^^