Rain

Rain Cloud

Sabtu, 19 Maret 2016

Song Joong Ki & Moon Chae Won Cute Moment “Nice Guy” (Behind the Scene)



Song Joong Ki & Moon Chae Won Cute Moment “Nice Guy” (Behind the Scene)



Annyeonghasseo~

Pecinta drama korea pasti tidak asing lagi dengan drama berjudul Nice Guy/Innocent Man? Yupss, drama tahun 2012 yang ditayangkan stasiun KBS merupakan salah satu drama yang populer dan meraih kesuksesan besar. Drama Nice Guy yang dibintangi oleh Song Joong Ki dan Moon Chae Won sukses merebut hati penonton, pasalnya chemystri kedua bintang tersebut sangat apik dalam layar kaca serta jalan cerita yang sangat menarik menjadi daya tarik tersendiri. Salah satu penggemar drama tersebut adalah authornim, hehe.

Pecinta dramkor pasti tahu dong sebutan untuk couple dalam drama yang satu ini. Fans couple drama ini menamai kedua pemain utama  dengan sebutan MaGi Couple, alias kang Maru dan seo eun Gi sesuai dengan nama peran yang mereka bawakan.

Sebagai fans Magi Couple, authornim ingin membagi beberapa interaksi manis mereka dibalik layar. Dengan semangat authornim memutar ulang lagi beberapa video BTS (behind the scene) drama Nice Guy yang tenyata masih tersimpan dengan rapi. Langsung aja yuk kita lihat seperti apa kedekatan mereka di balik layar.

Ada banyak momen manis yang authornim temukan dari kedua pemain. Chemistry Song Joong Ki dan Moon Chae Won dalam drama ini memang tidak perlu diragukan lagi. Tapi ada yang tahu sedekat apa hubungan mereka kalau di balik layar? Dalam drama Joong Ki memerankan karakter Kang Maru seorang playboy yang mengalami luka hati, sedangkan Chae Won berperan sebagai gadis tomboy bernama Seo eun Gi. Usut punya usut banyak sekali loh momen manis mereka di lokasi syuting.

Sebagai fans magi couple tentu authornim berharap kalau mereka terlibat cinlok. Kenapa? Karena mereka itu asli manis banget kalau berinteraksi satu sama lain saat syuting loh! Sifat Joong Ki itu sangat manis pada Cha Won, begitu juga sebaliknya. 

Dan dan dan yang membuat authornim kadang tersenyum sendiri seperti orang aneh yaitu melihat skinship mereka yang gag nahan, ahaha. Beberapa video bts bahkan menampilkan manisnya skinship keduanya. Mereka tidak canggung sama sekali berpegangan tangan bahkan berpelukan loh!


 Saat break syuting keduanya sering kepergok sedang bercanda atau saling menggoda. Saat berada di set syuting yang sama, keduanya tidak pernah terpisahkan.


Kalau dilihat-lihat Joong Ki ini sangat melindungi Chae Won. Mungkin karena Joong Ki dua tahun lebih tua dari Chae Won makanya ia terlihat sangat melindungi. Sifat Chae Won yang cute membuat keduanya jadi terlihat messsraaaa sekali saat berduaan. Interaksi manis keduanya sangat natural. Mereka juga terlihat sangat dekat satu sama lain. dalam beberapa set kadang mereka terlihat saling melirik.


Meskipun mereka dekat satu sama lain, ada juga loh Joong Ki merasa gugup saat harus melakukan kissing scene dengan Chae Won, author sih berharap Joong Ki gugup karena jantungnya berdebar-debar (eaaaaa authornim lebay). Tapi kalau dilihat-lihat keduanya lebih banyak menikmati adegan itu, hahaha.


Oh ya, authornim paling suka saat adegan mereka harus berpelukan. Bukan hanya adegan tapi ternyata di balik layar mereka juga masih pelukan sambil menghafal naskah. Duuhh, udah kayak pasangan beneran deh.


Dibanyak kesempatan authornim melihat skinship mereka itu natural bukan hanya dalam drama tapi dibalik layar juga. Joong Ki ini suka banget ngelus dan nyolek si Chae Won (authornim menggila), haha. Tatapan mata Joong Ki ini terasa bedaa banget lah pokoknya kalau lagi sama Chae Won. Authornim jadi makin gregetan kalau lihat mereka berdua.



 Keduanya tidak merasa canggung sedikitpun untuk skinship didepan kru. Mungkin kru malah membiarkan karena bisa membantu membangun chemistry mereka agar makin kuat.


Gambar diatas authornim screenshot dari video bts. kalau melihat secara langsung videonya jadi gregetan sendiri, soalnya skinship mereka intens banget, si Joong Ki ini ngelus rambut Chae Won mulu, padahal Chae Won sedang menghafal naskah. 


Gambar diatas ceritanya sedang pengambilan adegan memasak. Tapi mereka berdua malah asik sendiri, si Chae Won ngajari Joong Ki ngocok telur. Duhh manis banget deh kalau lihat videonya, senyum mereka ini loh, kayak pasangan yang baru nikah! Haha.




Nah ada lagi nih yang lebih manis. Saat pengambilan adegan makan keluarga, Joong Ki dan Chae Won sibuk sendiri padahal ada banyak aktor lain di meja makan. Ceritanya Chae Won kelaparan atau apa, dia sibuk makan dan minum. Nah si Joong Ki dengan perhatian beberapa kali memberikan potongan steaknya buat Chae Won. Dan Chae Won ini sangat cuteee, seneng banget dikasih steak sama oppa.



Saat pengambilan adegan kencan pagi buta, Joong Ki latihan main saksofon, Chae Won terus perhatiin Joong Ki. Manis banget deh!



Sebagai fans Magi couple pasti sangat berharap kalau keduanya ini bisa terlibat cinlok. Meskipun drama Nice Guy sudah sangat lama berakhir, tapi pendukung couple ini ternyata masih sangat banyak sampai sekarang. Para fans Magi couple pasti berharap mereka dipertemukan lagi dalam drama.
 
Nah sekian dulu ya tentang Magi couplenya, lain kali pasti authornim posting lebih banyak lagi momen cute dan sweet keduanya dibelakang layar. Tapi jangan sampai baper ya readersnim. Sampai jumpa^^

By : Sae

Selasa, 08 Maret 2016

FF Romance Town Part 3



 FF Romance Town : Part 3

Tittle                      :  Romance Town
Author                :  Sae
Main Cast       :  Lee Donghae & Jessica Jung
Sub Cast        : Sandara Park, Choi Sooyoung, Kwon Boa, Leeteuk, Kim Taeyeon, Nana, Shindong
Genre                   :  Romance comedy
Part                         :  3

***


Pagi dini hari saat Jessica sedang bergumul dengan selimutnya, manager Oh menelepon dan mengatakan kalau Choi Sooyoung akan wawancara dengan majalah A-Style. Saking tidak percaya, Jessica menampar pipinya beberapa kali. Ia takut kalau ternyata semua itu hanya mimpi, tapi ajaib karena ia merasa sakit. Berarti apa yang baru saja ia dengar adalah berita sungguhan. Jessica berteriak kegirangan, meloncat-loncat di atas tempat tidur seperti anak kecil. Lalu bergegas masuk kamar mandi, hari ini ia akan menghadap Kepala Editor dengan kepala terangkat. Sekali lagi, dia benar-benar akan menghabisi Kepala Editor dengan belajar memperagakan wajah sombong didepan kaca. Kemudian ia tertawa sendiri.
 
Sudah lama Jessica tidak merasakan perjalanan ke kantor sangat menyenangkan. Suasana hatinya benar-benar sedang baik, sampai merasa seakan bunga-bunga mekar sepanjang ia melangkah. Semua orang bertepuk tangan saat ia masuk ke ruang rapat, mereka sudah mendengar berita mengejutkan itu pagi tadi. Jessica bergaya seakan ia adalah peran utama dalam drama sejarah yang berhasil memenangkan perang. Shindong bahkan tidak berhenti mengacungkan jempolnya, kecuali Nana yang justru bermuka masam. Tapi Jessica tidak peduli, satu orang tidak akan mempengaruhi harinya yang cerah. 

Kepala Editor Boa masuk keruangan untuk memulai rapat. Kini matanya bertatapan langsung dengan Jessica. Gadis itu mengeluarkan ekpresi wajah yang sejak pagi sudah ia latih didepan kaca. Dari matanya ia seperti mengatakan “Lihatlah, aku bisa mengatasinya!” dengan bangga. Ia semakin merasa menang setelah Kepala Editor memalingkan wajahnya dengan angkuh.

Rapat sudah berjalan selama empat jam. Asisten tim fashion meletakkan sandwich, donat, dan kopi yang baru dibeli di atas meja. Kepala Editor Boa menyuruh mereka untuk tidak keluar dan hanya makan sambil meneruskan rapat. Mereka semua hanya diam. Mereka kelelahan dan bosan karena selama beberapa jam terus melakukan rapat yang hanya diselingi beberapa menit istirahat. Karena edisi khusus, maka konsepnya harus berbeda. Juga pemotretan dan wawancara dengan Choi Sooyoung semua harus sempurna. Tapi semua orang terlihat masih buntu dengan ide baru. Kepala Editor Boa dengan enteng selalu mengatakan “lewat”, “tidak”, bahkan “ditolak” saat mereka mengajukan pendapat.

“Belakangan ini produk-produk ternama menjadikan para artis sebagai backing mereka bukan? Gracia membuat Suzy sebagai backing mereka di pasar Asia. Karena efek pemasaran produk itu sangat besar, pasti akan bagus kalau kita coba melangkah ke arah sana.”

Semua orang yang sedang sibuk memutar bolpoin menatap ke arah Jessica. Akhirnya Kepala Editor sedikit antusias, suasana rapat langsung berubah. Backing adalah konsep pemotretan baru dengan desain baju yang masih setengah jadi dan menunjukkan bagaimana desain itu diselesaikan. Mereka tidak berpikir ke arah itu sebelumnya.

“Sebelum ini Marie Claire pernah membuatnya juga, hanya saja mereka menggunakannya untuk edisi perhiasan. Kesannya cukup unik.” Ungkap Hyoji dari tim feature.

“Untuk make-upnya kita buat saja konsep smooky. Sepertinya wajah Choi Sooyoung akan cocok menggunakan warna perak atau keemasan.” Tambah Siyoon dari tim beauty.

“Baiklah kalau begitu. Pertama kumpulkan dahulu berkas-berkas yang diperlukan dan aku akan menunjukkan skema yang sudah matang. Siapkan semua peralatan, konsep, make-up,  sampai desain baju, kita akan rapat lagi besok.” Ucap Kepala Editor Boa. Semua orang hanya mengangguk. Wajah mereka sudah terlihat letih.

“Sekarang kalian boleh pulang.”

Kepala Editor Boa berdiri dari kursinya dan melangkah keluar ruang rapat. Semua orang hanya dapat mengeluh setelah Kepala Editor pergi. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam lebih.

***

Donghae melangkahkan kakinya dengan cepat. Sekertaris Ahn mengatakan Nyonya Lee datang dan sudah menunggu diruangannya sejak beberapa menit lalu saat ia sedang memimpin rapat. Saat sekertaris membuka pintu, Sandara sedang duduk dengan tenang. Ia tersenyum menyapa Donghae yang masuk keruangan.

“Apa yang kau lakukan disini?” Tanya Donghae dengan ketus. Ia tidak suka berbasa-basi dan mood-nya jadi berantakan kalau melihat Sandara.

“Sebaiknya kau duduk dulu.” Ucap Sandara membujuk. Akhirnya Donghae menurut agar urusan mereka cepat selesai.

Sandara tersenyum dan mengeluarkan amplop coklat, membukanya dan menunjukkan beberapa kertas beserta lampiran foto.

“Ketua ingin aku memilihkan wanita yang pas untukmu. Ia menyuruhku untuk mengatur kencanmu.” Sandara menyerahkan profil dan foto beberapa wanita yang dibawa.

“Semua wanita dipilih sesuai seleramu, kau hanya perlu menentukan mana yang kau sukai.”

Donghae tersenyum kecut, lalu mengusap wajahnya yang mulai kebas.

“Sepertinya kau begitu memahamiku.” Donghae mencibir Sandara setelah melihat beberapa lembar. “Tapi, sayangnya tipe wanitaku sudah berubah. Kau sungguh tidak tahu?”

Sandara sudah terbiasa menanggapi sindiran Donghae dan selalu bisa bersikap tenang, ia memaksa seulas senyum.

“Mereka semua berasal dari keluarga terpandang, pilihlah salah satunya.”

“Bukan hanya Ayah rupanya, sekarang kau juga mengatur hidupku.” Donghae tersenyum sinis.

“Donghae...”

“Jangan coba mengatur hidupku! Urus saja dirimu sendiri, karena aku tidak akan membiarkanmu menerima sepersen pun dari keluarga ini!” Donghae memotong kata-kata Sandara dengan ketus.

“Katakan pada ketua untuk berhenti mengusikku.” Donghae bangkit dari duduknya “Ah satu lagi, pintu keluar ada disebelah sana.” Setelah menunjuk pintu keluar, Donghae berjalan menuju meja kerjanya.

Sandara meremas jari tangannya, ia masih mencoba bersikap tenang. Ia mengulas senyum sedih lalu keluar dari ruangan. Donghae tersenyum sinis melihat Sandara keluar dengan langkah seribu.

*** 

Jessica masuk ke sebuah restauran udon dengan senyum lebar. Ia baru saja menyelesaikan reservasi tempat yang akan digunakan wawancara Choi Sooyoung. Kini tugasnya sudah beres, ia hanya perlu mempersiapkan pertanyaan untuk wawancara. Karena sudah lewat jam makan, restauran terlihat sepi. Jessica melirik jam tangannya, sudah pukul delapan malam.

Jessica duduk di salah satu kursi dekat jendela, aroma bunga rosemary dan asparagus yang segar berpadu lembut dengan udara yang berembus. Suasana musim semi yang lembut sepertinya sedang berhenti dan berkumpul di bawah lantai kayu. Jessica membayangkan serbuk-serbuk bunga yang begitu ringan seperti debu menempel dihidungnya. Belakangan ini harinya berlalu seperti bunga yang mekar.

Ketika menoleh, Jessica berpapasan dengan laki-laki tampan yang baru masuk kedalam restauran. Seperti kecelakaan lalu lintas, mata mereka bertabrakan dan mereka terpaku pada waktu yang bersamaan. Tubuh Jessica seperti terlempar entah kemana. Donghae tidak memakai stelan jas seperti biasa, tetapi t-shirt putih yang dipadukan dengan jaket kulit Marc Jacobs senada dengan warna celananya.

Berbeda dengan Jessica yang gugup, Donghae tersenyum sekilas dan malah menghampiri gadis itu. Ia duduk didepan Jessica seperti seorang teman tanpa canggung. Sejak ciuman yang tidak disengaja beberapa waktu lalu, mereka belum pernah bertemu. Pelayan datang dan menuangkan teh herbal. Tanpa sadar Jessica langsung meminum teh herbal yang disuguhkan. Aroma bunga rosemary merasuk kehidungnya.

“Apa yang kau lakukan disini?” Tanya Jessica tanpa babibu.

Donghae mengernyitkan dahinya. “Apa? Tentu saja makan.”

Jessica menghela napas panjang. “Maksudku, kenapa kau duduk disana?”

Donghae tersenyum kecil saat Jessica menjelaskan maksudnya. Ia meneguk teh herbalnya.

“Kenapa, kau tidak mau duduk denganku?”

“Bukan begitu, tapi... “

“Baguslah, kau sudah setuju.” Donghae menyela kalimat Jessica yang belum selesai. “Ahhh aku ingin makan udon yang paling enak.” 

Donghae tersenyum samar membuka menu makanannya, Jessica melongo tidak percaya. Suasana restauran terasa sesak dan waktu pun berjalan lambat. Kalau dipikir lagi, Jessica tidak bisa memahami bagaimana mungkin Donghae bersikap seperti tidak pernah terjadi apapun setelah menciumnya. Padahal jantungnya seperti akan meloncat kapan saja.

*** 

Persiapan wawancara dan pemotretan sudah sempurna. Baju-baju didatangkan dari Hongkong dan Paris. Selain itu properti yang diperlukan bahkan di datangkan dari Tokyo. Semua peralatan sudah siap, Jessica tersenyum dengan puas setelah mengecek semua persiapan lengkap. Kepala Editor Boa datang melihat langsung lokasi yang akan digunakan, ia mengecek satu persatu perlengkapan.

“Berikan daftar pertanyaannya.” Ucap Kepala Editor. Jessica sedikit ragu dengan apa yang baru saja ia dengar. Daftar pertanyaan adalah bagian pekerjaannya. Untuk apa Kepala Editor memintanya.

“Kenapa?”

“Kenapa aku harus mengatakan alasannya padamu?” Jawab Kepala Editor. Semua yang ada dilokasi menghentikan kesibukan. Suasana menjadi hening dan semua menahan napas melihatnya.

“Saya bukan pegawai magang lagi, anda tidak perlu cemas dengan daftar pertanyaannya.” Jawab Jessica tidak mau kalah.

Dulu juga pernah terjadi, Kepala Editor pernah meminta daftar pertanyaannya. Tanpa memberitahu alasan apapun ia membawa pergi daftar pertanyaan. Dan seluruh wawancara di ambil alih oleh penyihir itu. Jessica merasa marah dan mengatakan bahwa itu tidak adil karena dia yang mendapatkan persetujuan wawancara. Tapi Kepala Editor tidak gentar sama sekali dan justru berkata “Kau belum profesional untuk wawancara itu. Aku tidak mau kau membuat malu majalah A-Style.”

Penyihir itu berkata seolah-olah sudah mendapat persetujuannya. Padahal ia sendiri yang merebutnya. Ibaratkan bukan hanya memotong tanaman yang sedang tumbuh, tapi juga mencabut sampai ke akarnya. Karena kejadian itu Jessica menangis semalaman, ia tidak nafsu makan selama beberapa hari sampai harus kehilangan berat badan. Tapi penyihir itu sama sekali tidak peduli. Dan sekarang Jessica tidak akan membiarkan Kepala Editor merebut wawancara Choi Sooyoung yang dengan susah ia dapatkan.

“Jung Jessica, sepertinya aku sudah pernah mengatakan padamu. Aku direkturnya dan kau hanya editornya. Apakah boleh seorang editor membantah perintah direkturnya?” Ucap Kepala Editor Boa tanpa bersalah. Semua orang yang ada disana hanya bisa saling melirik.

Tanpa bicara sepatah katapun Jessica memandang mata Kepala Editor dengan marah. Kalau penyihir itu mengatakan sepatah kata lagi, Jessica pasti akan membungkam mulutnya. Satu-satunya pegawai yang berani menatap mata Kepala Editor seperti itu hanyalah dia. Meskipun terkesan tidak sopan, Kepala Editor tidak berniat memecatnya sekalipun. Tentu saja hal itu karena kelebihan Jessica.

“Apapun itu, aku akan mengambil alih wawancaranya. Kirimkan segera daftar pertanyaannya padaku. Dan kau, lanjutkan saja artikelmu.”

“Kepala Editor... ” ucap Jessica frustasi, ia benar-benar bisa menjadi gila. Ini sangat menyebalkan. Bagaimana mungkin Kepala Editor menghianatinya lagi. Jessica merasa ingin menangis dan berteriak.

“Dan kalian semua cepat bergerak, jangan hanya terus berdiam diri saja disana!” Kepala Editor Boa memarahi mereka yang sejak tadi hanya berdiri menyaksikannya.

Semua orang segera berlarian melanjutkan pekerjaannya. Sedangkan Jessica menatap kosong kepergian Kepala Editor dari ruangan.

“Dasar penyihir!” Jessica berteriak kesal. Semua orang hanya bisa menunjukkan wajah kasihan karena tidak bisa membantu.

*** 

Sepulang kerja, Jessica berjalan kaki menuju apartemennya. Langkah kakinya terasa berat, bahkan ia berjalan lebih lambat dari kura-kura. Disepanjang jalan, bunga sakura yang beberapa hari ini mekar tidak lagi terlihat cantik. Padahal ia selalu memuji pohon-pohon itu sangat indah. Sekarang ia tidak lagi punya tenaga bahkan hanya untuk memuji pohon.

Jessica tidak bisa lagi duduk di atas kloset kamar mandi dan menangis. Ia berpikir untuk menulis surat pengunduran diri lagi, tapi tidak mungkin ia keluar dari pekerjaan dan menjadi seorang pengangguran. Jika terjadi, artinya ia harus pulang dan bersiap untuk dijodohkan. Jessica mengacak rambutnya dengan frustasi.

Sebuah mobil menlaksonnya, Jessica menoleh dan mendapati Donghae melambaikan tangan dari dalam mobil. Jessica hanya menghela napas.

“Ada apa denganmu, kenapa wajahmu cemberut?” Donghae menghampiri Jessica setelah memarkir mobilnya.

“Tolong jangan ganggu aku, hari ini aku sudah sangat lelah.” Jessica tidak menggubris Donghae dan tetap berjalan dengan lemas.

“Kau tidak akan sampai rumah jika berjalan seperti kura-kura.” Donghae masih belum menyadari situasi gadis itu dan malah menggodanya. Jessica tidak menggubris dan melanjutkan jalannya yang lambat.

“Kau patah hati? Atau dihianati?”

Mendengar kata penghiatan, telinga Jessica menjadi panas. Ia berbalik dengan wajah kesalnya.

“Apa kau penguntit? Kenapa kau terus mengikutiku? Kenapa kau selalu menggangguku!” Jessica meluapkan kekesalannya dengan memarahi Donghae.

“Apa terjadi hal buruk?” Donghae menyadari kalau Jessica benar-benar sedang marah.

“Kenapa? Memang apa pedulimu? Memangnya kau ini siapa?!” Jessica berteriak sampai beberapa orang yang lewat melihat aneh ke arah mereka.

“Kau! Apa kau memang seperti itu. Kau laki-laki yang mencium wanita yang tidak dikenal, lalu bersikap seakan tidak terjadi apapun. Memangnya kau ini siapa!” Jessica juga ikut meluapkan unek-uneknya pada Donghae yang selama ini ditahan.

“Hal itu, sebenarnya, itu... “ Donghae sendiri bingung untuk menjelaskan pada Jessica.

“Apa kau tidak punya sopan santun? Dimana kau belajar sopan santun, apa Ibumu tidak pernah mengajarimu sopan santun?” Jessica meluapkan kekesalannya tanpa terkendali.

Mendengar kalimat terakhir Jessica yang menyebutkan kata Ibunya wajah Donghae mengeras. Ia tersenyum sinis lalu berjalan dan mencengkeram lengan Jessica dengan kuat. Jessica merasakan kemarahan Donghae dan baru sadar kalau ia sudah keterlaluan.

“Lalu siapa kau? Siapa kau sampai berani meneriaki Ibuku!” Ucap Donghae sangat marah. Seketika Jessica sadar bahwa ia salah bicara. Ia melihat wajah Donghae berubah menjadi menakutkan.

“Jangan pernah menyebut nama Ibuku! Karena wanita seperti kalian, benar-benar menjijikan!” Ucap Donghae menggerutukan giginya. Donghae melepas cengkeraman tangannya dan berlalu meninggalkan Jessica.

Kaki jessica bergetar hebat, pertama kalinya ia melihat Donghae yang begitu marah. Ia tahu sudah keterlaluan, ia pasti sudah keterlaluan sampai Donghae semarah itu. Tapi alih-alih ingin meminta maaf, mulutnya justru tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Tiba-tiba kaki Jessica menjadi lemas dan terduduk.

Jessica hanya dapat menatap kepergian Donghae dengan sedih. Semua hal yang ada disana sekarang menjadi menyedihkan. Jessica mengeluarkan ponselnya yang berdering. Itu adalah pesan dari kakaknya Leeteuk. Jessica tidak bisa menahan air mata saat membacanya. Padahal hanya sebuah pesan biasa, tapi kakaknya seperti dapat merasakan kesedihannya.

Apa kau sudah makan? Tidak ada masalah dengan pekerjaanmu kan^^

Dengan sesenggukan Jessica mengetik huruf susah payah. Dia masih ingat ketika kecil, meskipun sudah bermain seharian ditaman dan duduk di pasir sekalipun, kakaknyan tidak marah sama sekali. Dengan tangannya yang bersih, kakaknya menempelkan plester saat ia terluka. Dengan tangan kakaknya menyeka air mata di wajahnya sampai bersih ketika ia menangis. Dari telapak tangannya tercium aroma harum, membuatnya selalu merasa nyaman meski hanya bermain berdua. 

Sekarang saat mereka tumbuh besar, kakaknya masih memperlakukannya seperti anak kecil. Selain Ibu dan Ayahnya, kakaknya justru lebih sering menanyakan hal-hal kecil seperti “apa kau sudah makan?”, “bagaimana pekerjaanmu?”, bahkan “apa kau kekurangan uang?”. Tapi Jessica tidak mau terus membuat kakaknya Leeteuk khawatir, apalagi ia sudah berumah tangga. Tentu Jessica tidak ingin menjadi adik yang menyusahkan. Akhirnya balasan yang hanya bisa kirim adalah 

Tentu, pekerjaanku berjalan lancar.

Lalu setetes air mata jatuh lagi. Seorang pegawai yang memiliki kehidupan tidak jelas sedang sedih, merasakan suatu kehilangan.

*** 

Alunan musik, cahaya kemerahan yang menembus kaca beranda, serta alunan musik klasik dari piringan hitam masih berputar sejak sebelum ia tertidur. Beberapa hari ini Donghae sulit tertidur, di hari minggu ia bahkan harus merelakan jadwal gym-nya hanya untuk tidur. Ketika membuka mata dalam kegelapan, Donghae tidak tahu berapa lama waktu telah berjalan.

Donghae bangun dan berjalan menuju dapur, membuka lemari pendingin dan minum air putih dalam sekali teguk. Ia hampir saja memuntahkan sebagian isinya saat mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Akhir-akhir ini gadis itu selalu muncul dipikiran merusak ketenangannya. Jam dinding menunjukkan pukul lima pagi. Donghae memutuskan untuk menyegarkan diri dan berendam didalam bath-up sebelum bersiap berangkat kekantor.

Saat dalam perjalanan Donghae hanya diam menatap keluar jendela. Sekertaris Ahn yang selalu menemaninya dapat merasakan ada sesuatu yang menganggu pikiran presdirnya.

“Apa ada sesuatu yang menganggu pikiran presdir?” Sekertaris Ahn bertanya dengan hati-hati.

“Tidak ada.” Donghae menjawab dengan singkat. “Kau sudah dapat laporan tentang Resort di Jeju?”

“Ya, saya akan berikan pada anda di kantor.” Jawab sekertaris Ahn masih fokus dengan kemudinya. “Tapi presdir, laporan pengeluaran perbaikan Resort sepertinya dirahasiakan.”

Donghae hanya tersenyum sinis dan menyuruh sekertaris Ahn untuk membawa semua laporan mengenai Resort Jeju.

*** 

Jessica membuka mata dan saat itu sudah pukul 7 pagi. Terlambat!. Karena terburu-buru ia tidak sempat dandan. Di lampu merah Jessica hanya mengoleskan lipstik. Jika Kepala Editor melihat itu semua, mungkin ia harus mendengarkan ceramah selama satu jam mengenai penampilan yang “layak” mengingat ia adalah pegawai majalah A-Style. 

Ketika sampai di studio, semua kru dan tim sudah siap. Jessica membantu tim fashion mengangkat beberapa properti. Choi Sooyoung datang bersama manager Oh dan langsung disambut oleh Kepala Editor. Jessica mendesis sebal melihat penyihir itu akhirnya berhasil mengambil alih pekerjaannya.

Diruang ganti terdapat banyak sekali baju yang di gantung. Jumlahnya bisa dipakai untuk membuka satu toko baju. Hyoji dari tim feature membawa baju Look-Book sambil menata aksesoris. Jessica ikut membantu dan memisah baju yang telah dipilih untuk digantung.

“Oh reporter Jung ?” Tiba-tiba Choi Sooyoung datang dan menyapa Jessica. Manager Oh mengekor di belakang dan memberi salam. Jessica hanya mengangguk dan tersenyum.

“Aku pikir kau yang akan mewawancaraiku.” Ucap Sooyoung lalu duduk di kursi yang telah disediakan. “Sayang sekali, padahal aku ingin melihat kemampuan retorikamu.”

“Terima kasih sudah menerima wawancara ini.” Jessica menyunggingkan seulas senyum paksa.

“Aku tidak melakukannya karena benar-benar ingin, kok.”

Jessica hanya bisa menghela napas dan berharap diberi kesabaran untuk menghadapi Choi Sooyoung. Sekarang ia sadar hikmah yang didapatkan karena gagal wawancara. Dua penyihir bertemu itu lebih pas.

“Jadi kau ketua tim ya.” Sooyoung memperhatikan Jessica “Tapi kenapa penampilanmu berantakan sekali.”

“Yah benar sekali, karena terlalu stress aku jadi tidak bisa memilih pakaian yang bagus.” Jawab Jessica dengan sebal. Ternyata memang benar, menjadi ketua tim juga harus memiliki style bagus dan kemampuan menulis yang luar biasa.

Melihat reaksi Jessica, Sooyoung justru tertawa. “Ya ampun, ketua tim lucu sekali.”

Manager Oh dan Jessica hanya bisa memandangi Choi Sooyoung dengan aneh. Ia tertawa padahal tidak ada sesuatu yang lucu.

***

Jessica menggigit kukunya dengan cemas. Sebenarnya ia tidak berniat menghubungi Donghae. Tapi karena motto hidupnya yang bertanggung jawab dan tidak suka berhutang, Jessica akhirnya menghubungi kakaknya Leeteuk dan meminjam uang untuk melunasi hutang. Ia bahkan berjanji untuk mentransfer semua gaji bulan depan, tapi tentu saja kakaknya menolak dan meminta untuk tidak memikirkannya.

Setelah mengirim pesan panjang dengan pertimbangan hati-hati, Jessica hanya mendapat balasan yang sangat singkat. Jessica berhenti disebuah gedung pencakar langit yang bertuliskan LEAD.id yang besar. Ia hanya menebak mungkin Donghae salah satu karyawan disana. Karyawati di bagian penerima tamu memandangnya aneh saat ia berkata ingin bertemu dengan Lee Donghae. Jessica merasa ada sesuatu yang aneh karena mereka melihatnya seperti terdakwa pembunuhan.

Saat seorang laki-laki paruh baya datang, para karyawan membungkuk. Mereka menyebut Jessica dengan “nona ini” bilang sudah membuat janji dengan presdir.   Mendengar mereka menyebut kata “presdir” membuat Jessica kebingungan, ia mengingat-ingat apakah salah menyebutkan nama. Tapi Jessica yakin hanya menyebut nama Lee Donghae.

“Apakah anda nona Jung Jessica-si?” laki-laki paruh baya itu menyapa dengan ramah. Jessica hanya mengangguk.

“Saya adalah sekertaris Ahn, mari saya akan antarkan anda ke ruangan presdir.”

Jessica semakin bingung saat ia digiring untuk mengikuti sekertaris Ahn. Saat berada di lift Jessica memberanikan diri untuk bertanya.

“Maaf, tapi saya hanya ingin bertemu Lee Donghae, Lee Donghae.” Jessica mencoba menjelaskan pada sekertaris Ahn. Ia berpikir pasti ada kesalahpahaman yang terjadi.

“Benar, kami akan mengantar anda ke ruang presdir.”

“Bukan, bukan. Aku bukan ingin bertemu dengan presdir. Tapi Lee Donghae, Lee Donghae.” Jessica masih berusaha untuk menjelaskan kesalahan yang mungkin terjadi.

Laki-laki yang dipanggil sekertaris Ahn itu tersenyum tipis, ia mengangguk dan menjelaskan pada Jessica.

“Benar nona, kami akan mengantar anda pada presdir Lee Donghae.”

Seperti sebuah petir yang menyambar di siang hari, Jessica membuka mulutnya dengan lebar. Untuk sesaat ia mematung dan tidak bisa mengatakan apapun. Belum sepenuhnya sadar, pintu lift sudah terbuka. Sekertaris Ahn mempersilahkan Jessica masuk ke sebuah ruangan.

“Tungu dulu, tunggu dulu... “ Jessica berusaha mengatur napasnya “Jadi Lee Donghae benar-benar presdir disini?”

Sekertaris Ahn mengangguk dan tersenyum. Tiba-tiba saja napas Jessica semakin sesak. Lee Donghae adalah presdir, tidak mungkin, ia tidak berpikir sampai sejauh itu. Keterkejutannya belum berakhir, tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan keluarlah sosok yang ia cari. Lee Donghae memangdangnya dengan datar. 

“Presdir Lee, nona Jung sudah datang.” Ucap sekertaris Ahn.

Donghae mengangguk dan memberikan kode agar sekertaris Ahn meninggalkan mereka berdua. Setelah sekertaris Ahn pergi suasana menjadi semakin canggung.

“Aku... tidak tahu kau presdir disini.” Ucap Jessica dengan lirih. “Sebenarnya aku datang untuk mengembalikan uangmu.” Jessica mengulurkan amplop berisi uang yang telah ia bawa. “Tenang saja, aku sudah menghitung semua hutangku dengan rinci.”

Donghae mengulas senyum tipis, tapi segera bersikap biasa saat Jessica meliriknya.

“Dan juga, aku minta maaf dengan kejadian itu. Kata-kataku pasti sudah keterlaluan.” Jessica meminta maaf dengan sungguh-sungguh.

“Jadi kau memintaku untuk menerima uangmu dan memaafkanmu?”

Jessica menunduk sedih, ia sudah menyiapkan mental apabila Donghae memang tidak mau memaafkannya. Ia juga bertekad mengubur harga dirinya dalam-dalam jika itu bisa membuatnya di maafkan.

“Jadi kau benar-benar sedang ada tamu?” Tiba-tiba seorang wanita cantik datang menghampiri mereka.

Donghae menarik tangan Jessica yang memegang amplop dan menutupi dengan tanganya. Jessica yang tidak tahu apapun hanya bisa menurut.

“Apa dia temanmu?”

“Apa yang kau lakukan disini?” Tanya Donghae dengan ketus. Jessica hanya diam karena tidak tahu harus bagaimana dalam situasi yang membuatnya bingung.

“Aku datang untuk menemuimu.” Ucap Sandara, lalu menatap Jessica dan tersenyum. “Annyeonghaseo, aku Sandara, Ibu Lee Donghae.” Ucapnya memperkenalkan diri.

Mengetahui wanita yang ada didepannya adalah Ibu Lee Donghae, Jessica buru-buru membungkuk dan memberi salam.

“Oh annyeonghasseo, nama saya Jung Jessica.” Jessica diam-diam melirik Sandara, ia sangat terkejut karena wanita cantik yang ada didepannya adalah Ibu Lee Donghae. Wanita itu terlihat masih sangat muda.

“Ada apa lagi? Aku benar-benar sedang sibuk.” Donghae tidak mempedulikan Jessica disampingnya dan tetap berbicara ketus pada Sandara

“Aku belum pernah melihatmu sebelumnya. Apa kau teman dekat Donghae?” Sandara tidak menggubris Donghae dan memaksa seulas senyum tipis pada Jessica. Jessica belum sempat menjawab tapi Donghae sudah memotongnya dengan nada sinis,

“Kenapa? Apa aku juga harus lapor padamu siapa saja teman-temanku?”

“Lee Donghae-si.” Akhirnya Jessica mengeluarkan suaranya, ia tidak habis pikir bagaimana mungkin Donghae berbicara begitu kasar pada Ibunya.

“Maaf, maafkan aku.” Jessica membungkuk sekali lagi “Benar, aku teman Lee Donghae-si.”

“Bukan.” Ucap Lee Donghae dingin, ia mengenggam tangan Jessica dan tersenyum sinis pada Sandara. “Berhenti memaksaku berkencan, karena dia adalah pacarku.”

Jessica menatap Donghae tidak percaya. Mungkin pendengarannya sedang buruk, Jessica merasa sudah salah dengar. Tapi Lee Donghae justru menoleh padanya dan mengulas senyum tipis. Disaat seperti itu, jantung Jessica malah berdegup dengan kencang.

“Kekasihmu?” Ulang sandara memastikan.

“Bukan.” Jawab Jessica meluruskan. Tentu saja bukan, sejak kapan ia menjadi kekasih lelaki itu, batin Jessica. Sandara terlihat sedikit bingung dengan kaliamat keduanya yang berlawanan.

“Aku sudah memaafkanmu.” Tiba-tiba saja Donghae mengucapkan kata yang sama sekali tidak Jessica mengerti.

“Kau tidak perlu lagi datang kemari. Lagipula, aku masih ada urusan dengan pacarku ini.” dengan ketus Donghae mengatakannya pada Sandara dan menarik tangan Jessica masuk kedalam lift. Jessica tidak tahu situasi apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana ia bisa terlibat dalam masalah yang sama sekali tidak ia pahami.

Setelah keluar dari lift Donghae tidak melepas gengaman tangannya dan tidak memberikan kesempatan pada Jessica untuk melepasnya. Jessica melihat semua karyawan memperhatikan mereka dengan tatapan tidak percaya. Ini persis seperti adegan dalam drama yang baru beberapa hari lalu ia tonton, dimana peran utama selalu teraniaya. Setelah keluar dari gedung dan masuk ke mobil, Donghae segera melajukan mobilnya. Mereka berhenti di sekitar sungai han.

“Apa kau sudah gila? Bagaimana mungkin tiba-tiba aku menjadi pacarmu.” Jessica mengacak rambutnya dengan frustasi. Serumit apapun hubungan Donghae dan Ibunya, Jessica berpikir tidak seharusnya ia dilibatkan sejauh itu.

“Bukankah kau ingin membayar hutangmu?” Ucap donghae enteng. “Aku tidak akan menerima uangmu, tapi sebagai gantinya. Kau harus jual tenagamu.”

“Apa maksudmu?”

“Kau hanya perlu pura-pura menjadi pacarku.”

“Kenapa aku?!” Tanya Jessica sedikit berteriak.

“Karena kau berhutang padaku.” Jawab Donghae “Dan juga, kau terlihat cukup kuat untuk menghadapinya.”

“Apa?” Jessica benar-benar tidak mengerti maksud Donghae. “Apa maksudmu?”

“Jangan pikirkan, aku lapar. Ayo makan.” Donghae menarik tangan Jessica masuk ke mobil tanpa mempedulikan persetujuannya terlebih dahulu.

*** 

Sebuah kabar selalu melahirkan kabar baru. Kabar baru akan melahirkan kabar baru lagi. Kabar baru lagi menimbulkan kabar yang tidak dapat dipercaya, dan kabar yang tidak dapat dipercaya menjadi kabar yang menghebohkan, dan akan tersebar ke segala penjuru.

Bekerja selama lima belas jam setiap hari tanpa melihat waktu memang perlu sesuatu yang menarik untuk hiburan. Gosip bisa membuat orang bernapas sejenak. Gosip adalah sesuatu yang manis dan bagaikan vitamin penjaga stamina bagi orang-orang yang setiap hari menghabiskan waktu untuk bekerja.

Obrolan ditempat istirahat itu bisa membuat segelas latte mendidih. Mungkin orang yang suka bergosip itu memutar balik kabar yang didengarnya, tapi bisa jadi tidak. Di tempat kerja gosip selalu menyebar seperti cerita nyata. Tidak ada orang yang penasaran dengan kenyataan di balik berita itu karena mereka juga menikmati.

Berita-berita yang berkaitan dengan Kepala editor Boa bukan hanya sekali atau dua kali. Ia tersandung beberapa kali gosip yang menjadi pembicaraan penjuru kantor. Kekejaman Kepala editor Boa semakin dikenal, mulai dari menyuruh seorang hoobae untuk bekerja lembur di bagian pemasaran, bahkan insiden melemparkan tiga buah majalah tebal ke wajah seorang hoobae perempuan. Akan tetapi dibanding dengan kejadian apapun, gosip tentang “kutukan lajang” adalah yang paling terkenal.

Kabar “kutukan lajang” itu beredar akhir tahu lalu saat seorang tim feature menerima sebuah paket bunga mawar yang di tujukan untuk Kepala editor Boa. Mereka bilang Kepala Editor Boa mengikuti beberapa kencan buta, tapi semuanya berakhir tragis. Tidak ada satupun laki-laki yang bisa menerima sifat penyihir itu. Sejak itulah tersiar kabar bahwa Kepala editor Boa mendapat kutukan dari kekasihnya tujuh tahun silam.

Jessica tidak begitu peduli dan tidak ambil serius dengan gosip yang beredar. Ia hanya sempat mendengar bahwa dulu Kepala editor Boa memiliki seorang kekasih. Mereka bahkan sudah pacaran selama sepuluh tahun, tapi saat sang kekasih ingin melamar, Kepala editor menolak dengan alasan ingin fokus dalam karirnya. Tentu saja hal itu membuat kekasihnya terluka. Karena putus asa, kekasihnya memutuskan untuk pindah ke Jepang. Mereka sempat mendengar bahwa kekasihnya mengajak Kepala editor untuk pergi ke Jepang, tapi ditolak mentah-mentah. Dari sanalah “kutukan lajang” itu berasal.

Mungkin Kepala editor sudah tahu bahwa dirinya menjadi bahan pembicaraan di kantor. Namun, penyihir itu tidak ambil pusing. Dia sama sekali tidak memedulikan mereka. Jessica yang justru khawatir akan hal itu. Mungkin jika penyihir itu menulis artikel berjudul “cara mengabaikan orang”, pasti akan menjadi bestseller.

Karena tidak tertarik berkencan Kepala editor jadi jarang tidur dan dijuluki sebagai workaholic. Dia melakukan semua yang sanggup dilakukannya. Dia juga terbiasa berbicara dengan ketus bahkan tidak segan melempar benda-benda yang ada di depannya. Benar-benar sosok penyihir yang sempurna. Namun kadang dia bisa berskap lembut dengan caranya yang aneh.

Di atas meja Kepala editor ada banyak sekali barang-barang cantik. Foto dan aksesori yang dibawanya dari Milan dan Paris, barang-barang bermerek sebagai hadiah, dan yang paling unik adalah memo-memo kecil yang ditinggalkan wartawan yang isinya sama sekali tidak penting. Namun yang membuat Jessica kesal adalah Kepala editor Boa selalu mengomelinya bahkan hanya karena hal sepele seperti tulisan. Ia akan mengatakan “tulisanmu jelek sekali”, “tidak bisakah tulis dengan rapi” bahkan cibiran seperti “kenapa tulisanmu gemuk-gemuk seperti itu” yang selalu berhasil membuat wajahnya cemberut.

Tapi alih-alih tulisan tangan Jessica yang selalu diejek acak-acakan dan gemuklah yang justru memenuhi hampir seluruh papan memo miliknya. Bahkan Jessica tidak segan-segan menuliskan protesnya. Anehnya tidak ada reaksi berlebihan setelah Kepala editor membaca cibiran-cibiran Jessica dalam memo, ia hanya akan mengomel lalu seakan lupa begitu saja.

Tidak ada penyakit akut yang diderita Kepala editor Boa selain sifat penyihirnya. Jessica mengakui kemampuan Kepala editor yang selalu dapat mempertahankan A-Style dalam jajaran tiga besar penjualan majalah di Korea. Penyihir itu juga sangat hebat karena dapat bertahan di dunia fashion yang kejam dalam waktu yang sangat lama. Tapi dalam hal apapun Kepala editor sering mentraktir junironya makan daging sapi Korea. Hanya saja ia tidak pernah meminta bagiannya sehingga berat badannya selalu stabil, sedangkan juniornya harus berakhir dengan berat badan yang naik.

“Kau sudah mengumpulkan semua surat dari pembaca.” Kepala editor Boa mengecek beberapa berkas yang baru Jessica salin.

“Itu bukan tugasku.”

“Kalau mau sukses, jangan malas, saat seusiamu aku bekerja keras seperti semut. Jangan setengah-setengah dalam melakukan pekerjaan!” 

Jessica memandang wajah Kepala editor dengan seksama. “Apa anda tahu, sepertiga waktu semut dilakukan untuk makan dan bermain sehingga dia juga bisa disebut pemalas.”

“Siapa yang bilang?”

“Profesor di universitasku!” Jawab Jessica singkat.

“Ya memang aku adalah ratu semut yang sukses. Kau adalah semut yang rajin. Karena itu, kamu yang bekerja.” Ucap Kepala editor Boa dengan enteng.

“Baiklah, baiklah.” Jessica mengangguk malas, sampai kapanpun ia memang tidak akan menang melawan penyihir itu.

“Tunggu dulu.” Kepala editor menahan Jessica sebelum keluar ruangan. Ia mengeluarkan sebuah undangan dengan desain yang sangat cantik dan memberikan pada Jessica.

“Apa ini?”

“Kau tidak bisa membaca? Itu undangan.” Omel kepala editor, Jessica hanya memanyunkan bibirnya dengan sebal. “Datanglah untuk menggantikanku, ada banyak orang penting disana. Ingat pakai gaun yang cantik! Kau membawa nama A-Style, jangan sampai membuat malu.”

“Kenapa aku?”

“Kau mau memberikannya pada orang lain? Aku memberimu koneksi yang bagus!” Cibir Kepala editor.

“Baiklah aku tahu.” Jawab Jessica lalu bergegas keluar dari ruangan.

*** 

Selesai rapat, Donghae menyalakan mp3 yang berukuran jari kelingking. Ia mendengarkan musik klasik sepanjang perjalanan mengemudi. Ia memandang ponselnya terus menerus, lalu memastikan pesan yang masuk. Merasa sedikit bosan, Donghae memutar kemudinya. Ia menuju tempat kerja Jessica.

Setelah beberapa saat menunggu, Jessica keluar dari kantornya dengan terhuyung-huyung. Donghae mengulas senyum melihat wanita itu selalu dalam keadaan hampir “tewas” usai bekerja. Jessica menyadari kehadiran Donghae dan berjalan menghampirinya seperti kura-kura.

“Ada apa?”

“Ayo kita makan.” Ajak Donghae antusias. Seperti biasa tanpa persetujuan Jessica, Donghae hanya menarik gadis itu masuk ke dalam mobil dan membawanya ke restauran udon.

Ada banyak restauran udon di pinggir kota. Tapi, restauran udon yang sering mereka datangi memiliki cita rasa tersendiri. Jessica dan Donghae tidak tahu sejak kapan selera mereka jadi mirip.

“Kau selalu berbuat sesukamu dan tidak pernah menanyakan pendapat orang lain lebih dulu.” Jessica memasukan jamur ke dalam mulutnya. Terdengar bunyi kries beberapa kali. Donghae tersenyum melihatnya.

“Sebenarnya aku sedikit terkejut Ibumu masih muda dan cantik.” Ucap Jessica hati-hati.

Sebenarnya sudah lama Jessica ingin bertanya tentang hal itu, hanya selama ini ia belum berani. Ia masih merasa tidak percaya kalau Lee Donghae adalah seorang presdir, lalu tiba-tiba menjadi pacar palsunya.

“Ia bukan Ibuku, tapi istri muda Ayahku.” 

Lagi-lagi Jessica sangat terkejut. Tapi setelah dipikir-pikir, tentu saja tidak mungkin kalau wanita cantik itu Ibu kandungnya.

“Lalu, Ibu kandungmu?” Jessica tahu ini adalah pembicaraan yang sangat sensitif jadi ia sangat berhati-hati.

“Ibuku sudah meninggal sejak aku sekolah dasar.”

Jessica menjadi bingung dengan apa yang harus ia katakan. Akhirnya ia hanya diam dan mengangguk-angguk.

“Apa kau pernah jatuh cinta?”

Donghae tersenyum kecut dengan pertanyaan Jessica. “Aku sudah tidak percaya cinta.”

Sepertinya pernyataan Donghae meninggalkan bekas yang sangat dalam di hati Jessica sampai ia tidak dapat mengatakan apa-apa lagi. 

“Kau tidak percaya kalau aku sudah tidak memercayai cinta?” tanya Donghae sambil meneguk teh herbalnya.

“Tidak, ah maksudku aku percaya, hanya saja penasaran kenapa lelaki sepertimu tidak percaya pada cinta lagi.” Kata Jessica dengan sangat serius.

Donghae meletakkan sumpitnya, lalu menopang kepalanya dan memandangi Jessica membuat gadis itu salah tingkah.  “Aku hanya tidak percaya.” Donghae kembali pada posisi awal duduknya “Wanita didunia ini sama saja.”

“Tapi... “ jessica takut perkataannya membuatnya terlhat seperti wanita gampangan. Sebenarnya ia hanya ingin membujuk Donghae agar percaya kalau sebenarnya cinta itu ada.

“Aku tidak percaya cinta wanita. Mereka adalah makhluk yang serakah, harta, tahta, dan status yang mereka incar.”

“Lalu bagaimana denganku, apakah aku juga seperti itu?” gumam Jessica yang sama sekali tidak di mengerti Donghae.

“Bisakah kau berhenti bicara sendiri seperti itu? Kalau kau bergumam seperti itu aku tidak mendengar perkataanmu.”

“Ah maaf, tidak usah dipedulikan.” Jessica menghela napas, ia memang bisa mengelak. Tapi ia tidak dapat berbuat apa-apa dalam situasi seperti itu. Ia yang sudah mulai memiliki ketertarikan pada Donghae hanya bisa menempelkan ujung sumpit pada bibirnya.

*** 
 TBC

Jangan lupa tinggalkan kesanmu di kolom komentar tentang part ini ya^^

Note :
Part selanjutnya hanya akan di posting jika jumlah komentar readers lebih dari sepuluh komentar!